Apa itu Zat Pengatur Tumbuh Tanaman: Auksin, Giberelin, Sitokinin, Etilene, Inhibitor?

Apa itu Zat Pengatur Tumbuh Tanaman: Auksin, Giberelin, Sitokinin, Etilene, Inhibitor?

Sering membaca dan mendengar apa itu hormon pertumbuhan seperti giberin, auxin, sitokinin?  Apa pula peran mereka sebagai hormon pertumbuhan pada tanaman.  Bagaimana mereka bekerja, dan dimana saja mereka bisa didapatkan?

Baca Juga: Kipahit, Tanaman Pengganggu (Gulma) yang Banyak Membantu Petani

Dan yang lebih penting lagi, ketika kita memiliki tanaman, unsur hormon apa saja yang diperlukan agar tanaman kita sesuai dengan diharapkan hasilnya.

Zat Pengatur Tumbuh Tanaman (ZPT)

Pengenalan terhadap berbagai ZPT sangat penting agar kita lebih familiar sehingga jika mengaplikasikanya pada suatu saat nanti tidak mengalami kesulitan. Yang perlu anda ketahui secara singkat tentang ZPT adalah jenisnya, manfaatnya dan bagaimana mengaplikasikanya

Hormon tumbuhan atau fitohormon adalah salah satu aspek penting dalam perkembangan tanaman. Hormon ini adalah sekumpulan senyawa organik bukan hara, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia.

Dikutip dari laman Cybex Kementerian Pertanian RI, dalam kadar sangat kecil, fitohormon dapat mendorong, menghambat, atau mengubah pertumbuhan, perkembangan dan/atau pergerakan tanaman.

Hormon tumbuhan atau fitohormon ini selanjutnya dikenal dengan nama zat pengatur tumbuh (plant growt regulator) untuk membedakanya dengan hormon pada hewan. ZPT memiliki peranan penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Secara garis besar hormon dikelompokkan menjadi 3 kelompok hormon yaitu :

(1). Sitokinin, adalah kelompok hormon yang mempunyai fungsi utama mensupport pertumbuhan tunas. Sumber dihasilkan hormon sitokinin adalah diujung akar.

(2). Auksin, adalah kelompok hormon yang mempunyai fungsi utama mensupport pertumbuhan akar. Sumber dihasilkannya auksin adalah diujung tunas.

(3). Giberelin, adalah kelompok hormon yang mempunyai fungsi pembungaan dan pembuahan. Sumber dihasilkannya adalah di daun dan buah.

Namun ada juga yang membaginya menjadi 5 kelompok ZPT, yaitu auksin (auxins), sitokinin (cytokinins), giberelin (gibberellins, GAs), etilena (etena, ETH), dan asam absisat (abscisic acid, ABA).

Auksin, Sitokinin, dan Giberelin bersifat positif bagi pertumbuhan tanaman pada konsentrasi fisiologis. Adapun etilena dapat mendukung maupun menghambat pertumbuhan, dan asam absisat merupakan penghambat (inhibitor) pertumbuhan.

ZPT sintetik ada yang memiliki fungsi sama dengan ZPT alami, meskipun secara struktural berbeda.

Dalam praktiknya, seringkali ZPT sintetik yang dibuat manusia lebih efektif atau lebih murah bila diaplikasikan untuk kepentingan usaha tani daripada ekstraksi ZPT alami.

Selain itu, ZPT sintetik lebih praktis dalam aplikasinya dan kandungan ZPT-nya sudah diketahui dengan pasti, sementara ZPT alami yang belum terukur kandunganya.

1. Auksin

Auksin merupakan ZPT yang berperan dalam perpanjangan sel pucuk atau tunas tanaman. Selain memacu pemanjangan sel yang menyebabkan pemanjangan batang dan akar.

Peranan auksin lainnya adalah kombinasi auksin dan giberelin memacu perkembangan jaringan pembuluh dan mendorong pembelahan sel pada kambium pembuluh sehingga mendukung pertumbuhan diameter batang.

Auksin memengaruhi pertambahan panjang batang, pertumbuhan, diferensiasi dan percabangan akar, perkembangan buah, dominansi apikal, fototropisme dan geotropisme.

Auksin (IAA) sering dipakai pada budidaya tanaman, antara lain untuk menghasilkan buah tomat, mentimun dan terong tanpa biji.

Auksin juga dipakai pada pengendalian pertumbuhan gulma berdaun lebar dari tumbuhan dikotil di perkebunan jagung dan memacu perkembangan meristem akar adventif dari stek mawar dan bunga potong lainnya.

2. Sitokinin

Sitokinin berperanan dalam pembelahan sel (sitokinesis). Golongan sitokinin, sesuai namanya, merangsang atau terlibat dalam pembelahan sel.

Senyawa dari golongan ini yang pertama ditemukan adalah kinetin. Sitokinin alami misalnya kinetin dan zeatin.

Sitokinin alami dihasilkan pada jaringan yang tumbuh aktif terutama pada akar, embrio dan buah. Sitokinin yang diproduksi di akar selanjutnya diangkut oleh xilem menuju sel-sel target pada batang.

Kinetin banyak ditemukan pada bulir jagung yang muda, sedangkan zeatin banyak ditemui pada air kelapa.

Sitokinin berperanan dalam mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar, mendorong pembelahan sel dan pertumbuhan secara umum, mendorong perkecambahan dan menunda penuaan.

3. Giberelin

Manfaat giberelin dalam pertumbuhan tanaman adalah mendorong perkembangan biji, perkembangan kuncup, pemanjangan batang dan pertumbuhan daun, mendorong pembungaan dan perkembangan buah, serta memengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar.

