Berikut ini Tingkat Resistensi Fungisida dan Tingkat Resiko Patogen Jamur Pada Tanaman

Berikut ini Tingkat Resistensi Fungisida dan Tingkat Resiko Patogen Jamur Pada Tanaman

Organisme pengganggu tumbuhan (OPT) biasa disebut juga hama dan penyakit tanaman disebut jika OPT-nya resisten atau kebal terhadap suatu jenis pestisida, kemudian menjadi tidak dapat dikendalikan oleh pestisida tersebut.

Tingkat Resistensi Tanaman Terhadap Hama dan Penyakit

Dampak dari resistensi (kekebalan) OPT terhadap pestisida secara ekonomi dan sosial sangat besar. Petani harus mengeluarkan biaya pengendalian lebih besar dan terpaksa menggunakan dosis yang lebih tinggi atau membeli pestisida baru yang lebih mahal.

Pemerintah merugi karena target produksi pertanian tidak tercapai.

Industri pestisida merugi karena ‘ masa hidup’ pestisida di pasar semakin pendek.

Masyarakat menanggung risiko bahaya bagi kesehatan dan lingkungan hidup.

Kekebalan Penyakit Karena Jamur

Proses bagaimana populasi jamur patogen yang semula peka menjadi kebal (resisten) terhadap fungisida tertentu mirip dengan evolusi tesistensi serangga hama. Intinya individu yang kebal makin lama makin banyak hingga akhirnya mendominasi populasi tersebut.

Namun ada juga perbedaannya. Resistensi hama terhadap insektisida tidak tergantung pada kelas kimia insektisida (non class related resistance). Hama bisa kebal terhadap HAMPIR semua kelas kimia insektisida.

Dalam hal fungisida, ada beberapa kelas kimia yang hampir tidak pernah menimbulkan kekebalan penyakit (disebut fungisida dengan resiko rendah). Disamping itu ada beberapa kelas yang cepat menimbulkan kekebalan (disebut resiko tinggi).

Kekebalan yang berkaitan dengan kelas kimia pestisida semacam ini disebut class related resistance.

Tingkat Resiko Kekebalan Fungisida

Berikut ini adalah tingkat resiko fungisida:

1. Resiko tinggi:

Contoh fungisida dengan bahan aktif :  phenylamide (metalaksil, dan seterusnya); fungisida MBC/benzimidazole (benomil, karbendazim); strobilurin (trifloksistrobin).

2. Resiko sedang sampai tinggi:

Contoh fungisida dengan bahan aktif : klozolinat, iprodion.

3. Resiko sedang:

Contoh fungisida dengan bahan aktif : Sterol biosinthesis inhibitor (triazol) dsb.

4 . Resiko rendah sampai sedang:

Contoh fungisida dengan bahan aktif : fludioksonil, klòrineb, propamokarb, mandipropamide.

5. Resiko rendah: semua kontak protektif multisite inhibitor

Contoh fungisida dengan bahan aktif maneb, zineb, mankozeb, Tiram (merek TIFLO 80WG), Ziram (merek ZIFLO 76WG).

Tingkat Resiko Jamur Penyakit Tanaman

Sebelum telah diuraikan bahwa ada fungisida-fungisida yang cepat menimbulkan kekebalan/resistensi pada jamur patogen (resiko tinggi), meski ada pula yang tidak pernah dilaporkan menimbulkan kekebalan (resiko rendah).

Kecuali faktor fungisidanya, ternyata jamur patogen juga ada yang cepat mengembangkan kekebalan (resistance build up) ada yang lambat.

Dari data lapangan yang masih sangat terbatas (kebanyakan data dari luar negeri) para ahli telah menyusun klasifikasi rentan-tidaknya jamur patogen mengembangkan kekebalan.

1. Penyakit yang cepat resisten (RESIKO TINGGI)

Contoh:  termasuk penyakit sigatoka pada pisang, embun tepung pada serealia, Botrytis pada anggur, Phytophthora pada kentang, Pyricularia (blast) pada padi.

2. Penyakit dengan RESIKO SEDANG

Contoh: Rhyncosporium dan Septoria pada gandum.

3. Penyakit dengan RESIKO RENDAH

Contoh: penyakit tular tanah, penyakit tular benih, karat daun (Puccinia) pada serealia dan hawar pelepah Rhizoctonia pada padi.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Tingkat Resiko Fungisida dan Jamur Penyakit Tanaman

Sumber artikel:

  1. Panut Djojok Sumarto, Dari Brent & Holloman: Fungicide Resistance. The Assessment of Risk. 1998). Pada postingan disini dan disini.
Begini Cara Mengitung Volume Semprot Berdasarakan Dosis dan Konsentrasi

Begini Cara Mengitung Volume Semprot Berdasarakan Dosis dan Konsentrasi

Tulisan ini adalah postingan Pak Panut Djojosumarto pada akun facebooknya, dengan judul “VOLUME SEMPROT DAN TAKARAN APLIKASI”, saya postingan disini untuk belajar bersama.

Mungkin ada manfaatnya kita diskusikan secara umum supaya semua paham mengenai pengertian Volume Semprot, dan Dosis Aplikasi.

Volume semprot adalah banyaknya air + pestisida yang digunakan utk menyemprot 1 hektar lahan, dihitung dalam liter per hektar (l/ha).

Takaran aplikasi biasa dinyatakan dalam 2 cara. Yang pertama adalah dosis aplikasi dan yang kedua adalah konsentrasi aplikasi.

Dosis aplikasi adalah jumlah pestisida (bisa insektisida, fungisida atau herbisida) yang diperlukan untuk menyemprot 1 hektar lahan (1 liter Curacron/ha atau 2 kg Dithane/ha atau 2 liter Herbatop/ha). Dosis banyak digunakan dalam aplikasi herbisida.

Konsentrasi aplikasi adalah jumlah pestisida yang harus dilarutkan dalam 1 liter air, dihitung dalam mililiter (ml) atau gram (g) per liter air. Contohnya 2 ml Spontan/liter sir atau 0,5 ml Agrimec/liter air.

Hubungan Volume Semprot dengan Takaran Aplikasi Pada Penyemprotan Tanaman

Volume penyemprotan akan berbeda pada sasaran yang berbeda.  Penyemprotan dengan sasaran pada tanah akan berbeda dengan penyemprotan tanaman.

Kalau kita menyemprot tanah, misalnya dengan herbisida Gesaprim (herbisida pra tumbuh, herbisida tanah) dengan dosis 3 kg/ha maka volume semprotnya bebas, asal wajar dan bisa merata. Kita boleh mencampurnya dengan 100 liter air (sekitar 7 tangki 15 liter) atau 400 liter air (sekitar 27 tangki), yang penting 3 kg Gesaprim tersebut MASUK ke 1 hektar lahan.

Tetapi kalau kita menyemprot tanaman, volume semprotnya harus mengikuti perkembangan besar kecilnya tanaman.

Contoh pada gambar, untuk menyemprot tanaman cabai yang tingginya 25 cm, volume semprotnya cukup 100 liter/ha, tanaman tinggi 40 cm 230 liter, tanaman tinggi 70 cm 540 litèr/ha dst.

Dalam hal demikian, kalau takaran aplikasinya dinyatakan dalam konsentrasi (ml/liter) maka dosis aplikasinya mengikuti volume semprot.

Kalau misalnya kita menggunaka fungisida Curzate dengan konsentrasi 2 ml per liter, maka dosis untuk cabe yang tingginya 25 cm adalah 2 × 100 = 200 ml Curzate, tanaman tinggi 40 cm dosisnya 2 x 230 = 460 ml, dan untuk tanaman yang tingginya 75 cm dosisnya 1080 ml Curzate, dst.

Bagaimana kalau di labelnya takarannya dinyatakan dalam dosis?

DOSIS aplikasi yakni banyaknya produk pestisida yang digunakan untuk menyemprot 1 hektar lahan (liter/ha, kg/ha).

KONSENTRASI aplikasi, yakni banyaknya pestisida yang dicampurkan ke dalam 1 liter air (mililiter/liter, gram/liter).

Kedua takaran tersebut berkaitan dng VOLUME SEMPROT, yakni banyaknya air + pestisida yang diperlukan untuk menyemprot 1 ha lahan atau tanaman.

Hubungan Antara Dosis, Konsentrasi, Dan Volume Semprot

Kaitan antara DOSIS, KONSENTRASI dan VOLUME SEMPROT adalah sbb.:

VOLUME SEMPROT = DOSIS dibagi KONSENTRASI. Contoh, kalau pestisida harus disemprotkan dengan dosis 1 liter/ha dng konsentrasi 2 ml/liter air, maka volume semprotnya harus 1 liter (100 ml) dibagi 2 = 500 liter (air + pestisida) per ha.

DOSIS = KONSENTRASI dikalikan VOLUME SEMPROT.

Kalau kita menyemprot dng konsentrasi 2 ml/liter dengan volume semprot 200 liter/ha, maka dosis yang kita semprotkan adalah 2 ml x 200 = 400 ml/ha produk atau 0,4 liter produk per ha.

KONSENTRASI = DOSIS dibagi VOLUME SEMPROT.

Contoh, kalau harus menyemprotkan dengan dosis 2 kg/ha dengan volume semprot 400 l/ha, maka konsentrasinya adalah 2000 gr (2 kg) dibagi 400 = 5 gram produk per liter air.

