Tepat Insektisida untuk Kendalikan Wereng

Tepat Insektisida untuk Kendalikan Wereng

Ada empat jenis wereng pada tanaman padi, yaitu jenis wereng batang (plan hopper) yang terdiri dari wereng coklat (Nilaparvata lugens), wereng punggung putih (Sogatella furcifera) dan jenis wereng daun (leaf hopper) yang terdiri dari wereng hijau (Nephotettix spp) dan wereng loreng (Recilia dorsalis).

Yang sering menimbulkan masalah adalah wereng coklat dan wereng hijau. Wereng coklat bisa menyebabkan padi mati kekeringan dan seperti terbakar (hopper burn) atau puso. Sedangkan wereng hijau kerusakan tidak terlalu nyata tetapi dapat menyebarkan virus tungro.

Bioekologi Wereng Batang Coklat

Wereng batang coklat (WBC, Nilaparvata lugens) dapat berkembang biak dengan cepat dan mudah beradaptasi dengan membentuk biotipe baru. WBC menjadi parasit pada padi dengan menghisap cairan tumbuhan sehingga mengakibatkan pertumbuhannya terganggu bahkan mati.

Wereng menyerang tanaman padai mulai dari stadia persemaian hingga fase matang susu. Mekanisme kerusakan dengan cara menghisap cairan tanaman pada system vascular (pembuluh tanaman). Tanaman padi yang terserang wereng menunjukkan gejala kekuningan, pertumbuhan terhambat dan tanaman menjadi kerdil. Pada seragan parah tanaman padi menjadi kering dan mati.

Siklus hidupnya antara 3-4 minggu (21-33 hari), yang dimulai dari telur (7-10 hari), nimfa (8-17 hari) dan imago/dewasa (18-33 hari). Wereng betina bertelur hingga 500 butir.  Telur diletakan pada urat daun yang utama. Saat nimfa dan imago inilah WBC menghisap cairan batang padi.

Dalam satu rumpun padi bisa terbentuk 4-5 generasi. Saat populasi makin tinggi sebagian populasi akan membentuk sayap agar dapat berpindah ke area lain.

Ambang pengendalian hama ini adalah 5-10 ekor per rumpun. WBC mengeluarkan kotoran embun madu yang biasanya akan ditumbuhi cendawan jelaga hingga daun padi berwarna hitam. Banyaknya kotoran putih bekas pergantian kulit nimfa dapat dijadikan indikator populasi wereng yang tinggi.

Pengendalian WBC Secara Kimia

Dengan mengetahui siklus hidup WBC kita dapat menentukan waktu terbaik, kapan sebaiknya pengendalian kimia dilakukan. Jenis insektisida dengan bahan aktif apa yang efektif untuk setiap stadia WBC.

Pengendalian dengan pestisida akan sangat efektif jika dilakukan pada populasi wereng sudah diatas ambang ekonomi.  Ambang ekonominya adalah 5 ekor wereng per rumpun untuk tanaman padi kurang dari 40 HST atau 20 ekor per rumpun untuk tanaman padi lebih dari 40 HST.

Bahan aktif insektisida yang tersedia dipasar adalah abamectin, bisultap, buprofezin, BPMC, dimehypo, imidaklopid, karbofuran, pimetrozin, fipronil, MICP, bisultap, tiametoksam, etopenfroks, dll.

Namun saya akan membahas beberapa bahan aktif yang paling umum ditemukan di pasaran yaitu :

Insektisida kontak
1. Abamektin
Abamektin termasuk insektisida dan akarisida, sangat efektif untuk mengendalikan tungau pengganggu dan hama thrips spp serta plutella spp.  Abamektin merupakan racun kontak dan perut serta bekerja sebagai racun syaraf dengan menstimulasi gama amino asam butirat (GABA). Abamektin mememiliki efek translaminar yang kuat.
Insektisida ini relatif bersahabat dengan lingkungan karena cepat terdegradasi secara fotokimia oleh mikro organism dalam tanah, dan tidak bersifat bioakumulatif.  Dalam prakteknya efek negative abamektin terhadap serangga berguna sangat kecil.
Contoh : Banyak 🙂

2. BPMC
Buthylphenylmethyl carbamate atau BPMC merupakan insektisida non-sistemik dengan kerja sebagai racun kontak. Efektif untuk mengendalikan wereng, thips, dan hama bubuk.
Contoh : BAYCARB 500 EC

3. Buprofezin
Merupakan insektisida dan akarisida non sistemik yang bekerja secara chitin synthesis inhibitor (penghambat sintesa khitin) sehingga mengganggu proses pergantian kulit pada serangga sehingga akhirnya menimbulkan kematian.
Serangga yang terkena bufropezin akan menghasilkan telur yang steril. Insektisida ini efektif untuk pengendalian hama terpadu (PHT). Buprofezin bersifat non-karsinogenik (tidak menimbulkan bahaya kanker) dan non-teratogenik.
Contoh: APPLAUD 100 EC, dll