Giberelin dikenal juga dengan nama asam giberelat dan dalam pembelahan sel dan atau perpanjangan sel tanaman. Senyawa pertama yang ditemukan memiliki efek fisiologi adalah GA3 (asam giberelat 3).

GA3 merupakan substansi yang diketahui menyebabkan pertumbuhan membesar pada padi yang terserang fungi Gibberella fujikuroi.

Contoh produknya:

  1. Gibgro 10SP – PT Nufarm Indonesia
  2. Gibgro 20SP – PT Nufarm Indonesia
  3. Gibgro 5G – PT Nufarm Indonesia
  4. Progib 40SG – PT FMC
  5. GaTiga

Giberelin juga berperan dalam memacu pembungaan pada beberapa tanaman, mematahkan dormansi biji serta memacu perkecambahan biji. Inilah kenapa Gibgro (salah satu produk PT Nufarm Indonesia) dapat dipakai sebagai perlakuan benih (seed treatment ) perendaman dalam air dengan menggunakan gibgro.

4. Etena

Etena atau dikenal juga dengan nama etilena merupakan zat pengatur tumbuh yang berwujud gas pada suhu dan tekanan ruang. Etena berperan dalam mempercepat pemasakan buah.

Contohnya dengan pemeraman merupakan usaha untuk menaikan konsentrasi etilena di sekitar jaringan buah sehingga buah cepat masak.

Contoh lainnya adalah pengarbitan pada pemeramana akan usaha pembentukan asetilena (gas karbid) yang di udara akan tereduksi oleh gas hidrogen menjadi etilena.

Contoh Etilena yang sudah dibuat antara lain Ethepon (asam 2-kloroetil-fosfonat) yang diperdagangkan dengan nama Ethrel dan beta-hidroksil-etilhidrazina (BOH).

Contoh produk lainnya :

  1. CHEETAH 490 SL – PT Tiga Muara Emas Makmur
  2. ETHREL 480 SL – PT Bayer Indonesia
  3. NEWTEX 10 PA – PT Anugrah Sentana Agro
  4. NEWTEX 5 PA – PT Anugrah Sentana Agro
  5. PROMOTREL 110 PA – PT Tiga Muara Emas Makmur
  6. PROTHEPHON 480 SL – PT Multi Sarana Indotani
  7. RAGET 125 PA – CV Flora dan Fauna
  8. SANTREL 500 SL – PT Santani Agro Perkasa
  9. SUPEREL 10 PA – PT Agro Dynamics Indo
  10. TAMAPON 480 SL – PT Sari Kresna Kimia
  11. X-TRAIL 480 SL – CV Golden Farm Indonesia

Etilena juga dapat menyeragamkan pembungaan pada tanaman semusim, misalnya pada tanaman nanas.

5. Inhibitor

Inhibitor merupakan zat pengtur tumbuh yang berperan dalam penghambatan proses biokimia dan proses fisiologis bagi aktivitas keempat ZPT di atas. Secara alami Inhibitor adalah asam absisat (ABA), yang selanjutnya diproses menjadi metabolit ABA.

Inhibitor sintetik yang dibuat untuk menghambat metabolisme atau menunda metabolisme tanaman antara lain MH (2-kloroetil) amonium klorida. Asam absisat atau Asicic Acid Hormone (ABA) merupakan hormon tumbuhan yang bekerja melawan giberelin dan auksin.

ABA banyak diproduksi pada bagian daun, bunga, dan buah yang masih muda. Kinerja dari ABA sendiri natural mengikuti umur tanaman.

Fungsi Asam Absisat Pada Tumbuhan

  1. Memicu pengguguran bunga dan buah
  2. Menghambat pembelahan dan pembentangan sel
  3. Menunda pertumbuhan melalui masa dormansi
  4. Merangsang penutupan stomata selama tumbuhan kekurangan air
  5. Merangsang pengguguran daun (absisi) saat musim kering atau kemarau

Asam absisat memang cenderung mendorong proses pengguguran beberapa bagian tanaman. Akan tetapi, tanpa asam absisat pun mustahil bagi tanaman untuk tumbuh dengan normal.

Contohnya: Cyocel dan Chlormequat, SADH, ancymidol, asam triiodobenzoat (TIBA) dan morphacyn.

Begini Cara Perlakuan Benih Jagung Sebelum Tanam

Begini Cara Perlakuan Benih Jagung Sebelum Tanam

Jagung (Zea mays) merupakan salah komoditas utama yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Jagung termasuk dalam golongan tanaman pangan, di beberapa daerah di Indonesia, jagung menjadi makanan pokok.

Pemilihan benih untuk penanaman menjadi faktor utama yang mempengaruhi hasil produksi. Begitu pula dengan pemilihan benih jagung.

Benih yang sehat dan bermutu memiliki  ciri  bernas  (bersertifikat  nasional)  atau  penuh  berisi.

Benih yang akan digunakan harus murni atau tidak tercampur dengan biji lain, tidak ada cacat, dan berasal dari tanaman yang sehat, serta produktifitasnya tinggi. Dalam kasus-kasus sekarang ini, pemilihan benih jagung yang salah mengakibatkan penurunan hasil panen.

Keuntungan Menggunakan Benih Jagung Bermutu

Keuntungan dari  penggunaan  benih jagung bermutu,  antara  lain  :  

  • Menghemat  penggunaan  benih persatuan luas;
  • Respon terhadap pemupukan dan pengaruh perlakuan agronomis lainnya; 
  • Produktivitas  tinggi karena  potensi hasil yang  tinggi; 
  • Mutu  hasil akan terjamin baik melalui pasca panen yang baik;
  • Memiliki daya tahan terhadap hama dan penyakit,  umur  dan  sifat-sifat  lainnya  jelas;   
  • Waktu  panennya  lebih  mudah ditentukan karena masaknya serentak

Pemilihan benih jagung ini diharapkan agar benih dapat tumbuh dengan baik dan tahan terhadap serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). OPT dapat menyerang mulai dari proses awal penanaman sampai proses pemanenan. Hal tersebut sangat merugikan  para petani jagung.