Jika kita sudah membahas volume semprot kalau di label takarannya ditulis dengan KONSENTRASI.

Kalau di labelnya hanya ditulis DOSIS-nya saja, bagaimana menghitung berapa KONSENTRASI-nya?

Dalam hal ini Anda harus menentukan VOLUME SEMPROTNYA dulu dengan MENG-KALIBRASI alat semprot Anda. Tentang kalibrasi akan kita bahas belakangan.

Cara paling gampang (tapi belum tentu benar) utk menentukan volume semprot, yakni dengan mengetahui berapa tangki BIASANYA Anda menyemprot.

Katakan Anda biasa menyemprot 1 ha habis 20 tangki 15 liter, berarti volume semprot Anda adalah 20 × 15 = 300 ltr/ha.

Kalau misalnya dosisnya ditulis 2 liter produk per ha, maka konsentrasinya adalah 2000 ml ( = 2 liter) dibagi 300 = 6.6 ml/liter air.

Kalau Anda menggunakan tangki ukuran 15 liter, maka per tangki dimasukkan 15 x 6.6 ml = 99.0 ml/tangki.

Sumber: postingan di akun facebook Pak Panut yang diposting pada tanggal 8 Desember 2020 dan 10 Desember 2020  dengan penyesuaian artikel untuk kepentingan SEO tanpa merubah isi dan substansi.

5 Kriteria Keberhasilan Penyemprotan

5 Kriteria Keberhasilan Penyemprotan

Apakah penyemprotan yang kita lakukan sudah baik? Apa kriterianya?Bagaimana kita menilai, apakah penyemprotan yang kita lakukan sudah baik?

Saya mengusulkan 5 parameter atau kriteria penyemprotan yang harus dipenuhi agar pengendalian OPT berhasil.

1. UKURAN BUTIRAN SEMPROT.

Saat menyemprot, larutan semprot harus dipecah (oleh nozzle, spuyer) menjadi butiran semprot (disebut DROPLET). Ukuran droplet disesuaikan dengan OPT sasarannya.

Untuk menyemprot HAMA Dan PENYAKIT digunakan droplet HALUS sampai SEDANG.

Sementara untuk GULMA digunakan droplet SEDANG hingga KASAR. Butiran semprot halus biasanya diperoleh dari nozzle kerucut, droplet sedang dari nozzle kipas, dan droplet kasar dari nozzle polijet.

2. DISTRIBUSI SEMPROTAN.

Butiran semprot harus didistribusikan ke bidang sasaran (umumnya daun) secara MERATA, baik di seluruh kebun (distribusi horizontal) maupun pada daun tanaman (distribusi vertikal). Jangan lupa helaian daun bagian bawah!!

3. LIPUTAN

Droplet harus menutupi daun dengan jumlah yang cukup. Makin banyak droplet menutupi bidang sasaran (daun), makin besar kemungkinan OPT terpapar pertisida.

Liputan minimal untuk pestisida sistemik adalah 20-30 droplet/cm2 bidang sasaran, dan 50-70 droplet/cm2 utk pestisida non-sistemik. Untuk penyemprotan konvensional di darat kita tidak usah merisaukan angka liputan minimal tsb.

Petani kita biasa menyemprot hingga basah kuyup, sehingga liputannya sering berlebihan. Tetapi liputan minimal penting utk penyemprotan ULV yang volume semprotnya sangat rendah (misalnya penyemprotan dari udara).

4. VOLUME SEMPROT.

Volume semprot adalah jumlah larutan semprot yang digunakan untuk menyemprot satu satuan luas lahan. Biasa dinyatakan dalam liter/ha. Volume semprot bervariasi tergantung pada Jenis pestisida, umur Dan Jenis tanaman, serta alat semprot.

Yang penting, larutan semprot dapat didistribusikan secara merata dan tidak terlalu berlebihan. Dengan peralatan khusus, volume semprot dapat serendah 30-50 liter/ha.

Volume semprot dengan sprayer punggung untuk tanaman semusim berkisar antara 200 – 700 liter/ha.

5. RECOVERY

Intinya tidak banyak pestisida yang terbuang saat penyemprotan sehingga pestisida yang menempel di bidang sasaran bisa optimal. Recovery adalah perbandingan antara pestisida yang menempel di daun dibandingkan dengan dosis, dinyatakan dalam %.

Tulisan ini berasal dari tulisan: Pak Panut Djojosumarto dalam akun facebooknya. Judulnya disesuaikan untuk kebutuhan SEO artikel.

Pestisida Nabati Sederhana

Pestisida Nabati Sederhana

1. Pepaya  

Daun pepaya memiliki bahan aktif ‘Papain’, sehingga efektif untuk mengendalikan Ulat dan Hama Penghisap.  

Cara Pembuatan :

  1. 1 kg daun pepaya segar dirajang dan direndam dalam 10 liter air,
  2. 2 SDM minyak tanah,
  3. 30 gram deterjen dan didiamkan semalam.  
  4. Saring hasil rendaman dengan kain.

Hasilnya disemprotkan ke tanaman yang terserang.

2. Biji Jarak

Biji jarak memiliki bahan aktif ‘Reisin dan Alkaloid’. Sehingga efektif mengendalikan Ulat dan Hama Penghisap (dalam bentuk larutan). Juga efektif untuk mengendalikan Nematoda/Cacing (dalam bentuk bubuk).

Cara Pembuatan :

  1. Tumbuk 1 biji jarak dan panaskan dalam 2 liter air selama 10 menit,
  2. tambahkan 2 SDM tanah dan 30 gram deterjen kemudian diaduk merata.
  3. Saring dan tambahkan air 10 liter. Siap disemprotkan ke tanaman.

3. Sirsak

Daun sirsak memiliki bahan aktif ‘Annonain dan Reisin’. Sehingga efektif untuk mengendalikan hama Trip.

Cara Pembuatan :

  1. Tumbuk 100 lembar daun sirsak,
  2. kemudian dimasukkan ke dalam air 5 liter.
  3. Tambahkan 15 gram deterjen diaduk merata.
  4. Diamkan selama 24 jam. Saring dengan kain halus dan tambahkan 10 liter air.

Semprotkan ke tanaman.

4. Sirsak dan Jeringau

Rimpang jeringau mengandung ‘Arosone, Kalomenol, Kalomen, Kalomeone, Metil Eugenol dan Eugenol’. Jika dicampurkan dengan daun sirsak, efektif untuk mengendalikan hama Wereng Coklat.

Cara Pembuatan :

  1. Tumbuk 50 lembar daun sirsak bersama dengan rimpang jeringau sebesar telapak tangan orang dewasa dan 20 siung Bawang Putih.
  2. Kemudian direndam dengan air.
  3. Tambahkan 20 gram sabun colek, aduk merata dan diamkan selama 24 jam.
  4. Saring dengan kain halus, kemudian hasilnya diencerkan dengan air perbandingan, 1 liter pestisida dengan 50 liter air.

Siap disemprotkan ke tanaman.

5. Pacar/Petai Cina

Pacar cina mengandung ‘Minyak Atsiri, Alkaloid, Saponin dan Tanin’. Efektif untuk mengendalikan hama Ulat.

Cara Pembuatan :

  1. Tumbuk 100 gram ranting atau kulit batang petai cina,
  2. kemudian diberi 1 liter air,
  3. tambahkan 1 gram deterjen,
  4. lalu direbus 45 – 75 menit, sambil diaduk.
  5. Setelah itu disaring. Siap untuk disemprotkan ke tanaman.

6. Tembakau

Daun tembakau mengandung ‘Nikotin’ dan efektif untuk mengendalikan hama Penghisap.

Cara Pembuatan :

  1. Rajang 250 gram (+ 4 lembar) daun tembakau dan direndam dalam 8 liter air selama 24 jam.
  2. Tambahkan 2 SDM deterjen, kemudian diaduk merata. Saring dan siap disemprotkan ke tanaman.

7. Sirih Hutan

Sirih hutan mengandung ‘Fenol dan Kavakol’, efektif mengendalikan Hama Penghisap.

Cara Pembuatan :

  1. Tumbuk halus 1 kg daun sirih hutan segar,
  2. 3 siung bawang merah,
  3. 5 batang sereh.
  4. Campurkan dengan air 10 liter dan 50 gram deterjen.

Aduk sampai rata.

Siap disemprotkan ke tanaman.

8. Gadung

Umbi gadung mengandung ‘Diosgenin, Steroid Saponin, Alkohol dan Fenol’. Efektif mengendalikan hama Ulat dan Penghisap.

Cara Pembuatan :

  1. Tumbuk 500 gram umbi gadung kemudian diperas dengan kain halus.
  2. Tambahkan 10 liter air, diamkan selama 2 jam.

Siap disemprotkan ke tanaman.

9. Mimba

Daun/biji mimba mengandung ‘Azadirachtin, Salanin, Nimbinen dan Meliantinol’. Efektif mengatasi Ulat, Hama Penghisap, Jamur, Bakteri, Nematoda dan lain-lain.

Cara Pembuatan :

  1. Tumbuk halus 300 gram daun atau biji mimba, rendam dengan air 10 liter selama 24 jam.
  2. Aduk rata, saring.

Siap disemprotkan ke tanaman.