4. Fipronil
Merupakan racun syaraf yang bekerja dengan cara memblokir saluran klorida yang diregulasi oleh GABA. Hama yang sudah resisten terhadap piretroid, siklodein, organofosfat, dan karbamat bisa dipecahkan oleh senyawa ini.
Firpronil bersifat racun kontak dan racun perut dan digolongkan ke dalam racun non-sistemik meskipun memilili sifat sistemik yang dapat diaplikasikan lewat tanah.
Contoh : Regent 50SC, dll

Insektisida sistemik

5. Imidakloprid
Imidakloprid termasuk insektida sistemik dan translaminar yang bekerja secara racun kontak dan perut, diabsorpsi oleh daun dan akar serta ditransportasikan secara akropeta. Insektisida ini selain efektif untuk wereng juga efektif untuk mengendalikan hama penusuk-penghisap lain seperti aphids, thips dan kutu kebul.
Contoh : CONFIDOR 200 SL

6. Karbofuran
Kabofuran merupakan insektisida sistemik yang bekerja sebagai racun kontak dan racun perut. Umumnya diformulasi dalam bentuk butiran dan aplikasinya lewat tanah untuk mengendalikan banyak jenis serangga dan nematode.
Contoh : Furadan 3G, dll

7. Dimehypo
Dimehypo merupakan insektisida sistemik yang bekerja secara racun kontak dan racun perut. Selain untuk mengendalikan wereng juga mampu mengendalikan hama penggerek batang padi.
Contoh : SPONTAN 400 SL, dll

8. Pimetrozin
Sebagai insektisida relative baru (dikenalkan tahun 1992-1993) cara kerjanya bekerja secara sistemik dan menghambat aktivitas makan sehingga berhenti makan dan 1 – 4 hari akan mati kelaparan. Namun insektisida iniefektif untuk mengendalikan wereng, aphids dan whitefly (kutu kebul).
Contoh: Plenum 50WG

Insektisida untuk Wereng yang Bagus?

Semua insektisida yang ada dipasaran semua bagus 🙂  semua pilihan diserahkan kepada petani sebagai pengguna langsung.

Dengan mengetahui cara kerja insektisida untuk mengendalikan wereng diatas, maka kita dapat menentukan produk apa yang paling tepat sesuai dengan kondisi serangan wereng.

Untuk mengendalikan wereng pada tingkat populasi masih dibawah ambang ekonomi, saya menyarankan mulai dengan penyemprotan tunggal insektisida bahan aktif BPMC yang bersifat kontak) atau Dimehypo yang bersifat sistemik. Bisa juga langsung campur secara bersamaan.

Atau pada tahap awal jika diketemukan adanya telur-telur wereng pada daun dapat diaplikasikan buprofezin + dimehypo. Hal ini untuk mengendalikan telur wereng supaya tidak menentas (efek buprofezin) dan melindungi padi dari serangan wereng (efek sistemik dimehypo).

Karena wereng hidup dibagian bawah pangkal batang, dan untuk tamanan padi yang sudah berumur 40 HST biasanya penyemprot (aplikator) hanya menyemprot dibagian atas tanaman maka penggunaan insektisida yang bersifat translaminar juga sangat dianjurkan, seperti bahan aktif imidakloprid atau abamektin.

Penggunaan insektisida pengendali wereng sebenarnya tidak harus dengan insektisida dengan harga yang mahal, asal kita tahu cara kerja bahan aktifnya dan memahami siklus hidup wereng. Penggunaan insektisida yang “murah” sudah mampu menahan kerugian terhadap wereng. Namun kebanyakan petani menginginkan yang cespleng, sekali semprot wereng langsung hilang.

Tentu saja faktor yang terpenting dalam pengendalian WBC adalah pengamatan rutin pada rumpun-rumpun bawah batang tamanan padi.  Karena hama WBC hidup pada pangkal batang padi.

Akan lebih baik lagi jika pengendalian wereng dimulai dengan cara memproteksi lebih awal tanaman padi dengan cara penggunaan pupuk atau nutrisi silika. Karena silika dari hasil penelitian mampu menahan serangan wereng dan penggerek batang selain juga mampu meningkatkan hasil panen 5%-20%.

Apa itu silika tenaz silahkan baca Silika Hara Penting Tanaman Padi, Gunakan Silika Cair Tenaz disini

Catatan:
– Translaminar = sistemik lokal; memiliki daya penetrasi dalam jaringan tanaman; diserap jaringan tanaman (daun) tetapi sedikit ditransportasikan ke bagian lain tanaman.

Sumber: Panut, D. 2008. Panduan Lengkap Pestisida & Aplikasinya. AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Testimoni Petani Pengguna Silika Tenaz dan Fungisida Tiflo

Testimoni Petani Pengguna Silika Tenaz dan Fungisida Tiflo

Penggunaan Tiflo dan Tenaz pada tanaman padi

Fungisida Tiflo 80WP yang berbahan aktif thiram 80% adalah fungisida kontak yang mampu mengendalikan penyakit bercak coklat, patah leher, dan juga kresek.

Tenaz adalah nutrisi tanaman dengan kandungan utama silika atau silikat (SiO2) dan tambahan nutrisi mikro majemuk. Penggunaan silika pada tanaman padi menjadikan tanaman padi lebih keras (tegak) dan hasil bulir padi yang bernas. Tenaz juga mampu menahan serangan hama dan penyakit padi.