Pertumbuhan  awal  tanaman  jagung  saat  di  dalam  tanah  sangat  rentan terhadap serangan jamur, cendawan dan ulat ataupun jenis OPT yang lain. Serangan yang seperti ini belum banyak diketahui oleh para petani jagung. Serangan tersebut sangat mempengaruhi  pertumbuhan.  

Dampak  serangan  tersebut  dapat  menyebabkan  benih tidak tumbuh karena terserang jamur atau termakan ulat, serta terjangkit beberapa penyakit akibat serangan tersebut, seperti bulai (Downy mildew).   

Penyakit Bulai Pada Jagung

Penyakit bulai disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora maydis dan P. Javanica serta P. Philippinensis.

Bulai merajalela pada suhu udara 270 C ke atas serta keadaan udara lembab. Ciri-ciri serangan bulai pada jagung pada awal tumbuh yang mengakibatkan daun runcing, kecil, kaku, pertumbuhan batang terhambat, warna daun menguning dan sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan putih.

Oleh karena itu diperlukan perlakuan atau treatment khusus untuk benih jagung yang akan ditanam sebagai bentuk pencegahan. Meskipun benih yang dipakai adalah varietas unggul dan bersertifikat atau berlabel asli.

Perlakuan benih (Seed Treatment ) pada Benih Jagung

Benih jagung yang akan ditanam dapat dilakukan perlakuan khusus untuk mencegah adanya serangan OPT, seperti jamur ataupun ulat. Perlakuan ini tidak diharuskan, akan tetapi perlakuan ini dilakukan hanya sebagai alat pencegahan.

Penting benih yang akan ditanam sebaiknya bermutu tinggi, baik mutu genetik, fisik maupun fisiologisnya, dan berasal dari varietas unggul serta daya tumbuh harus lebih dari 90%. Keunggulan tersebut untuk menghasilkan tanaman yang seragam dan berproduksi tinggi. Meskipun demikian, bentuk antisipasi akan serangan jamur, cendawan maupun ulat dapat dilakukan dengan metode seed treatment benih jagung.

Treatment dengan Fungisida

Jumlah benih  jagung yang dibutuhkan per hektar adalah 20-30 kg/ha.

Terdapat 2 metode atau cara perlakuan benih jagung, yakni Seed Dressing dan Seed Coating.

Seed Dressing

Seed dressing adalah cara yang lebih umum dipraktekan. Pestisida langsung dicampurkan pada benih sebelum ditanam. Cara ini bisa dilakukan dengan cara kering maupun cara basah.

Cara kering, benih langsung dicampurkan pestisida yang umumnya dalam bentuk tepung tanpa dibasahi.

Cara basah, pestisida baik dalam bentuk tepung maupun cairan terlebih dahulu dibasahi dengan air (slurry) kemudian dicampurkan dengan benih.

Fungisida yang dapat dipakai adalah Tiflo 80WG (bahan aktif Tiram 80%), Ziflo 76WG (bahan aktif ziram 76%). Dosis yang dipakai 5 g per 1 kg benih jagung.

fungisida tiflo

Beli fungisisda TIFLO 80WG di BUKALAPAK, DISINI.

Fungisida lain yang dapat digunakan adalah yang berbahan aktif metalkasil, Ridhomil (bahan aktif mefenoksam 350 g/l) dengan dosis 2 gram per 1 kilogram benih jagung.

Atau pada perlakuan ini, benih jagung yang akan ditanam direndam terlebih dahulu dengan air yang telah dicampur denga fungisida. Proses perendaman dapat dilakukan dengan media bak yang dapat menampung seluruh benih jagung yang akan ditanam.

Tujuan perendaman dalam satu bak untuk menyamakan pemberian fungisida dan hasil yang didapat sama. Dosis fungisida yang dicampurkan 2-4 ml per lt air dengan waktu perendaman selama 12-24 jam.

Setelah selesei perendaman benih jagung ditiriskan dan dikering anginkan. Benih yang sudah kering selanjutnya dapat dilakukan proses penanaman. Tujuan dari perendaman dengan campuran fungisida ini untuk mencegah serangan dari jamur.

Keunggulan cara basah, pestisida lebih menempel pada benih dengan lebih baik.

Treatment dengan Insektisida

Pada seed treatment ini berbeda dengan proses treatment di atas. Insektisida digunakan untuk mencegah serangan dari ulat agrotis dan lalat bibit yang sering menyerang benih jagung pada saat setelah tanam.

Serangan itu dengan cara memakan benih jagung yang berada dalam tanah. Hal tersebut mengakibatkan benih tidak tumbuh. Oleh karena itu, seed treatment ini dilakukan sebagai bentuk antisipasi terhadap serangan tersebut.

Perlakuan  seed treatmen ini  dilakukan pada saat penanaman. Benih dimasukkan ke dalam lubang bersama-sama dengan insektisida butiran dan sistemik seperti  Furadan 3 G (bahan aktif karbofuran) dengan dosis 3 g per lobang tanam.

WASPADA ! Penyakit Blas Pada Musim Kemarau

WASPADA ! Penyakit Blas Pada Musim Kemarau

Kini petani bersiap memasuki masa tanam pada musim kemarau. Hal pertama yang harus diwaspadai betanam padi pada musim kemarau (periode tanam April – September) adalah kerap munculnya serangan penyakit blas (Pycularia grisea).