10. Kipahit / Insulin / Kembang Bulan

Daun kipahit / Kulit batang / Akar mengandung ‘Saponin, Polifenol dan Flavonoida’. Bersifat, Insektisida dan Nematisida. Efektif mengatasi Keong Emas, Ulat Daun Bawang, Lalat Penggorok Daun, Penyakit Bercak Daun dan Karat Daun.

Cara Pembuatan :

  1. 300 gram daun, kulit batang dan akar kipahit ditumbuk,
  2. kemudian direbus dengan air ½ liter.
  3. Biarkan sampai airnya berwarna kuning kehijauhan, angkat dan dinginkan.
  4. Saring dan siap disemprotkan ke tanaman.
  5. Ampasnya diletakkan di pohon tanaman untuk pupuk dan pencegah nematoda.
  6. Sebagai Pestisida, ramuan ini hanya berlaku selama 5 hari. Selanjutnya hanya berlaku sebagai pupuk.

Sumber: facebook Tentrem Mandiri

Begini Cara Perlakuan Benih Jagung Sebelum Tanam

Begini Cara Perlakuan Benih Jagung Sebelum Tanam

Jagung (Zea mays) merupakan salah komoditas utama yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Jagung termasuk dalam golongan tanaman pangan, di beberapa daerah di Indonesia, jagung menjadi makanan pokok.

Pemilihan benih untuk penanaman menjadi faktor utama yang mempengaruhi hasil produksi. Begitu pula dengan pemilihan benih jagung.

Benih yang sehat dan bermutu memiliki  ciri  bernas  (bersertifikat  nasional)  atau  penuh  berisi.

Benih yang akan digunakan harus murni atau tidak tercampur dengan biji lain, tidak ada cacat, dan berasal dari tanaman yang sehat, serta produktifitasnya tinggi. Dalam kasus-kasus sekarang ini, pemilihan benih jagung yang salah mengakibatkan penurunan hasil panen.

Keuntungan Menggunakan Benih Jagung Bermutu

Keuntungan dari  penggunaan  benih jagung bermutu,  antara  lain  :  

  • Menghemat  penggunaan  benih persatuan luas;
  • Respon terhadap pemupukan dan pengaruh perlakuan agronomis lainnya; 
  • Produktivitas  tinggi karena  potensi hasil yang  tinggi; 
  • Mutu  hasil akan terjamin baik melalui pasca panen yang baik;
  • Memiliki daya tahan terhadap hama dan penyakit,  umur  dan  sifat-sifat  lainnya  jelas;   
  • Waktu  panennya  lebih  mudah ditentukan karena masaknya serentak

Pemilihan benih jagung ini diharapkan agar benih dapat tumbuh dengan baik dan tahan terhadap serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). OPT dapat menyerang mulai dari proses awal penanaman sampai proses pemanenan. Hal tersebut sangat merugikan  para petani jagung.

Pertumbuhan  awal  tanaman  jagung  saat  di  dalam  tanah  sangat  rentan terhadap serangan jamur, cendawan dan ulat ataupun jenis OPT yang lain. Serangan yang seperti ini belum banyak diketahui oleh para petani jagung. Serangan tersebut sangat mempengaruhi  pertumbuhan.  

Dampak  serangan  tersebut  dapat  menyebabkan  benih tidak tumbuh karena terserang jamur atau termakan ulat, serta terjangkit beberapa penyakit akibat serangan tersebut, seperti bulai (Downy mildew).   

Penyakit Bulai Pada Jagung

Penyakit bulai disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora maydis dan P. Javanica serta P. Philippinensis.

Bulai merajalela pada suhu udara 270 C ke atas serta keadaan udara lembab. Ciri-ciri serangan bulai pada jagung pada awal tumbuh yang mengakibatkan daun runcing, kecil, kaku, pertumbuhan batang terhambat, warna daun menguning dan sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan putih.

Oleh karena itu diperlukan perlakuan atau treatment khusus untuk benih jagung yang akan ditanam sebagai bentuk pencegahan. Meskipun benih yang dipakai adalah varietas unggul dan bersertifikat atau berlabel asli.

Perlakuan benih (Seed Treatment ) pada Benih Jagung

Benih jagung yang akan ditanam dapat dilakukan perlakuan khusus untuk mencegah adanya serangan OPT, seperti jamur ataupun ulat. Perlakuan ini tidak diharuskan, akan tetapi perlakuan ini dilakukan hanya sebagai alat pencegahan.

Penting benih yang akan ditanam sebaiknya bermutu tinggi, baik mutu genetik, fisik maupun fisiologisnya, dan berasal dari varietas unggul serta daya tumbuh harus lebih dari 90%. Keunggulan tersebut untuk menghasilkan tanaman yang seragam dan berproduksi tinggi. Meskipun demikian, bentuk antisipasi akan serangan jamur, cendawan maupun ulat dapat dilakukan dengan metode seed treatment benih jagung.

Treatment dengan Fungisida

Jumlah benih  jagung yang dibutuhkan per hektar adalah 20-30 kg/ha.

Terdapat 2 metode atau cara perlakuan benih jagung, yakni Seed Dressing dan Seed Coating.

Seed Dressing

Seed dressing adalah cara yang lebih umum dipraktekan. Pestisida langsung dicampurkan pada benih sebelum ditanam. Cara ini bisa dilakukan dengan cara kering maupun cara basah.

Cara kering, benih langsung dicampurkan pestisida yang umumnya dalam bentuk tepung tanpa dibasahi.

Cara basah, pestisida baik dalam bentuk tepung maupun cairan terlebih dahulu dibasahi dengan air (slurry) kemudian dicampurkan dengan benih.

Fungisida yang dapat dipakai adalah Tiflo 80WG (bahan aktif Tiram 80%), Ziflo 76WG (bahan aktif ziram 76%). Dosis yang dipakai 5 g per 1 kg benih jagung.

fungisida tiflo

Beli fungisisda TIFLO 80WG di BUKALAPAK, DISINI.

Fungisida lain yang dapat digunakan adalah yang berbahan aktif metalkasil, Ridhomil (bahan aktif mefenoksam 350 g/l) dengan dosis 2 gram per 1 kilogram benih jagung.

Atau pada perlakuan ini, benih jagung yang akan ditanam direndam terlebih dahulu dengan air yang telah dicampur denga fungisida. Proses perendaman dapat dilakukan dengan media bak yang dapat menampung seluruh benih jagung yang akan ditanam.

Tujuan perendaman dalam satu bak untuk menyamakan pemberian fungisida dan hasil yang didapat sama. Dosis fungisida yang dicampurkan 2-4 ml per lt air dengan waktu perendaman selama 12-24 jam.

Setelah selesei perendaman benih jagung ditiriskan dan dikering anginkan. Benih yang sudah kering selanjutnya dapat dilakukan proses penanaman. Tujuan dari perendaman dengan campuran fungisida ini untuk mencegah serangan dari jamur.

Keunggulan cara basah, pestisida lebih menempel pada benih dengan lebih baik.

Treatment dengan Insektisida

Pada seed treatment ini berbeda dengan proses treatment di atas. Insektisida digunakan untuk mencegah serangan dari ulat agrotis dan lalat bibit yang sering menyerang benih jagung pada saat setelah tanam.

Serangan itu dengan cara memakan benih jagung yang berada dalam tanah. Hal tersebut mengakibatkan benih tidak tumbuh. Oleh karena itu, seed treatment ini dilakukan sebagai bentuk antisipasi terhadap serangan tersebut.

Perlakuan  seed treatmen ini  dilakukan pada saat penanaman. Benih dimasukkan ke dalam lubang bersama-sama dengan insektisida butiran dan sistemik seperti  Furadan 3 G (bahan aktif karbofuran) dengan dosis 3 g per lobang tanam.

Inilah Alasan Kenapa Pengendalian Hama dan Penyakit Dengan Pestisda Harus di Rotasi!

Inilah Alasan Kenapa Pengendalian Hama dan Penyakit Dengan Pestisda Harus di Rotasi!

Bagaimana hama bisa jadi resisten atau kebal terhadap suatu pestisida khususnya insektisida? Karena banyak dilaporkan penyemprotan dengan insektisida A efektif pada musim lalu, tetapi begitu diaplikasikan pada musim sekarang hasilnya tidak seperti musim sebelumnya.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, seperti yang dipaparkan oleh Pak Panut Djojosumarto dalam salah satu postingannya di laman facebooknya.

Salah satu alasan kenapa pengendalian hama dan penyakit harus di rotasi adalah karena menghindari kekebalan terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT). 

Pengendalian Hama dan Penyakit Menghindari Kekebalan

Pertama-tama perhatikan gambar di bawah ini.  Dimana katakanlah bintik hitam dan merah adalah hama.

A picture containing drawing, clock

Description automatically generated

Kekebalan hama terjadi di tingkat populasi, yakni masyarakat hama di lokasi tertentu. Di tiap populasi selalu ada saja individu hama (oknum) yg super kuat. Kebal, terhadap sesuatu.

FAO mendefinisikan resistensi (kekebalan) OPT terhadap pestisida sebagai berkurangnya respons populasi suatu species terhadap pestisida atau bahan pengendali lainnya, sebagai akibat dari aplikasinya (a decrease of response of a population of a species to a pesticide or control agent as result of their application).

