Begini Cara Mengendalikan Sundep pada Padi

Begini Cara Mengendalikan Sundep pada Padi

Sundep atau penyakit daun bercak merah pada padi merupakan salah satu masalah yang sering dihadapi oleh petani padi di berbagai daerah. Sundep dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan karena dapat mengurangi hasil panen padi. Oleh karena itu, penting bagi petani padi untuk mengenal dan mengendalikan sundep secara efektif untuk memastikan keberhasilan panen mereka.

Baca Juga: Mungkinkah Inilah Rahasia Panen Padi Melimpah? Temukan Dosis Optimal Fungisida Filia 525 SE Untuk Tanaman Padi Anda

Gambar Penyakit Sundep pada Padi

Faktor Penyebab Sundep pada Padi

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya sundep pada padi, di antaranya:

  • Kelembaban tinggi
  • Penyebaran penyakit oleh hama atau serangga
  • Penggunaan varietas padi yang rentan terhadap penyakit sundep
  • Praktik pengelolaan lahan yang buruk
  • Kualitas benih yang tidak baik

Cara Mengendalikan Sundep pada Padi

Untuk mengendalikan sundep pada padi, diperlukan pendekatan yang terintegrasi dan berbasis pada prinsip pengendalian hayati, budaya, kimia, dan pengelolaan nutrisi.

Berikut adalah beberapa langkah pengendalian hama sundep / beluk yang dapat diambil:

  1. Pengamatan dan Identifikasi Hama – Penting untuk melakukan pengamatan secara rutin terhadap tanaman padi guna mengidentifikasi adanya serangan hama sundep / beluk. Petani perlu memahami ciri-ciri serangan hama ini, seperti adanya lubang di batang padi, serbuk gergaji, serta kotoran hama yang terlihat sebagai tanda-tanda serangan sundep / beluk. Dengan mengenali hama ini secara dini, petani dapat mengambil tindakan pengendalian yang tepat.
  2. Pengendalian Mekanik – Salah satu cara pengendalian hama sundep / beluk yang efektif adalah dengan pengendalian mekanik. Petani dapat melakukan pemotongan dan penghancuran bagian batang yang terinfeksi hama ini. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan pisau atau alat tajam lainnya untuk menghilangkan larva hama yang berada di dalam batang padi. Bagian yang terinfeksi harus segera dibuang dan dimusnahkan untuk mencegah penyebaran hama ke tanaman lainnya.
  3. Penggunaan Pestisida Nabati – Pestisida nabati dapat menjadi alternatif pengendalian hama sundep / beluk yang ramah lingkungan. Beberapa jenis pestisida nabati yang dapat digunakan antara lain adalah ekstrak daun mimba, ekstrak bawang putih, atau ekstrak daun pepaya. Pestisida nabati ini dapat digunakan dengan cara penyemprotan pada tanaman padi yang terinfeksi hama sundep / beluk. Namun, perlu diingat untuk mengikuti dosis yang dianjurkan dan menggunakan pestisida nabati yang telah terdaftar dan diizinkan oleh otoritas yang berwenang.
  4. Penggunaan Varietas Tahan Hama – Pilihan varietas padi yang tahan terhadap serangan hama sundep / beluk juga dapat menjadi langkah pengendalian yang efektif. Beberapa varietas padi telah dikembangkan dengan ketahanan terhadap hama ini, dan petani dapat memilih varietas padi yang sesuai dengan kondisi dan lingkungan pertanian mereka. Penggunaan varietas tahan hama dapat mengurangi risiko serangan hama sundep / beluk dan meminimalkan penggunaan pestisida kimia.
  5. Kebersihan Lahan dan Pengelolaan Tanaman – Mengelola lahan secara bersih dan menjaga kebersihan lingkungan sekitar tanaman padi juga penting dalam pengendalian hama sundep / beluk. Petani perlu menjaga kebersihan lahan dari gulma dan sisa-sisa tanaman yang dapat menjadi tempat persembunyian hama sundep / beluk. Selain itu, pengelolaan tanaman padi yang baik, seperti pemupukan yang seimbang dan penyiraman yang cukup, juga dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama sundep / beluk.
  6. Pengendalian Hayati – Penggunaan agen pengendalian hayati, seperti predator atau parasitoid alami, juga dapat menjadi alternatif pengendalian hama sundep / beluk. Beberapa jenis serangga seperti kepik, laba-laba, atau parasitoid seperti Trichogramma sp. dapat digunakan untuk mengendalikan populasi hama sundep / beluk secara alami. Pengendalian hayati ini merupakan metode yang ramah lingkungan dan dapat mengurangi penggunaan pestisida kimia.
  7. Rotasi Tanaman – Rotasi tanaman adalah langkah pengendalian hama sundep / beluk yang dapat dilakukan dengan cara mengganti jenis tanaman padi pada suatu lahan dengan tanaman non-padi atau tanaman yang tidak menjadi inang hama tersebut. Hal ini dapat mengganggu siklus hidup hama sundep / beluk dan mengurangi risiko serangan pada tanaman padi.