Penyakit blasPenyakit blas bisa menginfeksi tanaman padi pada setiap fase pertumbuhan. Gejala khasnya adalah adanya bercak daun berbentuk belah ketupat, lebar di tengah dan meruncing di kedua ujungnya. Ukuran bercak kira-kira 1-1,5 x 0,3-0,5 cm yang berkembang menjadi warna abu-abu pada bagian tengahnya. Infeksi bisa terjadi pada ruas batang, dan leher malai yang disebut dengan blas leher (neck blast). Jika infeksi terjadi pada leher malai, maka leher malai berubah menjadi kehitaman dan patah. Akibatnya hanya sedikit malai yang terisi atau bahkan hampa.

Penyebab Penyakit Blas

Penyakit blas disebabkan sprora jamur tebawa angin atau air. Pertumbuhan dan pekembangan jamur ini tergolong cepat. Penyebarannya akan semakin cepat apabila penggunaan pupuk nitrogen (Urea) yang berlebihan dan kondisi cuaca yang berawan akan mempercepat menginfeksi tanaman.

Penyakit blas berawal dari penggunaan benih yang tidak sehat (terutama pada daerah endemis blas). Perlakuan benih (seed treatment) sebelum tanam sangat efektif untuk mengendalikan blas pada tahan lebih awal.

 

Pengendalian Penyakit Blas

Cara-cara pengendalian yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya serangan penyakit blas adalah:

  • Penggunaan bibit yang sehat, yang tidak tertular dengan penyakit blas
  • Penggunaan varietas yang tahan terhadap blas,
  • Penggunaan bibit yang spesifik lokasi,
  • Perlakukan benih (seed treatment) pada saat perendaman dan persemaian
  • Penggunaan pupuk nitrogen yang sesuai dosis anjuran
  • Pergiliran varietas
  • Menanam dengan teknik jajar legowo
  • Menggunakan kompos, pupuk organik baik padat maupun cair untuk mengurangi penggunaan pupuk nitrogen
  • Penggunaan fugisida yang dapat mengendalikan blas

 

Penggunaan Varietas Tahan Blas

Berdasarkan data darai Balai Besar Penelitian Padi (BB Padi), varietas yang tahan terhadap penyakit blas adalah:  Inpari 21, Inpari 22, Inpari 26, Inpari 27, Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6, Inpago 7, dan Inpago 8.  Penggunaan varietas secara monogenetik, yaitu menggunakan 1-2 varietas secar luas dan terus menerus juga dapat mengurangi potensi serangan blas.

 

Penggunaan Seed Treatment

Perlakuan benih sebelum tanam dapat meminimalkan serangan patogen Pycularia grisea. Perlakuan benih dapat menggunakan fungisida yang memiliki kemampuan untuk perlakuan benih.

fungisida Tiflo 80WGFungisida Tiflo 80WG adalah fungisida yang memiliki memampuan untuk mengendalikan patogen tanah (soil borne, penyakit yang ada di dalam tanah) dan benih (seed borne, penyakit yang terbawa biji/benih). Tiflo 80 WG adalah fungisida dengan bahan aktif Thiram.

Caranya: Rendam benih dengan fungisida Tiflo 80WG selama 24 jam. Dosis yang digunakan adalah 2-5 gram benih dalam 2 liter air untuk setiap 1 kg benih. Tahapan selanjutnya seperti biasanya, setelah 24 jam diangkat dan diangin-anginkan dalam suhu kamar selama 12 jam sampai keluar akar kecambah. Jika perlu diberikan penyiraman.

Untuk pola tanam tabela (tebar benih langsung), pelapisan benih (seed coating) dengan fungisida Tiflo 80WG juga sangat diperlukan. Dosis yang digunakan 2-5 gr/kg benih padi. Caranya sama dengan cara diatas, bedanya air yang diperlukan lebih sedikit. Fungisida Tiflo 80WG dibasahi agar menjadi seperti pasta namun lebih encer. Benih padi dimasukan ke dalam kantong plastik, masukan pasta Tiflo kemudian dikocok-kocok hingga merata. Benih diangin-anginkan, setelah kering benih siap di tanam.

Keuntungan lain menggunakan Tiflo 80WG pada perlakuan benih sistem tabela, karena mampu sebagai repellent (penolak) burung. Sehingga benih yang baru disebarkan tidak menjadi makanan burung.

 

Pengendalian Blas Dipertanaman

Perlakuan benih dengan fungisida untuk pembenihan hanya bertahan selama 6 minggu, selanjutnya perlu penyemprotan tanaman.

Terdapat beberapa fungisida yang mampu mengendalikan blas, yaitu antara lain : Benomyl 50%, Mancozeb 80%, Carbendazim 50%, Isoprotiolan 40%, trisiklazol 20%, dan lainnya termasuk fungisida Tiflo 80WP mampu menekan perkembangan jamur Pycularia sp. Penyemprotan dengan fungisida sebaiknya dilakukan 2 kali pada saat stadia tanaman padi anakan maksimum (50-55 HST) dan awal pembungaan (60-65 HST).

Penggunaan sistem legowo sangat dianjurkan untuk membuat kondisi lingkungan tidak menguntungkan bagi patogen penyebab penyakit. Sistem legowo yang dikombinasikan dengan cara pengairan berselang (intermiten) mampu mengurangi kelembaban sekitar kanopi tanaman, sehingga mengurangi terjadinya embun dan air gutasi, sehingga menghindari gesekan antar daun.

