Mengutip artikel berita dari Darmakita.com mengenai Padi Jepang “Padi Jepang Hasilkan Panen 9,8 Ton Per Hektar”.
Info ini sangat menarik dan patut dicoba oleh petani untuk menghindari “jebakan harga komoditi padi” yang kadang – bahkan lebih banyak seringnya – harga pembelian gabah itu diatur oleh tengkulak padi.
Jenis tanaman padi yang saat ini menjadi primadona petani adalah Japonicum Koshihikari yaitu jenis beras premium dari Jepang. Japonicum koshihikari adalah salah satu jenis beras dari Jepang yang sangat populer di Jepang. Jenis beras ini menjadi pilihan favorit untuk membuat sushi.

Beras premium dari jepang Japonicum koshihikari, rupanya sukses dibudidayakan oleh petani Desa Besur Kecamatan Sekaran, Lamongan. Mereka bahkan membudidayakannya secara organik, tanpa pupuk kimia dan pestisida kimia.
Yang lebih penting lagi bagi petani adalah adanya jaminan bahwa beras ini mampu diserap langsung oleh industri, tanpa perantata tengkulak. Bersyukur petani Besur karena tidak mengalami kesulitan soal pemasaran beras ini. Karena sudah ada perusahaan yang siap menampung berapapun hasil panennya.
Memang untuk masuk langsung ke user premium saat ini “tren organik” lebih menarik dan menambah nilai tambah. Organik tanpa pestisida dan tanpa pupuk kimia. Memang bisa?
Sepertinya bisa, karena saat ini telah banyak produk-produk seperti pupuk organik (POC), pestisida organik, dan produk-produk organik lainya dipasaran.
Menurut perhitungan petan Besur bertani secara organik rata-rata produktivitasnya bisa mencapai 9,8 ton per hektare. Sementara ongkos produksi juga jauh berkurang. karena ongkos pupuk kimia yang biasanya Rp 2 juta per hektare, kini dengan pupuk organik hanya Rp 600 ribu perhektare.
Sementara ongkos untuk pestisida maupun pengendali hama menjadi nol, karena diproduksi sendiri. Selain itu petani juga memanfaatkan bunga refugia dan burung hantu sebagai pembasmi hama.
Apa itu Benih Padi & Beras Jepang (Japonica)