Demikianlah beberapa langkah pengendalian hama sundep / beluk (penggerek batang padi) yang dapat diambil oleh petani. Kombinasi dari beberapa metode pengendalian yang sesuai dengan kondisi pertanian dapat membantu mengurangi kerugian akibat serangan hama sundep / beluk dan menjaga keberlanjutan produksi padi yang sehat.

Kiat Sukses Panen Padi 10 Ton Per Hektar

Kiat Sukses Panen Padi 10 Ton Per Hektar

Tulisan ini merupakan ringkasan dari artikel dengan judul aslinya “Rahasia Bertani Padi Ala Maftukin” yang dimuat Majalah Agrina Edisi No 282 Desember 2017.

Maftukin adalah petani asal Desa Prangean, Kecamatan Maduran, Lamongan, Jawa Timur dan menjadi salah satu peserta pada Regional Farmer Panel pada Plant Science Seminar pada tanggal 14-15 November 2017 yang diselenggarakan oleh CropLife Asia.

Berikut adalah kiat-kiat sukses Maftukin dalam bertani padi sehingga mampu menghasilkan gabah kering panen (GKP) sekitar 10 ton per hektar.

  1. Cara Pemilihan Pestisida
  2. Cara Penggunaan Pupuk
  3. Cara Teknik Pertanaman Jajar Legowo

Kiat Pemilihan Pestisida

Menutur Maftukin bertanam padi jaman now berbeda dengan 5 tahun lalu yang bisa dipastikan 75%-85% bisa panen, tetapi sekarang akan ada kemungkinan gagal panen.  Karena pengaruh cuaca dan serangan hama dan penyakit yang semakin banyak.  Oleh karena itu harus pandai-pandai mengaplikasikan pestisida dan pengamatan lapangan.  Petani harus memantau keadaan padi di lapangan dua atau tiga hari sebelum aplikasi pestisida.

Sesuaikan Jadwal Aplikasi Pestisida

Jika menurut jadwal pestisida harus digunakan 10-15 HST, maka aplikasikan pada umur tersebut.  Jangan diaplikasikan kurang dari 10 HST atau lebih dari 15 HST.

Menghadapi Serangan Wereng

Jika ditemukan serangan wereng pada masa vegetatif (umur tanaman 0-50 Hari Setelah Tanam (HST) pestisida yang dipilih adalah Confidor.  Namun jika serangan wereng terjadi pada masa primordia (bunting muda) pestisida yang dipakai adalah Plenum atau Tenchu.

Menghadapi Serangan Sundep (Penggerek Batang)

Jika ditemukan adanya serangan sundep dan masih dalam keadaan normal pestisida yang dipakai adalah Belt Expert.  Jika serangan sudah diambang batas, maka pestisida yang dipakai adalah Endure.  Namun jika serangan sudah parah banget, pestisida yang digunakan adalah Prevathon.

Kiat Penggunaan Pupuk

Sama halnya dengan penggunaan pestisida, penggunaan pupuk juga waktu aplikasinya harus tepat waktu. 

Pemupukan pertama dan kedua

Pemupukan petama pada umur 15 HST, yaitu satu kuintal urea dan satu kuintal NPK Phonska per hektar.  Pemupukan kedua saat umur 25-30 HST dengan satu kuintal NPK Phonska dan satu kuintal SP36.

Pengamatan terus dilakukan, jika tanaman sehat  berwarna hijau dan kokoh selanjutnya diberikan pupuk KCL sebanyak 70 kg/ha pada saat umur tanaman 40 HST.  Pemberian KCL bisa memberikan pengisian bulir padi maksimal.

Pemberian Nutrisi Tambahan

Pada umur 55 HST dan 65HST kembali diberikan nutrisi MKP (mono Kalium Phospate) cap Kapal Terbang sebanyak 2 kg/ha.  Pada saat yang sama diberikan juga Folicur sebagai booster padi sebanyak 250 ml per hektar.  Aplikasinya bisa disemprotkan secara bersamaan antara Folicure dangan MKP (-red).

Kiat Teknik Pertanaman Jajar Legowo

Selain cara penggunaan pestisida, pemupukan dan pemberian nutrisi tambahan, tidak kalah penting adalah penerapan teknologi budidaya padi dengan menggunakan jajar legowo.  Jarak tanam antarbaris 25 cm, jarak dalam baris 10 cm, dan jarak legowonya (atau jarak setiap dua baris) 40 cm.

Dengan jajar legowo seperti di atas, populasi tanamannya 400 ribu rumpun/ha, dengan produktivitas gabahnya lebih dari 10 ton GKP/ha/musim.