Faktor yang Menyebabkan Kekebalan Hama

Pada hama/serangga, ada banyak faktor yang mempengaruhinya, antara lain: faktor genetik, biologi/ekologi hama dan faktor operasional/penggunaan insektisida.

Faktor penggunaan insektisida yg penting utk dipertimbangkan adalah:

1. Jenis atau tipe insektisida. Insektisida yg berspektrum pengendalian sempit CENDERUNG (tidak selalu) lebih cepat menimbulkan resistensi.

2. Aplikasi dng insektisida yg sama cara kerjanya terus menerus bisa memacu kekebalan.

3. Takaran yg terlalu tinggi akan meningkatkan tekanan seleksi (mempercepat resistensi), sedang takaran terlalu rendah merangsang toleransi hama.

4. Makin sering aplikasi (insektisida yg sama) dilakukan, CENDERUNG makin cepat menimbulkan kekebalan.

Kekebalan itu spesifik. Jadi menyebutkannya harus spesifik pula, hama A didaerah B diduga resisten thdp insektisida C.

Kekebalan juga bersifat lokal. Hama yg diduga kebal di daerah À belum tentu kebal di daerah B.

Bagimana Kekebalan Hama Terjadi?

Katakanlah di populasi awal (A) ada 2 ekor hama yg kebal terhadap insektisida A. Dalam gambar bulatan hitam adalah individu biasa yg tidak kebal, dan yang merah adalah hama yg kebal. Jika populasi disemprot dengan insektisida A maka sebagian besar hama hitam mati, dan hama merah tidak mati (gambar B).

Hama akan kembali beranak, baik hama merah maupun hitam. Hasilnya ada di gambar C. Kalau C disemprot lagi dengan insektisida yg sama, hitam mati (tidak semua) dan merah selamat (gambar D).

Dalam perkembangan selanjutnya, populasi mungkin sudah seperti gambar E. Jumlah hitam makin berkurang dan jumlah merah makin banyak. Demikian seterusnya jumlah merah terus bertambah hingga akhirnya mendominasi populasi. Populasi menjadi tidak peka terhadap insektisida A. Mudahnya, hama sudah kebal.

Celakanya, hama merah bisa juga berbondong-bondong pindah ke desa sebelah (mungkin di daerah asal tidak ada tanaman lagi). Petani di desa sebelah ribut, ketika mereka menyemprot pakai insektidida A hama tidak mati. Padahal kemarin insektisida A masih ampuh.

Tetapi ada pula perpindahan hama yang menguntungkan. Kalau ada populasi hama hitam yg pindah ke daerah yg sudah banyak merahnya, populasi merah bisa berangsur-2 didominasi oleh hitam lagi.

Serangga merah yg kebal racun A, bisa saja tidak kebal terhadap racun X, yang berbeda kelas dan cara kerjanya. Itulah mengapa penggunaan racun harus dirotasi.

Syarat Pengendalian Hama dan Penyakit Dengan Pestisida

Syarat rotasi adalah adalah dengan menggunakan pestisda YANG BERBEDA KELAS DAN CARA KERJANYA.  Karena situasi di alam tentu tidak sesederhana dan secepat itu. Ada banyak faktor yang bermain di sana.

Sumber : laman FB Panut Djojosumarto,   January 15.  Judul sudah di edit untuk keperluan SEO, Judul aslinya adalah Kekebalan Hama.

Begini Cara Menghemat Penggunan Pestisida Di Musim Hujan

Begini Cara Menghemat Penggunan Pestisida Di Musim Hujan

Musim hujan adalah masa yang membahagiakan bagi petani.  Namun demikina musim hujan juga musim penggunaan pestisida menjadi tinggi karena intensitas penyemprotan yang tinggi untuk mengindari serangan hama dan penyakit yang juga tinggi

Pengamatan secara berkala sangat diperlukan pada saat musim hujan.  Musim hujan sangat rawan serangan penyakit karena jamur sangat menyukai kondisi lembab.  Penggunaan pestisida di musim hujan dituntut kiat jitu agar penyemprotan efektif dari sisi aplikasi dan biaya , karena kemungkinan pestisida tercuci oleh air hujan. 

Pentingnya Penggunaan Perekat

Pada jenis tanaman tertentu, daun memiliki lapisan lilin dimana droplet penyemprotan susah melekat pada permukaan daun, sehingga diperlukan zat yang mampu membantu melekatkan air pada daun tanpa merusak daun.

Untuk membantu meningkatkan daya lekat pestisida terhadap bidang sasaran, dapat menggunakan perekat (sticker).  Produk ini bukan merupakan jenis pestisida. Tapi keberadaan produk ini dapat menyertai dalam setiap aplikasi penyemprotan terutama pada saat musim hujan.

Banyak sekali merek produk semacam ini yang beredar di pasaran. Hampir semua  perusahaan produsen pestisida mempunyai produk jenis ini. Tujan penggunaan produk ini adalah untuk merekatkan larutan semprot pestisida pada permukaan daun atau bagian tanaman.

Beberapa diantara produk-produk ini juga berfungsi mengurangi  penguapan. Kebanyakan produk perekat yang dijual dipasaran juga merupakan bahan perata (surfaktan).

Surfktan Sebagai Perekat dan Penembus

Beberapa bahan yg bisa digunakan sebagai pembuat perekat penembus dan perata yang tersedia secara organik adalah Lidah buaya (Aloe barbadensis Milleer) 

Senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman lidah buaya antara lain saponin, flavonoida, polifenol dan tanin. Bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan pestisida nabati adalah daging daun. Ekstrak lidah buaya bersifat sebagai insektisida, bakterisida, dan fungisida. Selain itu lidah buaya dapat digunakan sebagai perekat alami/perata dalam aplikasi pestisida.

Bahan surfaktan yang kimiawi adalah dari jenis polioksietilen alkil eter, alkilgleserol flalat, polietil akrilat, alkilaril polietoksi alkolhol, alkilaril poliglikol, Refined petroleum distilat (Masoil).

Secara umum manfaat penggunaan sulfaktan adalah:

  1. Dapat menembuskan dan meningkatkan daya kerja pestisida
  2. Sebagai perkat pembasah dan perata pestisida
  3. Dapat mengurangi dosis pestisida
  4. Melindungi daun dari serangan hama/penyakit secara lebih efektif
  5. Menghambat aktifitas gerakan hama
  6. Menghambat penyebaran spora
  7. Membunuh dan menghambat pertumbuhan serangga/kutu

Surfaktan  membantu membasahi bidang sasaran semprot dengan cara menurunkan tegangan permukaannya. dengan demikian, butiran semprot akan lebih mudah menempel pada bidang sasaran.

Penggunaan surfaktan dapat mencegah butiran semprot luruh dari bidang sasaran, terutama untuk tanaman yang daunnya berlilin atau berbulu-bulu halus. Namun penggunaan surfaktan yang berlebihan justru akan meningkatkan aliran (run off ) yang mengakibatkan efikasi pestisida menjadi berkurang.

Merek Perekat yang Tersedia di Pasaran

Ada banyak merek dan jenis perekat di pasaran (kios atau toko pertanian).  Produk ini bertujuan agar petani dapat meningkatkan efektivitas penggunaan pestisida dalam memberantas dan mencegah hama-hama dan penyakit penyakit tanaman.

Beberapa merek perekat diantaranya adalah :

1.  APSA-800 WSC dari AMWAY.  AFSA dengan bahan aktif alkil aril alsosilat dan asam oleat 800 mg/l adalah perekat yang ramah lingkungan.  AFSA dapat dicampurkan dengan pestisida lainnya agar pengendalian hama penyakit lebih efektif dan efisien. 

2. Tenac sticker dari Pertamina.  Tenac ini adalah bahan perata dan perekat (sticker) yang berbahan dasar hidrokarbon.  Tenac sticker ini juga dapat dicampur dengan setiap pestisida. Tenac sticker akan dijual dalam dua kemasan yaitu 1 (satu) liter dan 5 (liter).

Dengan penggunaan perekat ini maka performa pestisida menjadi lebih baik terhadap bidang sasaran semprot.  Selain mampu bertahan dari tercucinya oleh air hujan juga mampu membantu penetrasi pada jaringan tanaman lebih baik.

Benarkah Pestisida diserap Lewat Stomata Daun?

Benarkah Pestisida diserap Lewat Stomata Daun?

Ada yang mengatakan bahwa penyemprotan sebaiknya dilakukan pada siang hari agar stomata dapat menyerapnya. Benarkah pestisida diserap lewat stomata daun?

Berikut adalah beberapa referensi mengenai hal tersebut.

Tulisan dari Proceeding of the California Weed Science Society (1999, penulisnya lupa) menyatakan: Meskipun herbisida yg mudah menguap dapat dengan mudah memasuki stomata, namun larutan herbisida dalam air tidak mungkin menembus stomata kecuali bila tegangan permukaannya dapat diturunkan secara significant.

Sebelum diketemukannya surfaktan organosilikon, penetrasi herbisida lewat stomata dianggap sangat kecil peranannya.

(Catatan dari saya: Hal ini berlaku untuk pestisida lainnya).

Fred Whitford (tahun ?) menulis: Stomata membuka dan menutup untuk pengeluaran gas dari daun. Tidak ada korelasi antara jumlah stomata dan jumlah pestisida yang diserap daun.

Ini mengindikasikan bahwa stomata bukan merupakan rute penting bagi penyerapan pestisida.