Hasil penelitian menunjukkan penggunaan fungisida Tiflo 80 WP dan silika Tenaz juga mampu meningkatkan hasil panen sebesar 20%.

Tata cara penggunaan aplikasi Silika Tenaz dan Fungisida Tiflo 80WP

Testimoni Pengguna Silika Tenaz dan Fungisida Tiflo 80 WP

Testimoni pengguna produk Silika Tenaz dan Fungisida Tiflo 80WP oleh petani modern Bapak Haji Karyadi dari Kp Babawangan, Desa Lemah Mukti, Lemah Abang Wadas, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Tiflo dan Tenaz diaplikasikan pada musim kedua (2016) dan mendapat tanggapan yang memuaskan dari hasil aplikasi produk tersebut.

Silika Tenaz adalah nutrisi cair dengan kandungan silika (SiO2) dan Tiflo adalah fungisida dengan bahan aktif thiram 80% adalah produk dari Taminco-Eastman dan di Indonesia dipasarkan oleh PT Rolimex Kimia Nusamas.

Cara Pengendalian Burung Pipit Pada Padi

Cara Pengendalian Burung Pipit Pada Padi

Salah satu hama tanaman padi yang kadang menyulitkan petani adalah serangan burung pada masa padi mulai menjelang panen. Jenis burung yang mengganggu adalah burung pipit, atau di beberapa daerah biasa disebut dengan burung emprit (Lonchura leucogastra). Jumlahnya bisa mencapai ribuan ekor dan menghabiskan bulir padi yang siap panen dalam waktu singkat. Banyak petani yang gagal panen atau kerugian besar saat panen. Kerugian yang dialami petani akibat serangan hama pengganggu burung pipit bisa mencampai 15 – 50 persen.

Berbagai cara dilakukan petani untuk bisa melawan burung pipit yang biasa dipakai petani untuk melawan burung pipit, meskipun terkadang hasilnya kurang efektif.  Pengendalian bisa bersifat mekanis dengan menggunakan alat-alat yang bisa pengusir burung atau secara biologis dengan menggunakan bahan-bahan tumbuhan atau buah-buahan yang “berbau” dan juga bisa secara kimiawi.

Pengendalian Burung Pipit Secara Mekanis

Petani biasanya menggunakan cara berikut untuk mengendalikan burung pipit :

1. Penggunaan orang-orangan sawah (sunda = bebegig) yang dilengkapi dengan tali-tali plastik dan kaleng bekas.

2. Menggunakan pita kaset yang diikat secara horisontal di seluruh penjuru sawah dilengkapi dengan kain yang dibuat seperti pita dari lembaran plastik atau karung pupuk bekas.

3. Membuat kincir angin dilengkapi kaleng sebagai sumber bunyi.

4. Menggunakan jaring. Jaring bekas dipasang di sawah dengan menancapkan beberapa bambu sebagai tiang di pematang sawah, kemudian mengikat jaring di bambu tersebut dan membetang. Cara ini bisa cukup efektif namun harganya relatif lebih mahal.

5. Menggunakan plastik mengkilap berukuran panjang yang dipasang di sawah. Plastik ini bermanfaat untuk memantulkan sinar matahari yang akan membuat silau burung pipit sehingga mereka tidak mendekati padi yang sedang menguning.

6. Mempergunakan kepingan CD atau DVD bekas. Caranya, tancapkan kayu dengan diameter sekitar 5 cm dengan tinggi sekitar 15 cm di atas pucuk tanaman padi. Di atas tiang tersebut dipasang kepingan CD ataupun DVD bekas, dengan bagian yang bisa memantulkan cahaya menghadap matahari. Burung pipit akan silau ketika mendekati lahan sawah.

7. Membuat layang-layang menyerupai burung elang yang terbuat dari plastik bekas warna hitam, atau menggantung beberapa burung elang mainan anak yang banyak dijual di pasar. Cara ini terbukti efektif mengusir burung pipit.

8. Menggunakan Bambu bekas ajir atau membuat sendiri dengan panjang 2 meter secukupnya yang dicat berwarna merah

Pengendalian Burung Pipit Secara Biologis

Pengendalian secara biologis dapat menggunakan bahan tanaman atau buah-buahan yang difermentasi dan semprotkan pada tanaman padi.

9. Menggunakan rendeman buah jengkol. Jengkol diredam beberapa hari, setelah keluar bau menyengat jengkol dan air rendaman dimasukkan ke dalam botol dan diletakan di beberapa sudut sawah. Bau menyengat jengkol akan mengusir burung pipit dari sawah.

10. Menggunakan  buah serut. Buah serut dicuci bersih, ditumbuk sampai halus, dan direndam dalam air sekitar 24 jam, dengan perbandingan 3 kilogram buah serut dan 10 liter air. Buah serut itu disaring dengan kain kasa. Formula itu lalu disemprotkan pada tanaman padi dua kali seminggu. Bisa juga dengan menyemprotkan larutan umbi gadung dan brotowali.