Sumber: Sinar tani Edisi 23-29 Mei 2018 No 3752 tahun XLVIII dengan penambahan.
Pencegahan Penyakit Klowor

Pencegahan Penyakit Klowor

Penyakit klowor atau zonk atau kerdil rumput (grassy stunt) yang diakibatkan oleh virus kerdil rumput (RGSV) yang disebarkan oleh wereng coklat (Nilavarpata lugens Stal) kini menjadi momok yang menakutkan bagi para petani.   Kerugian petani yang diakibatkan oleh panyakit ini tidak main-main, bisa-bisa petani gagal panen.

Penyakit ini memang hanya memiliki inang tanaman padi.  Menurut Ling (1972) dalam Made Sudarma (2013) terdapat 15 spesies Oryza sativa sebagai inang virus kerdil rumput ini.  Banyaknya tanaman yang terinfeksi bertambah jika dibiarkan mengisap lebih lama yang akan mencapai maksimum 24 jam.  Tanaman akan menunjukan gejala penyakit 10-20 hari setelah terinfeksi.   Vektor yang bervirus tetap mempertahankan virusnya selama daur hidup, meskipun vektor tidak menularkan virus setiap hari, tetapi biasanya selama 2-3 hari secara terputus-putus.

Virus ada dalam vektor dan dalam tanaman padi.  Nimfa wereng coklat dan yang dewasa memindahkan virus dimana tanaman padi tumbuh di sekitarnya.  Virus kerdil rumput menghasilkan endemi.   Infeksi lebih tinggi dicapai setelah lama periode makan inokulasi mencapai 24 jam.

Pencegahan Penyakit Klowor

Menurut Semangun (1991) dalam Made Sudarma (2013) cara pengendalian kerdil rumput yaitu :

  1. Menanam jenis tanaman tahan wereng, seperti inpari 33
  2. Pola pergiliran tanaman, juga pergiliran tanaman dengan bukan padi yang dilakukan secara serentak
  3. Melakukan sanitasi, membersihkan tanaman yang sakit dan sisa tanaman
  4. Mengendalikan vektor dengan pestisida yang tepat.

Selain 4 hal diatas, hal lain yang dapat dilakukan untuk membasmi penyakit kelowor (kerdil rumput) adalah dengan pengolahan tanah.  Caranya gunakan pupuk organik agar bisa mengambalikan kesuburan tanah.  Hal ini dikarenakan praktek perlakuan terhadap tanah yang tidak baik, seperti penggunaan bahan kimia yang berlebihan yang menjadikan tanah rusak.  Akibatnya tanaman yang ditanam dilahan tersebut menjadi mudah terserang hama dan penyakit.

Pada dasarnya tanah memiliki kemampuan mekanisme self-recovary, karena di dalam tanah terdapat bakteri mikroba yang dapat mengambalikan kesuburan tanah.  Asalkan kita memperlakukan tanah dengan baik, agar mikroba-mikroba dalam tanah tetap terjaga.  Salah satunya dengan memasukan bahan-bahan organik kembali ke dalam tanah.

Tantangannya bagi petani adalah memasukan bahan organik ke dalam tanah (lahan sawah) tersebut, yaitu dengan menggunakan pupuk organik.  Bahan organik bisa didapat dari jerami, pupuk kandang, bahan organik dari sampah organik (sampah dapur, limbah sayuran, buah-buahan, limbah organik lainnya).  Jerami sisa panen sebenarnya salah satu sumber pupuk organik yang mampu menjadi sumber pupuk mikro silika yang mampu menjadikan tanaman padi lebih kuat dan tahan terdahap serangan hama dan penyakit.  Namun sayang, praktek petani selama ini jerami malahan dibakar.  Jika dibakar, yang tersisa hanyalah unsur karbon semata.

Penggunaan Varietas Tahan Wereng dan Agen Hayati

Gunakan varietas tahan wereng yang saat ini dianjurkan oleh pemerintah adalah inpari 33. Sebelum tebar, beberapa hal yang dapat dilakukan seleksi benih dengan perendaman dengan perendaman air garam (dosis 2-3 sendok makan per liter air).  Benih yang mengambang dibuang.

Selama perendaman benih dapat dilakukan dengan perlakuan benih (seed treatment) dengan melumuri benih dengan fungisida Tiflo 80WP dengan dosis 1 sendok makan untuk setiap kilogram benih.  Selama perendalam juga dapat ditambahkan dengan zat pengatur tumbuh seperti giberelin (GA3, Gibrgo).

Tujuan memasukan fungisida Tiflo 80WP adalah untuk pencegahan penyakit yang dibawa oleh benih.  Sedangkan penambahan GA3 untuk memecah dormansi benih agar perkecambahan benih lebih cepat.

Sebelum disebar benih di rendam dengan agen pengendali hayati seperti  Benprima selama 15-20 menit dengan dosis 5 cc per liter air.  Setelah itu benih disebar.

Demikian ulasan cara-cara pengendalian klowor semoga menginspirasi.

Catatan:

Tiflo 80WP: adalah fungisida dengan bahan aktif Thiram 80%.   Produk ini dipasarkan oleh PT. Rolimex Kimia Nusamas.

Benprima: adalah bakteri penyubur hayati, bakteri perlakuan benih yang mampu memproduksi hormon tanman khususnya auksin (IAA), melarutkan pupuk fospat menjadi “tersedia” atau dapat terserap oleh tanaman.  Benprima adalah produk dari PT. Biotis Agrindo.   Kandungan Benprima adalah Bacillus polymixa 107 cfu/g, Pseudomonas fluorescens 107 cfu/g.

Gibgro : adalah zat pengatur tumbuh dengan kandungan zat giberelin.   Gibgro dipasarkan oleh PT. Nufarm Indonesia.