Keterangan produk pestisida

CONFIDOR 5WP adalah Insektisida sistemik racun kontak dan lambung berbentuk tepung yang dapat disuspensikan dengan bahan aktif imidakloprid (imidacloprid) 5 %.  Confidor buatan PT Bayer Indonesia. 

Pengendalian wereng coklat (Nilaparvata lugens) dengan penyemprotan volume tinggi: 300 g/ha).  

PLENUM 50 WG adalah Insektisida penghambat aktivitas makan berbentuk butiran yang dapat didispersikan dalam air dengan bahan aktif pimetrozin (pymetrozine) 50 %.  PLENUM 50 WG diproduksi oleh PT. Syngenta Indonesia.

Pengendalian wereng coklat (Nilaparvata lugens), wereng punggung putih (Sogatella furcifera), wereng daun (Nephotettix virescens) dengan penyemprotan volume tinggi : 100 – 300 g/ha.

TENCHU 20 SG adalah Insektisida racun kontak dan lambung berbentuk butiran yang dapat larut dalam air dengan bahan aktif dinotefuron (dinotefuron) 20 %.  TENCHU 20 SG diproduksi oleh PT DuPont Agricultural Products Indonesia.

Pengendalian wereng coklat (Nilaparvata lugens)  dengan penyemprotan volume tinggi : 400 – 500 g/ha.

BELT EXPERT 480 SC adalah insektisida racun kontak dan lambung berbentuk pekatan suspensi dengan dua bahan aktif yaitu flubendiamida (flubendiamide)  240 g/l dan tiakloprid (thiacloprid) 240 g/l.  BELT EXPERT 480 SC diproduksi oleh PT Bayer Indonesia.

Pengendalian penggerek batang (Scirpophaga incertulas) dengan penyemprotan volume tinggi : 300 ml/ha.

ENDURE 120 SC adalah insektisida racun kontak dan lambung berbentuk pekatan suspensi dengan bahan aktif spinoteram (spinoteram)  120 g/l. ENDURE 120 SC diproduksi oleh PT Dow AgroSciences Indonesia. 

Pengendalian penggerek batang (Scirpophaga incertulas), pelipat daun (Cnaphalocrosis medinalis) dengan penyemprotan volume tinggi : 250 – 375 ml/ha.

PREVATHON 50 SC adalah insektisida sistemik racun kontak, lambung dan syaraf berbentuk pekatan suspensi dengan bahan aktif klorantraniliprol (chlorantraniliprole) 50 g/l.  PREVATHON 50 SC diproduksi oleh PT DuPont Agricultural Products Indonesia.

FOLICURE GOLD 430 adalah Fungisida sistemik yang bersifat protektif, kuratif, eradikatif dan zat pengatur tumbuh tanaman berbentuk pekatan suspensi berwarna abu-abu kecoklatan untuk mengendalikan penyakit jamur padi dan sebagai zat pengatur tumbuh pada tanaman padi.  FOLICURE GOLD berbahan aktif tebukonazol 430 g/l dan diproduksi oleh PT. Bayer Indonesia.

🌾 Beginilah Jurus Jitu Kendalikan Wereng Coklat

🌾 Beginilah Jurus Jitu Kendalikan Wereng Coklat

Tak dapat dipungkiri wereng masih menjadi masalah yang bikin puyeng. Petani padi masih direpotkan dengan serangan wereng coklat yang berpotensi membawa virus kerdil hampa dan kerdil rumput. Petani harus mengantisipasinya sejak awal.

3 Faktor Penyebab Wereng

Setidaknya ada 3 faktor kenapa wereng masih menjadi masalah utama petani sampai saat ini. Pertama, faktor iklim yang cukup basah atau kemarau basah. Kondisi yang lembab namun hangat adalah kondisi yang membuat nyaman bagi wereng.

Kedua, pola budidaya tanaman padi yang menyebabkan tidak terputusnya rantai makanan bagi wereng. Wereng berpindah dari tanaman ke tanaman sebelahnya, berpindah dari saru lokasi ke lokasi berikutnya. Akan lebih parah jika diwilayah tersebut menerapkan pola tanam 3 kali dalam setahun.

Faktor terakhir adalah pola penggunaan insektisida yang intensitasnya sudah sangat tinggi. Penggunaan dosis yang kurang tepat dan jumlah penyemprotan yang tinggi 8-12 kali dinilai menyebabkan kerentanan terhadap wereng.

Bagaimana pengendalian wereng secara kimiawi yang ditawarkan oleh perusahaan pembuat pestisida atau formulator?
Berbagai perusahaan pestisida memiliki ‘resep’ dan menawarkan solusi terbaiknya. Berikut beberapa solusi produk yang diberikan.

Pengendalian wereng dengan Marshal 5GR versi FMC

Sumber foto: google

FMC masih mengandalan insektisida Marshal 5GR dengan bahan aktif karbosulfan sejak persemaian dengan dosis 4 kg/ha. Aplikasinya bisa bersamaan dengan pemupukan.