Pengendalian burung pipit secara manual dapat dilihat pada video berikut:

Pengendalian Burung Pipit Secara Kimiawi

Namun jika ingin menggunakan cara yang lebih praktis, bisa juga menggunakan pengendalian secara kimiawi, yaitu dengan menggunakan pestisida.

11. Menggunakan insektisida dengan berbahan aktif dimehypo. Penggunaan dengan insektisida ini, efek yang ditimbulkan jika burung tersebut makan padi, bisa dipastikan burung tersebut mati. Sehingga padinya sudah dimakan terlebih dahulu, baru predatornya mati. Penggunaan insektisida dimehypo tidak dianjurkan dan kurang efektif.

12. Menggunakan fungisida Tiflo 80WP.

Fungisida Tiflo 80WP untuk Pengendalian Burung

Tiflo 80WP adalah fungisida yang bersifat kontak dan bekerja secara protektif dengan bahan aktif Thiram 80%. Tiflo diproduksi oleh Taminco-Eastman, Belgia yang di Indonesia dipasarkan oleh PT Rolimex Kimia Nusamas.

Berdasarkan The Pesticide Manual 15th Edition, A World Compendum. BCPC, bahan aktif Thiram itu selain berfungsi sebagai fungisida juga memiliki efek bird repelent, mampu menolak/mengusir burung.  Burung tidak mau makan padi karena “bau”nya, sehingga burung tidak selera untuk memakannya.

Untuk membuktikan bahwa Tiflo 80WP mampu mengusir burung, bisa dicoba dengan memberikan makanan (padi) yang dicampur dengan Tiflo pada burung pipit (yang biasa diperdagangkan untuk anak-anak).  Burung pipit tersebut tidak mau makan padi tersebut.  Sehingga pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan TIFLO 80WP lebih ramah lingkungan tanpa menyebabkan kematian pada burung pipit.

Burung pipit biasanya menyerang tanaman padi mulai fase pengisian (60 HST) sampai dengan pemasakan (80-100 HST) tergantung dari varietasnya.  Penggunaan Tiflo 80WP untuk mengendalikan hama burung bisa mulai dari umur-umur tersebut.

Dosis yang dipakai sebanyak 2-4 gram/liter, atau 2-4 sendok makan per tangki ukuran 16 liter.

Penyemprotan Tiflo 80WP secara rutin hingga menjelang panen (7-10 hari sebelum panen), selain burung dapat diatasi juga efek lainnya adalah padi terhindar dari serangan penyakit-penyakit seperti blas (patah leher, Pyricularia oryzae), penyakit hawar daun (Xanthomonas campestris), penyakit hawar pelepah (Rhizoctonia solani), penyakit bercak coklat sempit (Cercospora janseana).

Pada dasarnya fungisida Tiflo adalah fungisida kontak yang mampu mengendalikan beberapa penyakit pada tanaman padi. Tiflo dapat diaplikasikan mulai dari awal perendaman benih hingga 7-10 hari menjelang panen.

Lihat juga : Review : Fungisida Antracol 70WP, Dithane M45 80WP, Ziflo 90 WP, Tiflo 80WP 

Demikian ulasan pengendalian burung pipit secara kimiawi dengan fungisida Tiflo 80WP, semoga bermanfaat. Fungisida Tiflo 80WP sudah dijual di kios-kios pertanian terdekat atau dapat menghubungi penulis disini.

5 Tanda Tanaman Padi Kekurangan Hara Silika

5 Tanda Tanaman Padi Kekurangan Hara Silika

Tak dapat dipungkiri lagi penggunaan pupuk yang mengandung unsur hara makro yang mengandung unsur Nitrogen (N) seperti Urea, NPK masih sangat dominan penggunaannya oleh para petani padi tanpa mempraktekan metode pupuk berimbang. Penggunaan pupuk N yang tinggi akan memberikan pengaruh negatif terhadap tanaman padi.

Pemberian pupuk N tinggi akan menyebabkan melemahnya jaringan tanaman (succulent), sehingga tanaman lebih peka (lebih mudah terserang) terhadap serangan hama dan penyakit. Pada akhirnya akan berdampak terhadap penurunan tingkat produktivitas tanaman, penurunan pendapatan, kerugian dan ketidak-pastian produksi. Hal ini dikhawatirkan akan semakin meluas dan semakin parah, apabila tidak ada upaya perbaikan dalam sistem budidaya padi.

Demikian pula pada lahan sawah beririgasi dan daerah endemik hama dan penyakit, yang menggunakan pupuk N dosis tinggi kadang terjadi ledakan hama dan penyakit yang berakibat pada penurunan hasil bahkan gagal panen.

Salah satu saran perbaikan untuk mengatasi hal tersebut adalah penerapan metode penggunaan pupuk berimbang, penggunaan unsur mikro dan termasuk aplikasi silika (Si) pada tanaman padi. Penggunaan metode pupuk berimbang dan aplikasi silika selain akan meningkatkan produktivitas juga menjaga kestabilan hasil yang sudah tinggi dengan dampak yang minim.