Pustaka:

Made Sudarma, 2013. Penyakit Tanaman Padi (Oryza sativa L).  Edisi Pertama – Yogyakarta; Graha Ilmu, 2013.  ISBN 978-602-262-10-5

 

Begini Cara Perlakuan Benih Padi

Begini Cara Perlakuan Benih Padi

Benih yang disimpan oleh petani mungkin terinfeksi mikroba yang dapat menyebabkan penyakit pada bibit dan tanaman.  Hal ini dapat mempengaruhi perkecambahan benih dan dapat ditularkan dari benih ke bibit untuk tanaman.

Perlakuan benih dapat mengendalikan penyakit yang terdapat pada benih (seed borne disease), cendawan pada tanah (soilborne disease), dan penyakit yang disebarkan melalui udara (airbone diseases).  Dengan perlakuan benih dapat meningkatkan daya perkecambahan, ketahanan terhadap penyakit dan produktivitas benih.

Metode Perlakuan Benih

Perlakuan benih dilakukan untuk beberapa tujuan berikut:

Pengendalian Benih Dorman (Seed dormancy)

Setiap varietas memiliki masa dormansi yannng menjadikan tingkat perkecambahan rendah. Beberapa perawatan dapat digunakan untuk memecahkan dormansi dan meningkatkan pertumbuhan benih.

  1. Mengekspos bibit suhu tinggi (40-42 ° C) selama 1-2 hari sebelum disemai.
  2. Seed priming – Benih direndam selama 4-8 jam dan dikeringkan sebelum menabur. Benih harus ditabur dalam waktu 1-2 hari setelah priming.
  3. Pre-germination – Benih direndam benih dalam air selama 12-24 jam atau sampai tunas kecil muncul di ujung benih.  Dalam cuaca dingin, benih mungkin perlu direndam selama 36-48 jam. Tiriskan dan keringkan benih dalam selama 24 jam di daerah yang teduh di mana udara dapat beredar di sekitar.  Jika suhu tas melebihi 42 ° C, beberapa biji akan rusak.  Menaburkan benih sebelum akar melebihi panjang 5 mm.

Penggunaan Inokulan Azospirillum

Azospirillum sp adalah bakteri yang hidup bebas di dalam tanah disekitar akar dan permukaan akar tanaman dan mempu menyediakan unsur N dan P bagi pertumbuhan tanaman.  Ini adalah untuk fiksasi N oleh benih padi.   Gunakan inokulan Azospirillum sp., biasanya dalam formulasi tepung (powder) dengan dosis 1 g per kg benih dan bercampur dengan benih sebelum disemai.

Contoh produk ini adalah Benprima.   BENPRIMA adalah bakteri penyubur hayati, bakteri perlakuan benih yang mampu memproduksi hormon tanman khususnya auksin (IAA), melarutkan pupuk fospat menjadi “tersedia” atau dapat terserap oleh tanaman. BENPRIMA adalah produk dari PT. Biotis Agrindo.   Kandungan Benprima adalah Bacillus polymixa 107 cfu/g, Pseudomonas fluorescens 107 cfu/g.

Penggunaan Fungisida pada Benih

Perlakuan benih dengan fungisida Tiflo 80WP.  Tiflo adalah fungisida dengan bahan aktif Thiram 80%.  IRRI (International Rice Research International) merekomendasikan penggunan fungisida dengan bahan aktif Thiram sebagai fungisida untuk perlakuan benih.

Table: Rice Seed Treatment Fungicides

No

% Active Ingredient(s) Rate

Additional Information

 1 Thiram 42% 1.5 fl oz/bu For seed decay, damping off, and seedling blights
 2 Carboxin 10% +
Thiram 10%
5 to 6.8 fl. oz. per 100 lbs. of seed. For control of various seed and seedling diseases. The higher rate is recommended for control of Helminthosporium oryzae. Ready to use seed treatment which may be applied as a commercial seed treatment or as a pour-on hopper box application.
 3 Carboxin 5.7% + Thiram 5.7% 9 to 12 fl. oz. per 100 lbs. of seed. To control various seed and seedling diseases, especially effective against Rhizoctonia solani and Helminthosporium oryzae. The higher rate is recommended for control or Helminthosporium oryzae. Apply as a pour-on treatment or by machine.

Last Updated on Monday, 24 September 2012 15:09

Sumber : http://www.knowledgebank.irri.org

Penggunaan Tiflo 80WP sebagai seed treatment bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu perendaman benih atau dengan mencampur langsung dengan benih sebelum disebarkan dipersemaian.

Baca juga : Fungisida TIFLO Untuk Perlakuan Benih (Seed Treatment)

Cara perendaman : Larutkan 1-3 g Tiflo 80WP untuk per kg benih dalam 5 lilter air dalam bak perendaman benih.  Masukan benih ke dalam bak perendaman, dan biarkan terendam selama 12-24 jam.  Setelah keluar tunas kecil, benih diangkat dimasukan ke dalam karung dan ditiriskan selama 24 jam.  Benih disimpan dalam suhu ruangan, untuk menjaga kelembaban benih bisa dilakukan penyiraman.  Jika tunas sudah cukup panjang (5 mm), benih bisa disebar di persemaian.

Cara mencapur langsung : Benih direndam dalam bak rendaman selama 12-24 jam, kemudian diangkat.  Siapkan bubur Tiflo 80 WP dengan membuat memasukan 1-3 g Tiflo 80WP dalam 5 ml air untuk setiap kilogram benih.  Kemudian diaduk, sehingga menjadi bubur atau pasta.  Pasta dioleskan pada bagian dalam bak pencampur dan masukan benih yang sudah selesai direndam.  Bak pencampur dikocok-kocok sampai benih tercampur atau terlapisi dengan sempurna oleh bubur Tiflo.