Wang dan Lu (tahun ?) menyatakan: Penyerapan pestisida oleh daun adalah proses difusi melewati lapisan lilin dari kutikula daun dan membran plasma dari sel-sel epidermis.

R. C. Kirkwood (1999) bilang: Pengangkutan pestisida melewati kutikula adalah proses difusi yang terdiri atas tiga langkah : 1. Penyerapan oleh kutikula, 2. Difusi melewati kutikula, dan 3. Pelepasan dari kutikula.

Kesimpulan:

Uptake (penyerapan) pestisida lewat stomata, kalau pun ada, peranannya sangat kecil.

Harap diingat bahwa yang dapat diserap oleh daun adalah pestisida-pestisida sistemik, translaminar dan sistemik lokal. Pestisida yang non-sistemik akan tetap tinggal di permukaannya daun, tidak masuk ke jaringan (daun) tanaman.

Keterangan

Kutikula adalah lapisan terluar dari helaian daun, yg terdiri atas 3 lapisan, yakni lilin (wax), kutin dan pektin.

Tulisan ini re-publish dari akun Facebook Panut Djojosumarto tangal 8 Februari 2020.  Judul sudah dirubah untuk keperluan SEO artikel.

Kiat Sukses Panen Padi 10 Ton Per Hektar

Kiat Sukses Panen Padi 10 Ton Per Hektar

Tulisan ini merupakan ringkasan dari artikel dengan judul aslinya “Rahasia Bertani Padi Ala Maftukin” yang dimuat Majalah Agrina Edisi No 282 Desember 2017.

Maftukin adalah petani asal Desa Prangean, Kecamatan Maduran, Lamongan, Jawa Timur dan menjadi salah satu peserta pada Regional Farmer Panel pada Plant Science Seminar pada tanggal 14-15 November 2017 yang diselenggarakan oleh CropLife Asia.

Berikut adalah kiat-kiat sukses Maftukin dalam bertani padi sehingga mampu menghasilkan gabah kering panen (GKP) sekitar 10 ton per hektar.

  1. Cara Pemilihan Pestisida
  2. Cara Penggunaan Pupuk
  3. Cara Teknik Pertanaman Jajar Legowo

Kiat Pemilihan Pestisida

Menutur Maftukin bertanam padi jaman now berbeda dengan 5 tahun lalu yang bisa dipastikan 75%-85% bisa panen, tetapi sekarang akan ada kemungkinan gagal panen.  Karena pengaruh cuaca dan serangan hama dan penyakit yang semakin banyak.  Oleh karena itu harus pandai-pandai mengaplikasikan pestisida dan pengamatan lapangan.  Petani harus memantau keadaan padi di lapangan dua atau tiga hari sebelum aplikasi pestisida.

Sesuaikan Jadwal Aplikasi Pestisida

Jika menurut jadwal pestisida harus digunakan 10-15 HST, maka aplikasikan pada umur tersebut.  Jangan diaplikasikan kurang dari 10 HST atau lebih dari 15 HST.

Menghadapi Serangan Wereng

Jika ditemukan serangan wereng pada masa vegetatif (umur tanaman 0-50 Hari Setelah Tanam (HST) pestisida yang dipilih adalah Confidor.  Namun jika serangan wereng terjadi pada masa primordia (bunting muda) pestisida yang dipakai adalah Plenum atau Tenchu.

Menghadapi Serangan Sundep (Penggerek Batang)

Jika ditemukan adanya serangan sundep dan masih dalam keadaan normal pestisida yang dipakai adalah Belt Expert.  Jika serangan sudah diambang batas, maka pestisida yang dipakai adalah Endure.  Namun jika serangan sudah parah banget, pestisida yang digunakan adalah Prevathon.

Kiat Penggunaan Pupuk

Sama halnya dengan penggunaan pestisida, penggunaan pupuk juga waktu aplikasinya harus tepat waktu. 

Pemupukan pertama dan kedua

Pemupukan petama pada umur 15 HST, yaitu satu kuintal urea dan satu kuintal NPK Phonska per hektar.  Pemupukan kedua saat umur 25-30 HST dengan satu kuintal NPK Phonska dan satu kuintal SP36.

Pengamatan terus dilakukan, jika tanaman sehat  berwarna hijau dan kokoh selanjutnya diberikan pupuk KCL sebanyak 70 kg/ha pada saat umur tanaman 40 HST.  Pemberian KCL bisa memberikan pengisian bulir padi maksimal.

Pemberian Nutrisi Tambahan

Pada umur 55 HST dan 65HST kembali diberikan nutrisi MKP (mono Kalium Phospate) cap Kapal Terbang sebanyak 2 kg/ha.  Pada saat yang sama diberikan juga Folicur sebagai booster padi sebanyak 250 ml per hektar.  Aplikasinya bisa disemprotkan secara bersamaan antara Folicure dangan MKP (-red).

Kiat Teknik Pertanaman Jajar Legowo

Selain cara penggunaan pestisida, pemupukan dan pemberian nutrisi tambahan, tidak kalah penting adalah penerapan teknologi budidaya padi dengan menggunakan jajar legowo.  Jarak tanam antarbaris 25 cm, jarak dalam baris 10 cm, dan jarak legowonya (atau jarak setiap dua baris) 40 cm.

Dengan jajar legowo seperti di atas, populasi tanamannya 400 ribu rumpun/ha, dengan produktivitas gabahnya lebih dari 10 ton GKP/ha/musim.

Keterangan produk pestisida

CONFIDOR 5WP adalah Insektisida sistemik racun kontak dan lambung berbentuk tepung yang dapat disuspensikan dengan bahan aktif imidakloprid (imidacloprid) 5 %.  Confidor buatan PT Bayer Indonesia. 

Pengendalian wereng coklat (Nilaparvata lugens) dengan penyemprotan volume tinggi: 300 g/ha).  

PLENUM 50 WG adalah Insektisida penghambat aktivitas makan berbentuk butiran yang dapat didispersikan dalam air dengan bahan aktif pimetrozin (pymetrozine) 50 %.  PLENUM 50 WG diproduksi oleh PT. Syngenta Indonesia.

Pengendalian wereng coklat (Nilaparvata lugens), wereng punggung putih (Sogatella furcifera), wereng daun (Nephotettix virescens) dengan penyemprotan volume tinggi : 100 – 300 g/ha.

TENCHU 20 SG adalah Insektisida racun kontak dan lambung berbentuk butiran yang dapat larut dalam air dengan bahan aktif dinotefuron (dinotefuron) 20 %.  TENCHU 20 SG diproduksi oleh PT DuPont Agricultural Products Indonesia.

Pengendalian wereng coklat (Nilaparvata lugens)  dengan penyemprotan volume tinggi : 400 – 500 g/ha.

BELT EXPERT 480 SC adalah insektisida racun kontak dan lambung berbentuk pekatan suspensi dengan dua bahan aktif yaitu flubendiamida (flubendiamide)  240 g/l dan tiakloprid (thiacloprid) 240 g/l.  BELT EXPERT 480 SC diproduksi oleh PT Bayer Indonesia.

Pengendalian penggerek batang (Scirpophaga incertulas) dengan penyemprotan volume tinggi : 300 ml/ha.

ENDURE 120 SC adalah insektisida racun kontak dan lambung berbentuk pekatan suspensi dengan bahan aktif spinoteram (spinoteram)  120 g/l. ENDURE 120 SC diproduksi oleh PT Dow AgroSciences Indonesia. 

Pengendalian penggerek batang (Scirpophaga incertulas), pelipat daun (Cnaphalocrosis medinalis) dengan penyemprotan volume tinggi : 250 – 375 ml/ha.

PREVATHON 50 SC adalah insektisida sistemik racun kontak, lambung dan syaraf berbentuk pekatan suspensi dengan bahan aktif klorantraniliprol (chlorantraniliprole) 50 g/l.  PREVATHON 50 SC diproduksi oleh PT DuPont Agricultural Products Indonesia.

FOLICURE GOLD 430 adalah Fungisida sistemik yang bersifat protektif, kuratif, eradikatif dan zat pengatur tumbuh tanaman berbentuk pekatan suspensi berwarna abu-abu kecoklatan untuk mengendalikan penyakit jamur padi dan sebagai zat pengatur tumbuh pada tanaman padi.  FOLICURE GOLD berbahan aktif tebukonazol 430 g/l dan diproduksi oleh PT. Bayer Indonesia.

Pakai Fungisida ini Untuk Pengendalian Penyakit Jeruk

Pakai Fungisida ini Untuk Pengendalian Penyakit Jeruk

Jeruk merupakan salah satu komoditas yang sangat potensial dikem bangkan di Indonesia. Mengingat komoditas jeruk mempunyai peran penting untuk memenuhi kebutuhan konsumsi buah masyarakat Indonesia. Selain itu, membuka kesempatan kerja serta meningkatkan pendapatan masyarakat.

Jeruk yang berkembang di Indonesia digolongkan menurut jenisnya, yaitu jeruk siam, jeruk keprok, dan jeruk besar (pamelo).

Luas panen jeruk diproyeksikan meningkat sampai dengan 2020, yaitu sebesar 2,03% per tahun. Dengan demikian, pada 2020 luas panen jeruk diproyeksikan menjadi 61.788 ha.