Kemudian saat pindah tanam, Marshal 5GR diaplikasikan berbarengan dengan pemupukan pertama atau umur 15 HST dengan dosis 10 kg/ha. Jika masih ada serangan kembali Marshal 5GR bisa aplikasikan pada umur 30 HST pada pemupukan ke-2 dengan dosis 10 kg/ha.

Pengendalian wereng dengan Tenchu 20SG Versi Agricon

Tenchu-20-SG Agricon
Sumber foto: Agricon

Agricon menawarkan pengendalian wereng coklat dengan insektisida Tenchu 20SG yang berbahan aktif dinotefuron 20%.

Tenchu 20SG diaplikasikan dengan cara melarutkan 25 gr dalam satu tangki kapasitas 14 lt untuk luasan 400 m2, atau 2-3 bungkus (50 g – 75 gr Tenchu 20SG per hektar).

Penyemprotan dilakukan pada saat populasi wereng 5-10 ekor per rumpun. Penyemprotan sekitar 10-15 cm di atas permukaan tanah (bukan diatas permukaan tinggi tanaman).

Pengendalian Wereng dengan Pexalon 106SC Versi Corteva (DowDupont)

Pexalon Corteva DowDupont
Sumber foto: FB DupontPexalon

Insektisid Pexalon 106SC dengan bahan aktif triflumezopyrim diaplikasikan pada umur tanaman 10-20 HST dengan dosis 240 ml/ha dengan volume semprot 300 liter/ha atau 20 tangki per hektar.

Untuk daerah yang bukan endemik wereng dan virus kerdil aplikasikan Pexalon 106SC pada saat populasi rendah 5-10 ekor per rumpun pada umur tanaman 25-40 HST.

Pexalon 106SC direkomendasikan untuk digunakan sejak awal pertubuhan vegetatif. Untuk daerah endemik wereng seperti di daerah pantura Jawa Barat seperti Karawang, Subang, Pagaden, Indramayu aplikasi dilakukan pada saat awal ketika terlihat penerbangan pertama wereng bersayap pada umur 10-20 HST.

Keunggulan Pexalon 106SC

Mengutip dari informasi yang diperoleh, setidaknya ada 3 keunggulan insektisida generasi baru dari Corteva ini. Yakni, petama Pexalon 106SC bisa mengendalikan semua jenis wereng secar menyeluruh, baik pada fase nimfa maupun dewasa.

Kedua, durasi pengendalian yang panjang. Pexalon 106SC mampu melindungi tanaman selama 21-25 hari sejak pertama penyemprotan. Sedangkan siklu hidup wereng Nilaparvata lugens ini berlangsung 23-32 hari, mulai dari serangga, instar, nimfa, seragga dewasa tanpa sayap, dan serangga bersayap.

Keunggulan ketiga dari produk ini sangat aman terhadap manusia dan serangga menguntungkan lainnya seperti laba-laba, kepik, dan kumbang masih tetap hidup.

Bagaimana dengan Anda? punya pengalaman dalam pengendalian wereng yang tuntas dan terlebih ekonomis? silahkan menuliskan di kolom komen di bawah ini

Tepat Insektisida untuk Kendalikan Wereng

Tepat Insektisida untuk Kendalikan Wereng

Ada empat jenis wereng pada tanaman padi, yaitu jenis wereng batang (plan hopper) yang terdiri dari wereng coklat (Nilaparvata lugens), wereng punggung putih (Sogatella furcifera) dan jenis wereng daun (leaf hopper) yang terdiri dari wereng hijau (Nephotettix spp) dan wereng loreng (Recilia dorsalis).

Yang sering menimbulkan masalah adalah wereng coklat dan wereng hijau. Wereng coklat bisa menyebabkan padi mati kekeringan dan seperti terbakar (hopper burn) atau puso. Sedangkan wereng hijau kerusakan tidak terlalu nyata tetapi dapat menyebarkan virus tungro.

Bioekologi Wereng Batang Coklat

Wereng batang coklat (WBC, Nilaparvata lugens) dapat berkembang biak dengan cepat dan mudah beradaptasi dengan membentuk biotipe baru. WBC menjadi parasit pada padi dengan menghisap cairan tumbuhan sehingga mengakibatkan pertumbuhannya terganggu bahkan mati.

Wereng menyerang tanaman padai mulai dari stadia persemaian hingga fase matang susu. Mekanisme kerusakan dengan cara menghisap cairan tanaman pada system vascular (pembuluh tanaman). Tanaman padi yang terserang wereng menunjukkan gejala kekuningan, pertumbuhan terhambat dan tanaman menjadi kerdil. Pada seragan parah tanaman padi menjadi kering dan mati.

Siklus hidupnya antara 3-4 minggu (21-33 hari), yang dimulai dari telur (7-10 hari), nimfa (8-17 hari) dan imago/dewasa (18-33 hari). Wereng betina bertelur hingga 500 butir.  Telur diletakan pada urat daun yang utama. Saat nimfa dan imago inilah WBC menghisap cairan batang padi.