Pengaruh positif silika pada tanaman padi ini telah banyak dilaporkan di berbagai negara sepertiAmerika Serikat, Jepang,Cina, KoreaSelatan,Taiwan, India, Sri langka, Brazil dan Kolombia (Tisdale et al. 1993; Correa-Victoria et al. 2001; Takahashi et al. 1990).

Tanda Tanaman Kekurangan Unsur Silika

Tanaman yang kekurangan silika menyebabkan organ tanaman kurang terlindungi oleh lapisan silika yang kuat, akibatnya:

  • Daun tanaman lemah terkulai, tidak efektif menangkap sinar matahari, sehingga produktivitas tanaman rendah/tidak optimal;
  • Penguapan air dari permukaan daun dan batang tanaman dipercepat, sehingga tanaman mudah layu atau peka terhadap kekeringan;
  • Daun dan batang menjadi peka terhadap serangan penyakit dan hama;
  • Tanaman mudah rebah;
  • Kualitas gabah (padi) berkurang karena mudah terkena hama dan penyakit.

Manfaat Pemberian Silika Pada Tanaman Padi

Silika atau Silikon (Si) sangat dibutuhkan tanaman padi juga tanaman yang golongan graminae seperti padi, jagung, dan tebu. Kebutuhan silika sangat dibutuhkan tanaman terutama di permukaan daun, batang, dan gabah (padi).
Gejala tanaman padi yang kekurangan silika adalah daun dan tangkai menjadi lunak dan terkulai sehingga saling menaungi, menurunkan aktivitas fotosintesis, hasil gabah lebih rendah, tingkat serangan penyakit seperti blas meningkat. Kekurangan silika yang parah menyebabkan jumlah malai per m2 dan jumlah gabah terisi per malai rendah (Sudarma, I Made, 2013).

Manfaat pemberian silika pada tanaman padi seperti yang sudah banyak dilaporkan adalah :

  • Mengurangi pengaruh keracunan Mn, Fe, dan Al yang sering terjadi pada tanah-tanah masam dan tanah-tanah berdrainase buruk;
  • Mencegah akumulasi Mn pada daun tebu yang berupa spot-spot hitam;
  • Menguatkan batang sehingga tanaman tahan rebah;
  • Meningkatkan ketersediaan hara P dalam tanah;
  • Mengurangi transpirasi;
  • Meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit tanaman;
  • Mampu meningkatkan hasil panen sebanyak 10-20%

Dengan melihat manfaat yang diberikan oleh pemberian silika pada tanaman padi, maka pemberian unsur beneficial hara silika ini sangatlah perlu dan penting. Namun jenis silika seperti apa yang perlu diberikan? Karena di alam sendiri silika termasuk unsur terbanyak nomor 2 setelah oksigen.

Dipasaran kini tersedia nutrisi silika cair yang mampu memberikan manfaat seperti di atas. Produk tersebut adalah Tenaz. Apa itu Tenaz? Akan saya ulas dalam posting berikutnya.

Sumber : Sudarma, I Made. 2013. Penyakit Tanaman Padi (Oryza sativa L). Graha Ilmu, Yogyakarta.

Inilah 8 Faktor Penentu Keberhasilan Teknologi Hazton

Rekayasa teknologi budidaya padi terus dilakukan untuk bisa meningkatkan produktivitas padi di tingkat lapangan. Salah satunya adalah teknologi budidaya padi Hazton yang direkayasa oleh Kepala Dinas Pertanian Kalimantan Barat, Hazairin bersama Staf-nya Anton Kamaruddin.

Teknologi Hazton merekayasa pembentukan rumpun padi secara padat agar bisa bermalai semuanya. Teknologi Hazton diyakini bisa meningkatkan produksi padi dua kali lipat dalam semusim atau disebut quantum life.

Titik-titik Kritis Budidaya Padi Teknologi Hazton

Menurut Anton Kamarudin, ada delapan titik kritis yang menjadi penentu keberhasilan dalam budidaya padi dengan teknologi Hazton. Dengan memperhatikan delapan titik kritis dalam budidaya padi Hazton maka hasilnya bisa tiga kali lipat atau bertambah dua kali dibanding sebelumnya.

  1. Kunci awal di persemaian harus optimal. Lahan dipupuk dengan baik, jangan terlalu rapat. Satu kilogram gabah untuk 10-12 m2.
  2. Persemaian dirawat dengan baik. Lakukan imunisasi padi di persemaian. Pemupukan dengan pupuk kandang sangat penting.
  3. Semai bibit tua. Cabut bibit berikut tanahnya setelah bibit berumur cukup tua yakni berumur 25-30 hari setelah semai (HSS). Bibit tidak dicabut satu-satu, tanah yang menempel pada akar bibit tidak boleh dibersihkan atau dicuci.
  4. Tanam bibit dengan cara di-“ombol” (bergerombol). Satu ombol berisi 20-30 bibit padi.
  5. Gunakan jarak tanam renggang 30×25–40 cm dengan sistem jajar legowo 4:1 atau 2:1.
  6. Pemupukan lebih banyak di awal tanam. Pemupukan sejak awal 3-7 hari setelah tanam, tidak pakai urea setelah ada anakan.
  7. Hindari terjadinya pemupukan N berlebih dan gunakan agen hayati dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman.
  8. Waspada adanya serangan organisme pengganggu tanaman seperti blas/neck blas.