Produksinya sampai dengan 2020 diproyeksikan naik dengan rata-rata pertumbuhan 4,93% per tahun, di mana pada 2020 produksi jeruk akan mencapai 3.246.994 ton.

Sumber: okezone.com

Namun dari besarnya potensi tersebut banyaknya kendala dalam budi daya jeruk. Pada kesempatan ini saya akan membahas mengenai beberapa penyakit pada tanaman jeruk.

Penyakit yang Tanaman Jeruk

Penyakit Blendok Phytophthora (Phytophthora spp.)

Biologinya adalah jamur Phytophthora dapat bertahan dalam tanah dan disini dapat membentuk sporangium dan spora kembara. Jamur terutama dipencarkan oleh air hujan dan air pengairan yang mengalir di atas permukaan tanah. Infeksi terjadi melalui luka-luka alamiah maupun luka-luka yang terjadi karena alat pertanian maupun hewan termasuk serangga.

Gejalanya berupa mula-mula kulit pada pangkal batang berwarna hitam kebasah-basahan dan mengeluarkan blendok (gom) encer. Jika bagian yang busuk dipotong, kelihatan bahwa jaringan di bawahnya berwarna cokelat kemerahan. Setelah beberapa lama kulit mati dan mengelupas (jatuh).

Pengendalian dilakukan dengan cara sebagai berikut.

  • Memakai varietas yang tahan terhadap Phytophthora.
  • Jeruk ditanam di atas gundukan setinggi 15-20 cm.
  • Air hujan dan air pengairan jangan sampai menggenang di sekeliling pangkal batang tanaman.
  • Pada waktu mengairi harus dijaga agar air tidak mengenai pangkal batang.
  • Mengurangi kelembaban kebun dengan melakukan pemangkasan dan drainase yang sebaik-baiknya.
  • Bagian yang sakit dipotong.
  • Luka-luka ditutup dengan pestisida penutup luka.

Penyakit Kulit Diplodia (Botryodiplodia theobromae)

Jamur Botryodiplodia theobromae mengadakan infeksi melalui luka-luka mekanis akibat pemangkasan, serangga, atau penyakit buih.

Gejalanya berupa keluarnya blendok (gom) yang berwarna kuning emas dari batang atau abang-cabang yang besar pada serangan Diplodia basah.

Sedangkan serangan Diplodia kering berupa kulit mongering, dan jika dipotong, kulit dan kayu dibawahnya berwarna hitam kehijauan. Kulit yang sakit membentuk celah-celah kecil, dari dalamnya keluarnlah massa spora yang semula berwarna putih, tetapi akhirnya berwarna hitam. 

Pengendalian dilakukan dengan cara sebagai berikut.

  • Cabang-cabang yang terserang dipotong untuk mengurangi sumber infeksi.
  • Menyemprot batang-batang dengan fungisida.

Penyakit Gloeosporium (Antraknos)

Penyebab penyakit ini adalah Colletotrichum gloeosporioides Penz dan Gloeosporium limetticolum Clausen. Factor yang mempengaruhi terjadi serangan pathogen ini adalah lemahnya jaringan tanaman akibat kondisi yang kurang baik, cuaca yang panas dan lembab.

Gejalanya berupa bercak-bercak cokelat pada daun dan dapat menyebabkan daun menjadi rontok. Pada ranting-ranting terbentuk banyak sekali tubuh buah jamur yang bisa menyebabkan ranting jadi mati. Bagian di sekitar tangkai buah berwarna cokelat dan dapat menyebabkan rontoknya buah-buah.

Pengendalian dilakukan dengan cara sebagai berikut.

  • Diusaahakan tanaman selalu berada dalam kondisi yang optimum.
  • Ranting-ranting yang mati dipotong dan dibakar.
  • Penggunaan fungisida.

Busuk Akar Armillaria (Armillariella sp.)

Jamur dapat mempertahankan diri dalam tanah pada sisa-sisa akar. Penularan hanya terjadi karena adanya kontak antara akar sehat dengan akar atau sisa akar sakit, dan dengan rizomorf.

Gejalanya berupa daun-daun rontok dengan tiba-tiba atau sedikit demi sedikit. Pembentukan bunga salah waktu (di luar musimnya). Akar-akar membusuk, kulitnya menjadi lunak, dan kayu mengandung banyak  air. Setelah beberapa lama pada permukaan kulit terbentuk benang-benang jamur, mula-mula berwarna putih, kemudian menjadi cokelat muda atau cokelat tua. Kalau akar yang sakit dipatahkan akan tercium bau jamur yang khas.

Pengendalian dilakukan dengan cara sebagai berikut.

  • Pohon yang sakit dibongkar, akar-akar digali sebersih mungkin dan dibakar.
  • Disekeliling bekas pohon sakit dibuat selokan isolasi.
  • Jika sekiranya pohon masih dapat ditolong, dianjurkan untuk membuka semua akar dekat tanah dan akar-akar yang sakit dipotong.

Kudis (Sphaceloma fawcetti)

Kudis disebabkan oleh Sphaceloma fawcetti Jenkins. Spora dipencarkan oleh angin dan serangga. Cuaca juga mempengaruhi perkembangan penyakit ini, yaitu ketika musim hujan.

Gejalanya yaitu pada buah, daun, dan ranting-ranting muda terdapat kutil-kutil kecil berwarna kuning. Kelak kutil-kutil ini menjadi cokelat kelabu, keras dan bergabus, bersatu dan membentuk kerak yang keras. Daun-daun yang sakit keras berkerut dan gugur.

Pengendaliann dilakukan dengan cara sebagai berikut.

  • Sebelum datingnya musim hujan pohon-pohon diairi agar segera berbunga.
  • Pohon-pohon disemprot dengan fungisida.

Fungisida Untuk Jeruk

Dari beberapa penyakit di atas, ada banyak fungisida yang dipakai yang tersedia dipasaran dari berbagai jenis bahan aktif sesuai dengan target sasaran masing-masing.

Pestisida yang digunakan untuk mengelola penyakit buah jeruk dibedakan menjadi fungisida kontak (pelindung) dan sistemik.

Fungisida kontak digunakan untuk melindungi tanaman terhadap infeksi di lokasi aplikasi. Karakteristik mereka adalah sebagai berikut:

  • Mereka memberikan perlindungan terhadap infeksi.
  • Mereka tidak menembus ke dalam tanaman.
  • Mereka membutuhkan distribusi seragam di permukaan tanaman.
  • Mereka membutuhkan aplikasi berulang untuk memperbarui setoran.
  • Mereka memiliki mode aksi multisite terhadap jamur.
  • Jamur tidak mungkin menjadi resisten terhadap fungisida pelindung. Beberapa fungisida pelindung umum adalah Bravo, captan, tembaga, Dithane, Manzate, Polyram, sulfur, Ziram dan Thiram

Fungisida Ziram dan Thiram untuk Jeruk

Salah satu jenis fungisida yang berbahan aktif thiram yang tersedia di pasaran Indonesia adalah TIFLO 80WG, yang diproduksi oleh Eastman Chemical dari Belgia. Produk ini sudah dipasarkan lebih dari 15 tahun oleh PT. Roilimex Kimia Nusamas, Jakarta.

Sama dengan thiram, fungisida yang berbahan aktif ziram dengan merek ZIFLO 76WG juga diproduksi oleh Eastman Chemical tetapi dipasarkan oleh PT. Biotis Agrindo, Jakarta.

Banyak keunggulan yang diperoleh dari aplikasi fungisida berbahan aktif Thiram (TIFLO) dan Ziram (ZIFLO) ini yang tidak dimiliki oleh fungisida kontak lain seperti jenis mancozeb, maneb, dan lainnya yaitu TIFLO dan ZIFLO selain mampu mengendalikan penyakit pada tanaman jeruk dan buahnya juga mampu membersihkan batang, dahan, dan ranting dari lumut.

Batang Pokok Jeruk yang Penuh dengan Lumut

Berikut adalah apa kata petani jeruk Kabanjahe, Tanah Karo, Medan terhadap tanaman jeruknya setelah menggunakan fungisida TIFLO.

#fungisidaTiflo #fungisidaZiflo

Inilah Cara Menghitung Kalibrasi Sprayer dan Manfaatnya

Inilah Cara Menghitung Kalibrasi Sprayer dan Manfaatnya

Kalibrasi menentukan dalam penyemprotan pestisida. Kalibrasi adalah mengukur berapa banyak larutan semprot yang dikeluarkan sprayer. Pada akhirnya akan diketahui berapa banyak kebutuhan pestisida yang diperlukan untuk menyemprot per luasan lahan, berapa kebutuhan air, atau berapa kecepatan jalan si aplikator.

Cara Kalibrasi Penyemprotan SprayerManfaat Kalibrasi Sebelum Penyemprotan

Manfaat kalibrasi adalah untuk menentukan takaran pestisida secara tepat. Mencegah pemborosan, dan penyeragaman perhitungan aplikasinya.

Kalibrasi juga dapat menentukan berapa volume semprot yang diperlukan. Jika volume semprot sudah diketahui, selanjutnya dapat dengan mudah memperhitungkan konsentrasi (bila dosis diketahui) dan dosis (jika konsentrasi diketahui) penggunaan yang sesuai.