Dalam satu rumpun padi bisa terbentuk 4-5 generasi. Saat populasi makin tinggi sebagian populasi akan membentuk sayap agar dapat berpindah ke area lain.

Ambang pengendalian hama ini adalah 5-10 ekor per rumpun. WBC mengeluarkan kotoran embun madu yang biasanya akan ditumbuhi cendawan jelaga hingga daun padi berwarna hitam. Banyaknya kotoran putih bekas pergantian kulit nimfa dapat dijadikan indikator populasi wereng yang tinggi.

Pengendalian WBC Secara Kimia

Dengan mengetahui siklus hidup WBC kita dapat menentukan waktu terbaik, kapan sebaiknya pengendalian kimia dilakukan. Jenis insektisida dengan bahan aktif apa yang efektif untuk setiap stadia WBC.

Pengendalian dengan pestisida akan sangat efektif jika dilakukan pada populasi wereng sudah diatas ambang ekonomi.  Ambang ekonominya adalah 5 ekor wereng per rumpun untuk tanaman padi kurang dari 40 HST atau 20 ekor per rumpun untuk tanaman padi lebih dari 40 HST.

Bahan aktif insektisida yang tersedia dipasar adalah abamectin, bisultap, buprofezin, BPMC, dimehypo, imidaklopid, karbofuran, pimetrozin, fipronil, MICP, bisultap, tiametoksam, etopenfroks, dll.

Namun saya akan membahas beberapa bahan aktif yang paling umum ditemukan di pasaran yaitu :

Insektisida kontak
1. Abamektin
Abamektin termasuk insektisida dan akarisida, sangat efektif untuk mengendalikan tungau pengganggu dan hama thrips spp serta plutella spp.  Abamektin merupakan racun kontak dan perut serta bekerja sebagai racun syaraf dengan menstimulasi gama amino asam butirat (GABA). Abamektin mememiliki efek translaminar yang kuat.
Insektisida ini relatif bersahabat dengan lingkungan karena cepat terdegradasi secara fotokimia oleh mikro organism dalam tanah, dan tidak bersifat bioakumulatif.  Dalam prakteknya efek negative abamektin terhadap serangga berguna sangat kecil.
Contoh : Banyak 🙂

2. BPMC
Buthylphenylmethyl carbamate atau BPMC merupakan insektisida non-sistemik dengan kerja sebagai racun kontak. Efektif untuk mengendalikan wereng, thips, dan hama bubuk.
Contoh : BAYCARB 500 EC

3. Buprofezin
Merupakan insektisida dan akarisida non sistemik yang bekerja secara chitin synthesis inhibitor (penghambat sintesa khitin) sehingga mengganggu proses pergantian kulit pada serangga sehingga akhirnya menimbulkan kematian.
Serangga yang terkena bufropezin akan menghasilkan telur yang steril. Insektisida ini efektif untuk pengendalian hama terpadu (PHT). Buprofezin bersifat non-karsinogenik (tidak menimbulkan bahaya kanker) dan non-teratogenik.
Contoh: APPLAUD 100 EC, dll

4. Fipronil
Merupakan racun syaraf yang bekerja dengan cara memblokir saluran klorida yang diregulasi oleh GABA. Hama yang sudah resisten terhadap piretroid, siklodein, organofosfat, dan karbamat bisa dipecahkan oleh senyawa ini.
Firpronil bersifat racun kontak dan racun perut dan digolongkan ke dalam racun non-sistemik meskipun memilili sifat sistemik yang dapat diaplikasikan lewat tanah.
Contoh : Regent 50SC, dll

Insektisida sistemik

5. Imidakloprid
Imidakloprid termasuk insektida sistemik dan translaminar yang bekerja secara racun kontak dan perut, diabsorpsi oleh daun dan akar serta ditransportasikan secara akropeta. Insektisida ini selain efektif untuk wereng juga efektif untuk mengendalikan hama penusuk-penghisap lain seperti aphids, thips dan kutu kebul.
Contoh : CONFIDOR 200 SL

6. Karbofuran
Kabofuran merupakan insektisida sistemik yang bekerja sebagai racun kontak dan racun perut. Umumnya diformulasi dalam bentuk butiran dan aplikasinya lewat tanah untuk mengendalikan banyak jenis serangga dan nematode.
Contoh : Furadan 3G, dll

7. Dimehypo
Dimehypo merupakan insektisida sistemik yang bekerja secara racun kontak dan racun perut. Selain untuk mengendalikan wereng juga mampu mengendalikan hama penggerek batang padi.
Contoh : SPONTAN 400 SL, dll

8. Pimetrozin
Sebagai insektisida relative baru (dikenalkan tahun 1992-1993) cara kerjanya bekerja secara sistemik dan menghambat aktivitas makan sehingga berhenti makan dan 1 – 4 hari akan mati kelaparan. Namun insektisida iniefektif untuk mengendalikan wereng, aphids dan whitefly (kutu kebul).
Contoh: Plenum 50WG

Insektisida untuk Wereng yang Bagus?