Tiflo _ Seed treatment2

Kunjungi juga link berikut : How to treat seeds

Kurangi Kematian Semai Akibat Jamur dengan Seed Treatment

Kurangi Kematian Semai Akibat Jamur dengan Seed Treatment

Melanjutkan pembahasan sebelumnya mengenai perlindungan benih (seed treatment) pada posting sebelumnya. Anda bisa membacanya mengenai “Fungisida Tiflo untuk Perlakuan Benih (Seed Treatment) di sini.

Salah satu usaha dalam perlindungan tanaman pada tahan awal (benih) terhadap serangan penyakit adalah dengan menggunakan perlakuan benih. Tujuan pemberian perlakuan benih adalah untuk melindungi benih dari serangan cendawan (jamur), terutama pada saat pembibitan dan awal pindah tanam. Perlakuan benih bisa mencegah busuk akar hingga 90%.

Selain pemilihan varietas unggul yang tahan serangan cendawan, bakteri atau virus, benih juga perlu diperlakukan dengan tepat agar tumbuh maksimal. Sebelum disemai sebaiknya dilakukan perlakuan benih agar benih bebas penyakit.

Seed Treatment pada Cabai

Penyakit seperti antraknosa, layu fusarium, dan layu bakteri adalah momok menakutkan bagi pekebun cabai yang kerap muncul di musim hujan akibat kelembapan tinggi. Agar tetap sukses berkebun di musim hujan pilih varietas unggul. Tidak semua benih tahan terhadap serangan penyakit.

Pada tanaman cabai, fase pembibitan dan pindah tanam sangat peka terhadap serangan cendawan rebah semai (dumping off) yang diakibatkan jamur Pyhium sp. Penanganan benih dapat dilakukan dengan perlakuan basah dan kering. Perlakuan basah dengan merendam benih dengan larutan fungisida Tiflo 80 WP berdosis 1 -2 g/kg benih. Benih direndam selama 4 – 6 jam dan setelah 3 – 4 hari kecambah tumbuh dan siap semai.

Jika cara basah memiliki sedikit kelemahan karena benih sulit dipisahkan karena kulit benih menempel satu sama lain. Maka bisa dilakukan cara kering. Caranya, cukup mencampurkan 1–2 g Tiflo 80WP per kg benih. Kemasan dilipat lalu dikocok sampai seluruh benih terlumuri fungisida dan bakterisida secara sempurna. Setelah itu benih disemai di polibag.

Seed Treatment pada Padi

Fungisida_Tiflo80WP_Seedtreatment
Pelindungan benih pada padi diarahkan untuk pencegahan dan pengendalian penyakit terutama penyit blas atau patah leher (Pycularia grisea) pada tanaman padi yang kini lagi nge-hits.

Penyakit blas/bercak belah ketupat pada tanaman padi disebabkan oleh jamur Pyricularia oryzae. Jamur ini berkembangbiak cepat pada tanaman padi yang berjarak tanam rapat sehingga mempunyai kelembaban yang tinggi. Kecepatan pertumbuhan jamur tersebut juga akan semakin tinggi jika pemupukan tanaman padi menggunakan urea secara berlebihan.

Gejala penyakit blas pada daun dan pelepah terdapat bercak-bercak berbentuk belah ketupat. Ukuran bercak sebesar 1-1,5 cm X 0,3-0,5 cm. Bercak berwarna kelabu atau keputih-putihan dengan pinggir berwarna coklat. Ukuran dan warna bercak dapat bervariasi sesuai dengan keadaan lingkungan, kerentanan tanaman dan umur bercak. Jika kondisi lingkungan lembab dan yang terserang adalah tanaman yang rentan maka bercak-bercak tersebut dapat menyatu dan menyebabkan rusaknya sebagian besar daun.

Pyricularia oryzae dapat menyebabkan tangkai malai membusuk dan patah, penyakit ini biasa kita sebut busuk leher. Jika infeksi terjadi sebelum pengisian bulir dapat menyebabkan kehampaan bulir padi. Tidak hanya daun dan malai batang juga dapat terinfeksi sehingga batang padi membusuk dan rebah.

Hampir 30 – 40 % penyakit blas pada padi ditularkan melalui benih, sehingga pada stadium awal vegetative tanaman padi dapat terserang blas. Oleh karena itu, perlakuan benih dengan fungisida TIFLO 80WP sebanayak 1-2 g/kg benih sangat diperlukan. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, penggunaan fungisida TIFLO 80WP bisa diaplikasikan pada setiap pemupukan dengan dosis 1 kg TIFLO untuk setiap 1 kuintal pupuk.

Demikian ulasan mengenai perlakuan benih (seed treatment) dengan fungisida TIFLO 80WP pada tanaman cabai dan tanaman padi. Jika anda berkeinginan untuk mendapatkan fungisida ini dapat hubungi penulis disini.

Fungisida TIFLO Untuk Perlakuan Benih (Seed Treatment)

Fungisida TIFLO Untuk Perlakuan Benih (Seed Treatment)

Melakukan tindakan pencegahan (preventive) merupakan langkah awal yang bijak dan perlu untuk dilakukan. Kecenderungan meningkatnya serangan cendawan (jamur) pada pertanaman seiring dengan meningkatnya curah hujan yang tinggi akhir-akhir ini sebagai dampak dari La Nina. Serangan penyakit blast (Pycularia orizae) pada pertanaman padi, phytophtora pada kentang, antraknosa pada cabai, bercak daun pada tomat, jamur kapang pada strawberry (Botritys sp), anthracknosa pada tanaman mangga dan lainnya memerlukan tindakan pencegahan lebih awal dari pada penanganan pengobatan (curative) setelah terjadinya serangan penyakit.