Kalibrasi harus dilakukan secar berkala sebelum kegiatan penyemprotan dilakukan. Keberhasilan kalibrasi dipengaruhi oleh CURAH (flow rate) dari nozel yang digunakan (C; liter/menit), LEBAR GAWANGAN penyemprotan (G; meter), KECEPATAN jalan aplikator (K; meter/menit), dan VOLUME aplikasi (V; liter/hektar).

Dalam rumusan matematikanya menjadi C = GKV/10.000

Contoh 1:
Untuk menyemprot kubis dengan nozel yang angka curahnya 1,75 liter/menit, kecepatan penyemprot 30 meter/menit, dan lebar gawang terukur 1,5 meter. Berapa liter air yang diperlukan untuk menyemprot lahan dengan luas 1 hektar?

Jawab:
Diketahui : C = 1,75 liter/meint; K = 30 meter/menit; G = 1,5 meter
V = (10.000C)/GK
V = (10.000 * 1,75) /1,5 * 30
V = 388,89 liter
Sehingga kebutuhan air untuk menyemprot lahan kubis tersebut sebanyak 389 – 400 liter air per ha.

Contoh 2:
Diketahui kecepatan jalan 50 meter/menit, lebar gawang semprotan 1,2 meter, dan flow rate 1,5 liter/menit. Pestisida yang digunakan adalah herbisida Roundup dengan dosis 2 liter/ha. Ditanya berapa konsentrasi Roundup yang digunakan?

Jawab:
Diketahui : K = 50 meter/menit; G = 1,2 meter; C = 1,5 liter/menit
V = (10.000C)/GK
V = (10.000 * 1,5) / 1,2 * 50
V = 15.000 / 60
V = 250 liter

Dosis herbisida Roundup yang dipakai adalah 2 liter/ha, maka konsentrasi herbisida Roundup yang digunakan adalah 2 Lt Roundup/250 liter air = 0.008 liter atau 8 ml Roundup/liter air.

Jika knapsack sprayer yang digunakan kapasitasnya 16 liter maka herbisida yang dicampurkan ke dalam tangki sprayer sebanyak 8 ml Roundup * 16 liter = 128 ml Roundup/tangki.

Contoh Perhitungan Kalibrasi

Contoh 3.
Jika menyemprot alang-alang seluas 100 hektar dengan menggunakan nozel VLV-200 dan konsentrasi herbisida Roundup yang digunakan sebesar 1%. Berapa kebutuhan Roundup dalam penyemprotan?

Jawab:
Diketahui : Luas areal penyemprotan = 100 ha; Nozel VLV-200, konsentrasi pestisida 1%

Nozel VLV atau very low volume adalah nozel yang digunakan dengan dengan kebutuhan larutan sangat rendah, berkisar 100 -200 liter/ha. Nozel yang digunakan adalah VLV-200, artinya kebutuhan air sebanyak 200 Liter/ha.

Konsentrasi herbisida Roundup sebesar 1% artinya adalah kebutuhan herbisida Roundup adaalah 1 ml Roundup per liter air.

Jika dipakai Nozzle VLV-200 dan kapasitas tangki 15 liter, maka jumlah tangki/ha yang dibutuhkan:
= 200 ltr/ha : 15 ltr/tangki = 13 tangki/ha.

Herbisida Roundup yang perlukan per tangki adalah :
= 15 ltr/tangki X 1% Roundup
= 15 ml Roundup/tangki

Jumlah herbisida Roundup yang dibutuhkan per hektar adalah :
= 13 tangki/ha x 15 ml/tangki
= 195 ml/ha

Jadi untuk 100 ha, kebutuhan herbisida Roundupnya adalah :
= 195 ml/ha * 100 ha
= 19.500 ml atau 19,5 liter Roundup

Contoh 4.
Semprot piringan (circle spraying) menggunakan herbisida Basta 1.5 liter/Ha dengan nozzle polijet biru ICI. Flowrate 1.6 Lt/menit, lebar semprot 1.2 m dan kecepatan penyemprot berjalan 36m/menit. Berapa dosis per tangki knapsack?

Jawab:
Diketahui = Dosis : 1.5 liter/ha; C = 1.6 liter/menit; G = 1.2 m; K = 36 m/menit

Kebutuhan larutan :
V = (C*10.000)/GK
= (1.6 liter/menit * 10.000 m2)/1.2 m x 36 m/menit
= 370.37 liter

Konsentrasi herbisida Basta:
= (1.5 liter)/370.37 liter * 100%
= 0.4%

Maka herbisida Basta yang dicampurkan dalam setiap knapsack sprayer (kapasitas 15 liter) adalah
= 15 liter x 0.4%
= 0.06 liter atau 60 cc.

Contoh 5.
Semprot piringan menggunakan herbisida Kleenup 1.5 liter/ha dengan nozzle VLV-200. Flowrate 0.9 liter/menit, lebar semprot 1.2 m dan kecepatan penyemprot berjalan 36 m/menit. Berapa dosis herbisida Kleenup per knapsack?

Jawab :
Diketahui : Dosis = 1.5 liter/ha; C = 0.9 liter/menit; G = 1.2 m; V = 36 m/menit

Kebutuhan larutan
L = (C * 10000)/KG
= (0.9 liter/menit * 10000 m2)/36 m/menit * 1.2 m
= 208.33 liter

Konsentrasi herbisida
= (1.5 liter / 208.33 liter)* 100%
= 0.72%

Jika kapasitas tangki knapsack adalah 15 liter, maka 15 x 0.72% = 0.108 Ltr atau 108 ml.
Jadi dosis per tangki knapsack adalah 108 ml/15 liter.

Kenali 6 Tanda-tanda Knapsack Sprayer PB-16 Malaysia Yang Asli

Kenali 6 Tanda-tanda Knapsack Sprayer PB-16 Malaysia Yang Asli

Seiring dengan perkembangan aktivitas pertanian dan bisnis pertanian (agribisnis) di Indonesia yang semakain hari semakin meningkat, terjadi juga peningkatan suplay sarana produksi pertaniannya. Terlebih kini hampir tidak dapat dipungkiri produk-produk dari China semakin membanjiri pasar produk dan sarana produksi pertanian di Indonesia.

Ada pepatah “Teliti Sebelum Membeli”. Meskipun saya menjual produk “sejenis” atau “mirip-mirip” dengan knapsack sprayer PB-16 Malaysia, tetapi pengenalan produk knapsack sprayer PB-16 Malaysia ini tetaplah penting.

Sebagai pemasar produk buatan Crossmark Malaya, berikut adalah 6 ciri-ciri yang membedakan antara knapsack sprayer PB-16 asli atau tiruan.

Kenali Tanda PB16 ASLI

Ciri 1. Pada Kotak/Box Pembungkus Luas
PB-16 Asli : Terdapat cetakan alamat produsen yaitu Syarikat Jun Chong SDD. BHD dan UK Registered Design No 2025702 di kedua sisi box
PB-16 Tiruan : Kosong

Sprayer PB16-box asli

Ciri 2. Pada Tangki Sprayer
PB-16 Asli : Terdapat cetakan timbul “CROSSMARK MANUFACTURER” (atas logo) & Cetakan UK Registered Design No 2025702 di bagian bawah logo.
PB-16 Tiruan : Kosong

Sprayer PB16-tangki asli malaysia

Ciri 3. Pada Silinder/tabung Pompa
PB-16 Asli : Terdapat cetakan timbul “UK Registered Design No 2014821” pada bagian atas silinder/tabung pompa.
PB-16 Tiruan : Kosong

Sprayer PB16-pompa asli malaysia

Ciri 4. Pada Penutup Nozel
PB-16 Asli : Terdapat cetakan timbul “PAT. APPL. No. PI 880074”
PB-16 Tiruan : Kosong

Sprayer PB16-nozel asli malaysia

Ciri 5. Pada Ring/klep
PB-16 Asli : Terasa licin kalau dipegang dan kualitas bagus
PB-16 Tiruan : Terasa kasar dan kualitas jelek.

Sprayer PB16-klep asli malaysia

Ciri 6. Pada Pelepas Automatik/Adaptor
PB-16 Asli : Terdapat cetakan timbul “CROSSMARK (R)”
PB-16 Tiruan : Kosong

Sprayer PB16-adaptor asli malaysia

Demikian 6 (enam) tanda keaslian knapsack sprayer PB-16 Malaysia buatan Syarikat Jun Chong (Cross Mark) yang perlu diperhatikan sebelum membeli, agar terhindar dari kesalahan pembelian dan penyesalan seumur hidup :).

Dilalah mau membeli PB-16 Malaysia malah dapat Knapsack Sprayer PB-16 Tiruan atau PB-16 Abal-abal.

Jika anda menginginkan knapsack sprayer PB-16 Malaysia yang asli, maka hanya di SINILAH yang tepat. Untuk mengetahui spesifikasi PB-16 Malaysia silahkan KLIK DISNI.


Kebocoran Sprayer Sama Dengan Pemborosan

Kebocoran Sprayer Sama Dengan Pemborosan

Penggunaan knapsack sprayer untuk kegiatan penyemprotan tanaman bagi para petani adalah kegiatan yang sudah sangat biasa. Justru dengan sangat biasanya hal-hal yang membahayakan menjadi kurang mendapat perhatian serius.

Kegiatan membahayakan tersebut diantaranya adalah kebocoran tangki akibat beberapa bagian tangki sudah aus, pecah, berkarat, atau ada bagian-bagian tertentu yang sudah rusak dan diganti dengan yang bukan sparepart asli (original).