Ditulis oleh SOM, Sumber tulisan dikutip dari Sinar Tani

Lakukan Lima Usaha Berikut Agar Hasil Panen Padi Meningkat

Lakukan Lima Usaha Berikut Agar Hasil Panen Padi Meningkat

Tanaman padi sehat, terhindar dari serangan hama dan penyakit tanaman tapi hasil panen tidak luar biasa. Mungkin ada usaha yang terlewatkan.

Kebanyakan petani padi selama ini hanya berfokus pada pengendalian hama dan penyakit tanaman. Seperti bagaimana agar tanaman padinya terhindar dari serangan hama wereng, hama penggerek batang, hama keong, serangan tikus, atau serangan penyakit blas, serangan penyakit bercak daun, bercak cokelat dan lain sebagainya.
Continue reading →

Insektisida Pengendali Hama Wereng Pada Tanaman Padi

Insektisida Pengendali Hama Wereng Pada Tanaman Padi

Wereng coklat (Nilaparvata lugens) bukan hama asing bagi para petani padi. Hama wereng sudah terjadi di seluruh sentra tanaman padi, gangguan hama wereng bisa mengakibatkan gagal panen. Dilaporkan kehilangan hasil akibat serangan wereng bisa mengalami kerugian 90%, alias puso.

Pada tanaman padi terdapat empat jenis wereng, yaitu wereng batang (plant hoper) yang terdiri dari wereng coklat (Nilaparvata lugens), wereng punggung putih (Sogatella furcifera), dan wereng daun (leaf hopper) yang terdiri dari wereng hijau (Nephotettix spp) dan wereng loreng (Recilia dorsalis).

Dari keempat jenis wereng tersebut yang sering dilaporkan menimbulkan masalah pada tanaman padi adalah wereng coklat dan wereng hijau. Wereng coklat dapat menyebabkan tanaman padi mati kekeringan dan tampak seperti terbakar (hopper burn) atau puso serta dapat menularkan jenis virus.

Sedangkan wereng hijau walaupun kerusakan yang ditimbulkannya tidak begitu nyata, tetapi dapat menyebabkan penularan virus tungro.

Penyebab Serangan Wereng Pada Tanaman Padi

Gejala serangan wereng pada tanaman padi, mulai terlihat dari daun padi menguning, dan tanaman cepat mongering seperti terbakar. Gejalan ini disebut dengan istilah hopperburn. Dalam satu hamparan gejala serangan wereng terlihat seperti membentuk lingkaran yang menunjukkan pola penyebaran wereng coklat. Dalam kondisi demikian, populasi wereng sudah sangat tinggi yang didominasi oleh serangga yang bersayap.

Pemicu serangan wereng antara lain padi terus menerus menggunakan pemupukan dengan dosis nitrogen (N) yang tinggi. Walaupun ada banyak faktor lain, misalnya penggunaan pestisida yang sudah over dosis, dan faktor budidaya para petani padi.

Pestisida Pengendali Wereng Pada Tanaman Padi

Saat ini banyak beredar jenis dan merek pestisida di kios-kios pertanian yang diperuntukan pengendalian wereng. Sebagai pengguna produk, para petani padi terlebih dahulu harus mengetahui manfaat produknya terlebih dahulu, dalam hal ini bahan aktifnya. Oleh karena itu para petani harus mengetahui tentang bahan aktif, formulasi, cara kerja, karakteristik produk yang dimaksud.

Beberapa bahan aktif pestisida yang efektif dalam pengendalian hama wereng coklat adalah:

  • Bahan Aktif Buprofezin
      • Buprofezin merupakan insektisida juga akarisida non-sistemik yang berkerja sebagai chitin synthesis inihitor (penghambat sitesa khitin) sehingga mengganggu proses pergantian kulit pada serangga dan akhirnya menimbulkan kematian.
      • Contoh merek terdaftar: Applaud 100EC, Applaud 400SC, Applaud 10WP, Buprosida 100EC, Gerbera 100EC, Lugen 100EC, Nimbus 25WP
  • Bahan Aktif Imidakloprid
      • Insektisida ini memiliki cara kerja sistemik dan translamiar yang bekerja sebagai racun kontak dan sracun perut. Dapat diabsopsi oleh daun, akar, dan ditransportasikan secara akropetal (dari akar ke daun).
      • Contoh merek yang terdaftar: Abuki 350EC, Abuki 50SL, Abuki 70WS, Agrovin 0,5GR, Agrovin 200SL, Amida 200SL, Amirid 200SL, Astermida 10WP, Avidor 200SL, Avidor 25WP, Bestvidor 25EC, Bestvidor 10WP, Bima 10WP, BM Thiomat 200SL, Celeb Tsan 28EC, Centador 10WP, Confidor 200SL, Confidor 75WS, Counter 50/1,8SP, Crista 25WP, Crista 200SL, Dagger 200SL, Delouse 200SL, Delouse 25WP, Difender 200SL, Imar 6WP, Imar 20WP, Imidaplus 25WP, Imidaplus 200SLGaucho 350FS, Hippo 48WP, Imidagold 200SL, Imidasal 10WP, Imidasal 200SL, Imidor 50SL, Imidovap 70WP, Interprid 200SL, Interprid 25WP, Jellin 100SL, Kimida 10WP, Klopindo 10WP, Klopindo 200SL, Kompitor 200SL, Lanidor 200SL, Lentera 200SL, Megamida 200SL, Neptune 25WP, OBR 25WP, Option 350SC, Option 50SL, Paztidor 200EC, Plush 60WP, Premise 200SL, Pro 100SL, Providor 30WP, Rudor 5WP, Safel 200SL, Samber 50SL, Samida 15WP, Sanfidor 200SL, Soldier 200SL, Solomon 300OD, Starfidor 100SL, Starfidor 5WP, Tampidor 25WP, Tampidor 200SL, Terrco 200SL, Tidal 5WP, Topdor 10WP, Total 10/4EC, Tygra 200SL, Viligon 10WP, Viligon 200SL, Vitanon 10WP, Winder 100EC, Winder 25WP, Wingran 70WS, Wingran 0,5GR, Zychate 200SL, Zychate 25WP.
  • Bahan Aktif BPMC
      • Nama resmi insektisida ini adalah Fenobukarb, yang di Indonesia lebih dikenal dengan BPMC (buthylphenylmethyl carbamate). BPMC merupakan insektisida non sistemik dengan kerja utama sebagai racun kontak. Selain untuk mengendalikan wereng, BPMC juga dapat digunakan untuk mengendalikan ulat buah, thrips, dan aphids pada kapas.
      • Contoh merek: Amabas 500EC, Bassa 500EC, Baycarb 500EC, Benhur 500EC, Bona 500EC, Darmabas 500EC, Emcindo 500EC, Erkabas 500EC, Gobang 110EC, Greta 500EC, Hopcin 460EC, Hopper 500EC, Indobas 500EC, Karbasin 500EC, Kiltop 500EC, Naga 500EC, Nonstop 400EC, Pentacarb 500EC, Rahwana 500EC, Sidabas 500EC, Tamabas 500EC, Tanicarb 485EC.
  • Bahan Aktif Fipronil
      • Insektisida dengan bahan aktif fipronil memiliki cara kerja dengan memblok saluran klorida yang diregulasi GABA. Insektisida ini merupakan racun syaraf, sehingga serangga yang sudah resisten dengan piretroid, siklodien, organofosfat, dan karbamat dapat dipecahkan dengan senyawa ini.
      • Contoh merek yang terdaftar: Agadi 50SC, Agent 50SC, Am Best 100ME, Aneto 0,5 GR, Aneto 50EC, Biogent 50EC, Destar 50EC, Fibron 50SC, Fiprophos 50EC, Firpros 55SC, Foray 50SC, Granet 50SC, Kenpronil 50EC, Morgent 50EC, Morgent 50SC, Neofron 3GR, Neofron 60SC, Penalty 50SC, Regent 0,3GR, Regent 50SC, Regent 80WP, Regiont 50EC, Topnil 50SC, Uno 50EC.
  • Bahan Aktif Klorantraniliprol dan Tiametoksam
      • Merupakan insektisida yang diklaim sebagai insektisida generasi terbaru yang memiliki spectrum luas untuk mengendalikan beberapa hama pada tanaman padi.
      • Contoh merek : Virtako 300SC (Klorantraniliprol + Tiametoksam), Prevathon 50SC (Klorantraniliprol 50 g/l)
  • Bahan Aktif Abamektin
      • Abamektin merupakan pestisida racun kontak dan perut serta bekerja sebagai racun syaraf yang menstimulasi gama amino asam butirat (GABA). Abamektin memiliki sifat sistemik, tetapi juga memiliki sifat translaminar yang kuat. Pestisida ini cukup ramah terhadap lingkungan karena cepat terdegradasi secara fotokimia di lingkungan, juga abamektif terikat kuat di dalam tanah.
      • Abamektin selain efektif terhadap hama wereng pada tanaman padi, juga mampu untuk mengendalikan thrips pada cabai, ulat, kubis, pengorok daun pada kentang, kacang panjang, dan daun jeruk.
      • Contoh merek yang terdaftar : Agrimex 18EC, Alfamex 18EC, Amcomec 18EC, Amect 18EC, Asmec 18EC, Aspire 18EC, Bamex 18EC, Besgrimex 36EC, Calebtin 18EC, Catez 18EC, Demolish 18EC, Devamec 18EC, Dimec 18EC, Habamec 18EC, Indomectin 20EC, Isigo 18EC, Kiliri 18EC, Lider 18EC, Mectimax 18EC, Mexdone 36EC, Matros 18EC, Numectin 20 EC, Okrite 20EC, Phoscormite 18EC, Promectin 18EC, Quimex 36EC, Rutin 18EC, Schumec 18EC, Sidamec 20EC, Stadium 18EC, Stamek 18EC, Supemec 18EC, Taldin 33EC, Tridamex 36EC, Trimmer 18EC, Vapcomic 18EC, Wito4EC
  • Bahan Aktif Kartap Hidroklorida
      • Kartap bekerja sebagai racun syaraf dan bekerja sebagai nicotinergic choline bloker yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada serangga sehingga serangga berhenti makan dan mati kelaparan. Kartap juga bekerja sebagai racun perut dan racun kontak. Dapat digunakan untuk mengendalikan hama penusuk-penghisap, terutama lepideoptera, coleopteran dan lalat agromyzidae.
      • Contoh: Barrier 5G, Barrier 20SP, Brandan 4,2 GR, Britap 50SP, Diccoci 50WP, Kardan 4GR, Kardan 50SP, Kristal 50WP, Padan 50SP, Tampidan 60SP, Vertap 50SP, Zidan 50SP
  • Bahan Aktif Dimehipo
    • Merupakan insektisida sistemik yang bekerja secara racun kontak dan racun perut. Insektisida ini bersifat ovicidal terhadap kelompok telur hama penggerek batang, hama putih palsu, wereng dan golongan Lepidoptera lainnya.
    • Contoh merek yang terdaftar: Alphadine 450SL, Aphadine 6GR, Bajaj 450SL, Borzu 403SL, Bulet 400SL, Centadine 450SL, Danatan 400SL, Dimpo 400SL, Dipho 400SL, Dipostar 400SL, E-to 400SL, Foltus 400SL, Fortuna 290SL, Hippo 48WP, Hypolax 400SL, Indodine 485SL, Jagona 400SL, Joki 400SL, Kempo 400SL, Ken-Mipo 400SL, Konstan 400SL, Manuver 400SL, Marathon 500SL, Mektan 300SL, Montaf 300SL, MP Tegar 400SL, Panzer 290SL, Poryza 400SL, Primadine 480SL, Purdan Plus 6GR, Roltap 450SL, Sandimas 400SL, Sidatan 410SL, Syringa 450SL, Sonic 450SL, Spartan 290SL, Sponsor 450SL, Spontan 400SL, Stuntman 500SL, Taruna 400SL, Venus 400SL, Vista 400SL