Jamur atau cendawan sangat menyukai kondisi basah atau lembab, karenanya senantiasa diperhatikan kegiatan sanitasi lingkungan. Termasuk juga selalu menggunakan varietas tahan penyakit. Selain itu hal yang dapat dilakukan ada berupa perlakuan benih (seed treatment) sebelum benih tersebut di tanam/di tabur.

Perlakuan benih atau seed treatment merupakan istilah umum metode aplikasi pestisida yakni ketika pestisida dicampur benih yang akan ditanam. Tujuan perlakuan benih antara lain :

1. Perlakuan benih befungsi sebagai penyuci hama benih (seed strelilant). Melindungi benih agar tidak terkontaminasi oleh bibit hama dan/atau penyakit yang mungkin dibawanya. .

2. Perlakuan benih sebagai pelindung benih (Seed protectant). Melindungi benih yang baru ditanam agar tidak dirusak oleh organisme pengganggu tanaman (OPT) seperti semut, anjing tanah, dan hama perusak benih lainnya).

3. Perlakuan benih sebagai pelindung kecambah dan tanaman muda (Seed protectan). Melindungi tanaman muda agar tidak diserang oleh hama/penyakit yang menyerang kecambah atau tanaman muda.

Untuk tujuan disinfeksi dan perlindungan benih, pestisida yang digunakan bisa bersifat pestisida non-sistemik. Namun untuk perlindungan tanaman muda harus menggunakan insektisida atau fungisida sistemik.

Beberapa cara perlakuan benih
Perlakuan benih dapat dilakukan dengan cara seed dressing, seed coating dan seed pelleting.

Seed dressing, merupakan cara paling umum untuk benih. Cara ini dilakukan dimana pestisida langsung dicampurkan ada benih beberapa saat sebelum ditanam. Cara ini bisa dilakukan oleh petani sendiri. Pencampuran dapat dilakukan dengan cara kering atau cara basah.

Cara kering, benih langsung dicampurkan dengan pestisida yang umumnya dalam bentuk tepung) tanpa dibasahi. Sedangkan cara basah, pestisida untuk seed treatment baik yang berupa cairan atau tepung dibasahi terlebih dahulu dengan air (slurry) kemudian dicampurkan dengan benih. Metoda basah menghasilkan perlakukan yang lebih baik, karena pestisida menempel pada benih dengan lebih baik.

Seed coating, cara ini dilakukan oleh perusahaan-perusahaan benih untuk melindungi benih yang akan disimpan atau diperdagangkan. Cara Seed coating dan seed pelleting, pestisida dicampur terlebih dahulu dengan bahan pengikat (sticker) tertentu untuk meningkatkan daya lekat pada benih. Selanjutnya dicampurkan dengan benih sehingga terlapisi oleh lapisan pestisida plus bahan pembawa dan bahan pelekat.

Perbedaan antara seed coating dan seed pelleting, bahwa pada seed coating bentuk benih masih tampak. Sementara seed pelleting bahan pembawanya lebih banyak sehingga benih sudah tidak tampak lagi karena terlapisi dengan tebal.

Fungisida Tiflo 80 WP sebagai seed treatment
Tiflo 80 WP adalah fungisida dari golongan dimethyldhiotcarbamat dengan bahan aktif thiram 80% sebagai mana disebutkan dalam The Pesticide Manual edisi 15 dapat digunakan sebagai seed treatmen baik secara tunggal maupun dicampur dengan fungisida dan insektisida lainnya untuk mengendalikan penyakuit dummping off (rebah semai) yang disebabkan oleh jamur phytium spp, atau penyakit lain seperti fusarium spp pada jagung, kapas, sereal, kacang-kacangan, tanaman sayuran dan tanaman hias.

Beberapa jenis benih yang dijual dipasarkan sudah menggunakan fungisida “Thiram” untuk perlindungan benihnya. Contohnya benih Sakata dari Sakata Coorporation Jepang.

BenihSakata
Fungisida Tiflo 80 WP Sebagai Seed Treatment pada Benih Padi
Pada tanaman padi, perlakuan benih dengan menggunakan fungisida Tiflo dapat menggunakan dosis 1-2 gram/kilogram benih atau 1 sendok makan untuk 5 kg benih padi.

Cara penggunaannya cukup mencampurkan TIFLO pada larutan air rendaman benih padi. Tentu saja perendaman benih menggunakan wadah (ember atau drum). Kebutuhan benih padi untuk 1 ha kurang lebih 15-20 kg, cukup menggunakan ember dengan kapasitas 20 liter air. Isi ember dengan air sebanyak separuhnya dan masukkan TIFLO sebanyak 3 sendok makan, diaduk sampai merata dan masukkan benih untuk direndam kurang lebih 24 jam. Setelah itu angkat dan tiriskan selama 1 hari sebelum akhirnya ditebarkan.

Manfaat penggunaan TIFLO pada perendaman benih ini adalah benih sehat, perakaran sehat, air rendaman tidak berbau dan tentu saja benih atau kecambah semai padi terlindungai lebih awal dari serangan penyakit di persemaian.

Fungisida Tiflo 80 WP diproduksi oleh Taminco – Eastman Chemical, dan di Indonesia dipasarkan oleh PT. Rolimex Kimianusamas. Kini Tiflo 80WP sudah teregistrasi di Departemen Pertanian dengan No RI 01020120021715.

Jual Fungisida TIFLO 80WP
Jika anda sedanga mencari TIFLO 80WG bisa hubungi penulis disini.

Sumber :
Panut, D. Pestisida dan Aplikasinya. Agromedia Pustaka. Jakarta. 2008.
The Pesticide Manual 15th Edition, A World Compendum. BCPC

<