Semua insektisida yang ada dipasaran semua bagus 🙂  semua pilihan diserahkan kepada petani sebagai pengguna langsung.

Dengan mengetahui cara kerja insektisida untuk mengendalikan wereng diatas, maka kita dapat menentukan produk apa yang paling tepat sesuai dengan kondisi serangan wereng.

Untuk mengendalikan wereng pada tingkat populasi masih dibawah ambang ekonomi, saya menyarankan mulai dengan penyemprotan tunggal insektisida bahan aktif BPMC yang bersifat kontak) atau Dimehypo yang bersifat sistemik. Bisa juga langsung campur secara bersamaan.

Atau pada tahap awal jika diketemukan adanya telur-telur wereng pada daun dapat diaplikasikan buprofezin + dimehypo. Hal ini untuk mengendalikan telur wereng supaya tidak menentas (efek buprofezin) dan melindungi padi dari serangan wereng (efek sistemik dimehypo).

Karena wereng hidup dibagian bawah pangkal batang, dan untuk tamanan padi yang sudah berumur 40 HST biasanya penyemprot (aplikator) hanya menyemprot dibagian atas tanaman maka penggunaan insektisida yang bersifat translaminar juga sangat dianjurkan, seperti bahan aktif imidakloprid atau abamektin.

Penggunaan insektisida pengendali wereng sebenarnya tidak harus dengan insektisida dengan harga yang mahal, asal kita tahu cara kerja bahan aktifnya dan memahami siklus hidup wereng. Penggunaan insektisida yang “murah” sudah mampu menahan kerugian terhadap wereng. Namun kebanyakan petani menginginkan yang cespleng, sekali semprot wereng langsung hilang.

Tentu saja faktor yang terpenting dalam pengendalian WBC adalah pengamatan rutin pada rumpun-rumpun bawah batang tamanan padi.  Karena hama WBC hidup pada pangkal batang padi.

Akan lebih baik lagi jika pengendalian wereng dimulai dengan cara memproteksi lebih awal tanaman padi dengan cara penggunaan pupuk atau nutrisi silika. Karena silika dari hasil penelitian mampu menahan serangan wereng dan penggerek batang selain juga mampu meningkatkan hasil panen 5%-20%.

Apa itu silika tenaz silahkan baca Silika Hara Penting Tanaman Padi, Gunakan Silika Cair Tenaz disini

Catatan:
– Translaminar = sistemik lokal; memiliki daya penetrasi dalam jaringan tanaman; diserap jaringan tanaman (daun) tetapi sedikit ditransportasikan ke bagian lain tanaman.

Sumber: Panut, D. 2008. Panduan Lengkap Pestisida & Aplikasinya. AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Insektisida Pengendali Hama Wereng Pada Tanaman Padi

Insektisida Pengendali Hama Wereng Pada Tanaman Padi

Wereng coklat (Nilaparvata lugens) bukan hama asing bagi para petani padi. Hama wereng sudah terjadi di seluruh sentra tanaman padi, gangguan hama wereng bisa mengakibatkan gagal panen. Dilaporkan kehilangan hasil akibat serangan wereng bisa mengalami kerugian 90%, alias puso.

Pada tanaman padi terdapat empat jenis wereng, yaitu wereng batang (plant hoper) yang terdiri dari wereng coklat (Nilaparvata lugens), wereng punggung putih (Sogatella furcifera), dan wereng daun (leaf hopper) yang terdiri dari wereng hijau (Nephotettix spp) dan wereng loreng (Recilia dorsalis).

Dari keempat jenis wereng tersebut yang sering dilaporkan menimbulkan masalah pada tanaman padi adalah wereng coklat dan wereng hijau. Wereng coklat dapat menyebabkan tanaman padi mati kekeringan dan tampak seperti terbakar (hopper burn) atau puso serta dapat menularkan jenis virus.

Sedangkan wereng hijau walaupun kerusakan yang ditimbulkannya tidak begitu nyata, tetapi dapat menyebabkan penularan virus tungro.

Penyebab Serangan Wereng Pada Tanaman Padi

Gejala serangan wereng pada tanaman padi, mulai terlihat dari daun padi menguning, dan tanaman cepat mongering seperti terbakar. Gejalan ini disebut dengan istilah hopperburn. Dalam satu hamparan gejala serangan wereng terlihat seperti membentuk lingkaran yang menunjukkan pola penyebaran wereng coklat. Dalam kondisi demikian, populasi wereng sudah sangat tinggi yang didominasi oleh serangga yang bersayap.