Kebocoran rangki semprot sprayer

Pada tulisan ini saya akan menjelaskan betapa pentingnya memahami kebocoran pada alat semprot, meskipun itu hanya berupa tetesan saja.

“Ah! …. Itu kan hanya tetesan, tidak banyak pengaruhnya kok?”

Jangan sampai kita menyepelekan tetesan ini, karena tetesan pestisida bisa menimbulkan kerusakan pada tanaman dan menambah paparan pada tubuh penyemprot, yang jelas merugikan secara ekonomi.

Lho kok?

Mari kita hitung!

Kita bisa mengukur berapa banyak tetesan yang terjadi pada alat knapsack seprayer kita dalam satu menit dengan menggunakan gelas ukur. Misalnya kita mendapatkankan 50 mililiter.

Nah berapa jam kita bekerja? Misalnya 5 jam kerja atau kurang lebih 300 menit. Jadi yang sudah terbuang adalah 300 menit x 50 ml = 15 liter.

Kebocoran Sama Dengan Pemborosan

Kegiatan aplikasi penyemprotan pestisidaArtinya selama 5 jam kerja kita kehilangan sebanyak 15 liter atau sebanyak 1 tangki. Apakah ini cukup kecil? Tidak, ini sudah sangat banyak. Coba kita hitung aspek ekonominya.

Misalkan dalam 1 tangki berapa banyak pestisida kita masukan, semakin mahal pestisia yang kita masukan, maka semakin besar kerugiannya. Katakanlah ambil rata-rata kebocoran 50 ml sebesar Rp 3.000 setiap tangki, maka kalau sehari menghabiskan 15 tangki, maka kehilangan uang sebesar Rp 45.000.

Cukup masih kecil?

Coba kalikan berapa kali menyemprot dalam satu bulan. Jika satu bulan menyemprot 4-5 kali, kehilangan akibat kebocoran tetesan bisa untuk membeli pestisida.

Kehilangan uang akan semakin bertambah apabila pestisida yang digunakan adalah pestisida berkualitas tinggi yang harganya pasti mahal.

Selain itu kerugian lain akibat kebocoran alat semprot adalah menurunnya daya berantas pestisida yang digunakan karena dosis per satuan luasnya menjadi berkurang, tetesan dapat menimbulkan kerusakan tanaman dan menambah paparan kepada anggota badan dan mencemari lingkungan.

Masih mau menganggap enteng kebocoran tangki sprayer walaupun itu hanya tetesan?

Itulah pentingnya menggunakan knapsack yang berkualitas, tahan kerusakan dan awet. Jika ada menginginkan produk seperti itu silahkan pesan KLIK DISINI!


Mengapa Pakaian Pelindung Diri (Apron) Penting pada saat Aplikasi Pestisida ?

Mengapa Pakaian Pelindung Diri (Apron) Penting pada saat Aplikasi Pestisida ?

Aplikasi pestisida mengandung resiko terpaparnya badan aplikator dengan pestisida. Pestisida adalah racun bagi hama, penyakit, atau gulma. Namun juga bisa berbahaya bagi penggunanya, kalau tidak menerapkan praktek-praktek aplikasi pestisida yang benar. Aplikasi pestisida yang benar adalah menggunakan alat pelindung diri yang berupa apron (celemek), sarung tangan, penutup wajah, masker dan sepatu boat. Selain pakaian yang dikenakan aplikator harus berlengan panjang dan celana panjang. Kenapa? Karena untuk mencegah timbulnya risiko keracunan.

Apron harus dikenakan sewaktu aplikator dalam seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pestisida seperti pada saat mencampur, mengisi tangki, dan menyemprotkan pestisida. Apron ini harus memenuhi syarat mampu melindungi tubuh dari berbagai formulasi pestisida, tahan lama, ada sirkulasi udara, nyaman dikenakan, dan ringan.

paparan pestisidaCairan pestisida yang disemprotkan oleh knapsack sprayer sangat kecil ukuran partikelnya. Penglihatan mata secara langsung terkadang tidak terlihat karena ukuran/dropletnya sangat kecil bisa mencapai >100 droplet/cm2. Namun jika menggunakan stardust dibawah lampu violet dapat terlihat seperti gambar disamping.

Tidak semua semprotan itu mengenai sasaran (daun atau hama) yang menjadi target penyemprotan. Adanya angin sekitar tempat penyemprotan, sangat memungkinkan semprotan juga mengenai bagian-bagian tumbuh aplikator. Belum lagi kalau tangki yang digunakan mengalami kebocoran dibagian tangkinya. Dapat dibayangkan berapa banyak bagian tubuh aplikator yang terpapar oleh pestisida. Oleh karena itu penggunaan apron menjadi sangat penting.

Banyak jenis bahan yang dapat digunakan untuk Apron, diantaranya dengan bahan tyvek. Keunggulan Tyvek dapat dicuci dan bersifat anti percikan cairan. Karena itu, baju yang terbuat dari tyvek tidak akan basah, jika hanya terkena butir-butir kecil cairan pestisida. Tyvek juga sangat ringat, beratnya hanya 110 – 150 gram/meter2.

Ada dua macam baju pelindung, one-piece garment (baju satu potong) atau sering disebut ponco, berlubang di kedua sisi sampingnya untuk menjamin sirkulasi udara. Panjangnya 2 meter dan lebar 60 cm. Bagian depan panjangnya 85 cm, sedang bagian belakangnya 115 cm. Tujuannya untuk melindungi tubuh bagian belakang dari tetesan pestisida jika tangkinya bocor.

Kedua bagian baju itu dihubungkan dengan tali sepanjang 55 cm. Desain pakain pelindung lainnya yaitu two pieces garment (setelan baju dan celana).  Baju berlengan panjang dengan tali karet pada bagian pinggang.

Nutani.com menyediakan apron dari bahan tyvek dan juga bahan parasut, seperti pada gambar.

apron celemek penyemprotan pestisida apron celemek penyemprotan pestisida apron celemek penyemprotan pestisida

Bagi Anda yang sedang mencari Apron, nutani.com menyediakan apron-apron tersebut. Silahkan pesan KLIK SINI!


Knapsack Sprayer PB16 Weed Eater 16L Sesuai RSPO

Knapsack Sprayer PB16 Weed Eater 16L Sesuai RSPO

Kalangan pekebun harus berhati-hati dalam memilih sprayer untuk membantu kegiatan penyemprotan pestisida di kebun. Sebab, knapsack sprayer berkualitas buruk sangatlah merugikan pekebun seperti terjadinya kebocoran dan tekanan yang kurang kuat. Buruknya kualitas Knapsack sprayer berdampak kepada pemborosan biaya, tenaga dan waktu serta hasil semprot yang tidak merata.

Solusi terbaik penyemprotan pestisida adalah Knapsack Sprayer PB-16.

PB16 Weed Eater 16L

Ada enam ciri yang menunjukkan produk  Knapsack Sprayer PB-16 asli.

Pertama, di box  pembungkus terdapat cetakan alamat produsen yaitu Syarikat Jun Chong SDN. BHD dan UK Registered Design No 2025702 di kedua sisi box.

Kedua, di tangki sprayer Terdapat cetakan timbul “CROSSMARK MANUFACTURER” (atas logo) & Cetakan UK Registered Design No 2025702 di bagian bawah logo.

Ketiga, Terdapat cetakan timbul “UK Registered Design No 2014821” pada bagian atas silinder/tabung pompa.

Keempat, terdapat cetakan timbul “PAT. APPL. No. PI 880074 pada penutup nozzle.

Kelima, ring/klep terasa licin kalau dipegang dan bahan kualitas tinggi .

Keenam, di adaptor ada cetakan timbul “CROSSMARK (R)”.

Beredarnya produk palsu ini karena Knapsack Sprayer PB-16 adalah produk paling laku dan familiar di kalangan pekebun sawit. Bahan baku  Knapsack Sprayer  PB-16 berasal dari polypropelene  yang berkualitas tinggi. Itu sebabnya, produk ini sangat kuat sehingga tidak akan pecah atau bocor.

Kelebihan lain, produk ini punya tekanan penyemprotan yang sangat kuat  (hingga 8 Bar=116 psi ) dan sudah dilapisi anti  sinar ultraviolet (UV protector) sehingga sprayer akan tahan lama dan tidak getas walau sering terpapar matahari.

“Knapasack Sprayer PB-16 diinjak orang berbobot sampai 80 kg pun tidak pecah. Tambahan lagi tangki tanpa sambungan sehingga tidak mudah bocor”.

Knapsack Sprayer PB-16 & Weed Eater 16L  telah memperoleh sertifikat  ISO 9001 : 2008 Cert No.622858 ( GIC  dan UKAS ).

Knapsack Sprayer Weed Eater 16L

Produk ini memakai system Pressure Control Valve (PCV) atau Constan Flow Valve (CF- Valve) dengan fungsi utama sebagai kalibrator pengatur tekanan ( 1,5 Bar CFValve RED), Flow Rate yang konstan sehingga selain hasil aplikasi semprot yang lebih merata. Manfaat lainnya adalah menghemat pemakaian air, meminimalisir potensi pemborosan racun , peningkatan produktivitas penyemprotan, penghematan tenaga kerja, dan ramah lingkungan.

<