Mana diantara berbagai merek dan jenis insektisida tersebut yang paling bagus? Pilihan dikembalikan kepada para petani pengguna.

Sumber : Buku Hijau Pestisida Pertanian dan Kehutanan Tahun 2013. Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementrian Pertanian RI.

Kiat Tingkatkan Produksi Padi dengan Pemupukan Efektif

Tantangan dalam budidaya tanaman padi saat ini adalah bagaimana meningkatkan produktivitas panen padi dengan cara-cara intenstifikasi pertanian. Menjawab tantangan tersebut, maka lahirlah beberapa inovasi metode budidaya yang dikenal dengan nama metode salibu, metode hazton, metode sri, metode jajar legowo, dan lainnya.

Namun metode apapun yang dipakai untuk meningkatkan produksi tidak bisa dihindarkan dari penggunaan nutrisi atau pupuk. Tantangan berikutnya adalah bagaimana penggunaan atau aplikasi pupuk yang efektif (tepat sasaran setiap fase pertumbuhan tanaman) dan jika memungkinkan efisien dan ekonomis. Karena saya yakin, bercermin dari pengalaman pribadi sendiri, metode pemupukan itu tidak ada yang baku, satu metode yang bisa dipakai sepanjang musim.
Continue reading →

Kiat Peningkatan Panen Padi dengan Metode Hazton

Setelah sebelumnya membahas kiat untuk meningkatkan produktivitas panen padi dengan metode salibu, baca postinganya di sini. Kini saya akan menuliskan teknik budidaya padi dengan metode Hazton. Walaupun belum pernah mempraktekannya, namun saya tertarik untuk mencoba metode ini, karena keunggulannya yang dikatakan mampu meningkatkan produksi panen padi sampai dua kali lipat dari metode konvensional. Bahkan jika memungkinkan menggabungkan metoda tanam padi Hazton yang diikuti dengan metode salibu. Sepertinya akan menghasilkan sesuatu yang hebat.

Metode hazton atau ada juga yang menyebut teknologi Hazon dipercaya bisa melipatgandakan produksi dari 4 ton menjadi 8 ton per ha, dimana rata-rata produksi padi nasional 5 ton/ha. Rekor yang sudah dicapai di Balai Benih Induk Padi Peniraman Kalimantan Barat sebanyak 16,78 Ton/HA GKP (Gabah Kering Panen) atau setara dengan 13 ton/hektar GKG (Gabah Kering Giling). Sebuah hasil panen padi yang sangat menggiurkan.
Continue reading →

Kiat Tingkatkan Produksi Padi dengan Padi Salibu

Menarik menyimak diskusi yang terjadi dibeberapa group komunitas pertanian di sosial media facebook, khususnya komunitas pertanaman padi Salibu dan Hazton. Isu utamanya adalah upaya meningkatkan produktivitas panen padi dengan melakukan beberapa inovasi kalau boleh disebut teknologi budidaya pertanian. Beberapa istilah seperti sri, jajarlegowo, hazton, dan salibu nge’hits’ beberapa tahun terakhir, terutama hazton dan salibu.
Continue reading →

<