Pemicu serangan wereng antara lain padi terus menerus menggunakan pemupukan dengan dosis nitrogen (N) yang tinggi. Walaupun ada banyak faktor lain, misalnya penggunaan pestisida yang sudah over dosis, dan faktor budidaya para petani padi.

Pestisida Pengendali Wereng Pada Tanaman Padi

Saat ini banyak beredar jenis dan merek pestisida di kios-kios pertanian yang diperuntukan pengendalian wereng. Sebagai pengguna produk, para petani padi terlebih dahulu harus mengetahui manfaat produknya terlebih dahulu, dalam hal ini bahan aktifnya. Oleh karena itu para petani harus mengetahui tentang bahan aktif, formulasi, cara kerja, karakteristik produk yang dimaksud.

Beberapa bahan aktif pestisida yang efektif dalam pengendalian hama wereng coklat adalah:

  • Bahan Aktif Buprofezin
      • Buprofezin merupakan insektisida juga akarisida non-sistemik yang berkerja sebagai chitin synthesis inihitor (penghambat sitesa khitin) sehingga mengganggu proses pergantian kulit pada serangga dan akhirnya menimbulkan kematian.
      • Contoh merek terdaftar: Applaud 100EC, Applaud 400SC, Applaud 10WP, Buprosida 100EC, Gerbera 100EC, Lugen 100EC, Nimbus 25WP
  • Bahan Aktif Imidakloprid
      • Insektisida ini memiliki cara kerja sistemik dan translamiar yang bekerja sebagai racun kontak dan sracun perut. Dapat diabsopsi oleh daun, akar, dan ditransportasikan secara akropetal (dari akar ke daun).
      • Contoh merek yang terdaftar: Abuki 350EC, Abuki 50SL, Abuki 70WS, Agrovin 0,5GR, Agrovin 200SL, Amida 200SL, Amirid 200SL, Astermida 10WP, Avidor 200SL, Avidor 25WP, Bestvidor 25EC, Bestvidor 10WP, Bima 10WP, BM Thiomat 200SL, Celeb Tsan 28EC, Centador 10WP, Confidor 200SL, Confidor 75WS, Counter 50/1,8SP, Crista 25WP, Crista 200SL, Dagger 200SL, Delouse 200SL, Delouse 25WP, Difender 200SL, Imar 6WP, Imar 20WP, Imidaplus 25WP, Imidaplus 200SLGaucho 350FS, Hippo 48WP, Imidagold 200SL, Imidasal 10WP, Imidasal 200SL, Imidor 50SL, Imidovap 70WP, Interprid 200SL, Interprid 25WP, Jellin 100SL, Kimida 10WP, Klopindo 10WP, Klopindo 200SL, Kompitor 200SL, Lanidor 200SL, Lentera 200SL, Megamida 200SL, Neptune 25WP, OBR 25WP, Option 350SC, Option 50SL, Paztidor 200EC, Plush 60WP, Premise 200SL, Pro 100SL, Providor 30WP, Rudor 5WP, Safel 200SL, Samber 50SL, Samida 15WP, Sanfidor 200SL, Soldier 200SL, Solomon 300OD, Starfidor 100SL, Starfidor 5WP, Tampidor 25WP, Tampidor 200SL, Terrco 200SL, Tidal 5WP, Topdor 10WP, Total 10/4EC, Tygra 200SL, Viligon 10WP, Viligon 200SL, Vitanon 10WP, Winder 100EC, Winder 25WP, Wingran 70WS, Wingran 0,5GR, Zychate 200SL, Zychate 25WP.
  • Bahan Aktif BPMC
      • Nama resmi insektisida ini adalah Fenobukarb, yang di Indonesia lebih dikenal dengan BPMC (buthylphenylmethyl carbamate). BPMC merupakan insektisida non sistemik dengan kerja utama sebagai racun kontak. Selain untuk mengendalikan wereng, BPMC juga dapat digunakan untuk mengendalikan ulat buah, thrips, dan aphids pada kapas.
      • Contoh merek: Amabas 500EC, Bassa 500EC, Baycarb 500EC, Benhur 500EC, Bona 500EC, Darmabas 500EC, Emcindo 500EC, Erkabas 500EC, Gobang 110EC, Greta 500EC, Hopcin 460EC, Hopper 500EC, Indobas 500EC, Karbasin 500EC, Kiltop 500EC, Naga 500EC, Nonstop 400EC, Pentacarb 500EC, Rahwana 500EC, Sidabas 500EC, Tamabas 500EC, Tanicarb 485EC.
  • Bahan Aktif Fipronil
      • Insektisida dengan bahan aktif fipronil memiliki cara kerja dengan memblok saluran klorida yang diregulasi GABA. Insektisida ini merupakan racun syaraf, sehingga serangga yang sudah resisten dengan piretroid, siklodien, organofosfat, dan karbamat dapat dipecahkan dengan senyawa ini.
      • Contoh merek yang terdaftar: Agadi 50SC, Agent 50SC, Am Best 100ME, Aneto 0,5 GR, Aneto 50EC, Biogent 50EC, Destar 50EC, Fibron 50SC, Fiprophos 50EC, Firpros 55SC, Foray 50SC, Granet 50SC, Kenpronil 50EC, Morgent 50EC, Morgent 50SC, Neofron 3GR, Neofron 60SC, Penalty 50SC, Regent 0,3GR, Regent 50SC, Regent 80WP, Regiont 50EC, Topnil 50SC, Uno 50EC.
  • Bahan Aktif Klorantraniliprol dan Tiametoksam
      • Merupakan insektisida yang diklaim sebagai insektisida generasi terbaru yang memiliki spectrum luas untuk mengendalikan beberapa hama pada tanaman padi.
      • Contoh merek : Virtako 300SC (Klorantraniliprol + Tiametoksam), Prevathon 50SC (Klorantraniliprol 50 g/l)
  • Bahan Aktif Abamektin
      • Abamektin merupakan pestisida racun kontak dan perut serta bekerja sebagai racun syaraf yang menstimulasi gama amino asam butirat (GABA). Abamektin memiliki sifat sistemik, tetapi juga memiliki sifat translaminar yang kuat. Pestisida ini cukup ramah terhadap lingkungan karena cepat terdegradasi secara fotokimia di lingkungan, juga abamektif terikat kuat di dalam tanah.
      • Abamektin selain efektif terhadap hama wereng pada tanaman padi, juga mampu untuk mengendalikan thrips pada cabai, ulat, kubis, pengorok daun pada kentang, kacang panjang, dan daun jeruk.
      • Contoh merek yang terdaftar : Agrimex 18EC, Alfamex 18EC, Amcomec 18EC, Amect 18EC, Asmec 18EC, Aspire 18EC, Bamex 18EC, Besgrimex 36EC, Calebtin 18EC, Catez 18EC, Demolish 18EC, Devamec 18EC, Dimec 18EC, Habamec 18EC, Indomectin 20EC, Isigo 18EC, Kiliri 18EC, Lider 18EC, Mectimax 18EC, Mexdone 36EC, Matros 18EC, Numectin 20 EC, Okrite 20EC, Phoscormite 18EC, Promectin 18EC, Quimex 36EC, Rutin 18EC, Schumec 18EC, Sidamec 20EC, Stadium 18EC, Stamek 18EC, Supemec 18EC, Taldin 33EC, Tridamex 36EC, Trimmer 18EC, Vapcomic 18EC, Wito4EC
  • Bahan Aktif Kartap Hidroklorida
      • Kartap bekerja sebagai racun syaraf dan bekerja sebagai nicotinergic choline bloker yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada serangga sehingga serangga berhenti makan dan mati kelaparan. Kartap juga bekerja sebagai racun perut dan racun kontak. Dapat digunakan untuk mengendalikan hama penusuk-penghisap, terutama lepideoptera, coleopteran dan lalat agromyzidae.
      • Contoh: Barrier 5G, Barrier 20SP, Brandan 4,2 GR, Britap 50SP, Diccoci 50WP, Kardan 4GR, Kardan 50SP, Kristal 50WP, Padan 50SP, Tampidan 60SP, Vertap 50SP, Zidan 50SP
  • Bahan Aktif Dimehipo
    • Merupakan insektisida sistemik yang bekerja secara racun kontak dan racun perut. Insektisida ini bersifat ovicidal terhadap kelompok telur hama penggerek batang, hama putih palsu, wereng dan golongan Lepidoptera lainnya.
    • Contoh merek yang terdaftar: Alphadine 450SL, Aphadine 6GR, Bajaj 450SL, Borzu 403SL, Bulet 400SL, Centadine 450SL, Danatan 400SL, Dimpo 400SL, Dipho 400SL, Dipostar 400SL, E-to 400SL, Foltus 400SL, Fortuna 290SL, Hippo 48WP, Hypolax 400SL, Indodine 485SL, Jagona 400SL, Joki 400SL, Kempo 400SL, Ken-Mipo 400SL, Konstan 400SL, Manuver 400SL, Marathon 500SL, Mektan 300SL, Montaf 300SL, MP Tegar 400SL, Panzer 290SL, Poryza 400SL, Primadine 480SL, Purdan Plus 6GR, Roltap 450SL, Sandimas 400SL, Sidatan 410SL, Syringa 450SL, Sonic 450SL, Spartan 290SL, Sponsor 450SL, Spontan 400SL, Stuntman 500SL, Taruna 400SL, Venus 400SL, Vista 400SL

Mana diantara berbagai merek dan jenis insektisida tersebut yang paling bagus? Pilihan dikembalikan kepada para petani pengguna.

Sumber : Buku Hijau Pestisida Pertanian dan Kehutanan Tahun 2013. Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementrian Pertanian RI.

<