Hasil penelitian Purnomo dkk (19 … ) dari Universitaas Lampung, menunjukan “Aplikasi Compost Tea Dan Jamur Beauveria Bassiana Menekan Perkembangan Hama Dan Penyakit Serta Meningkatkan Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Padi”. Jurnalnya dapat di peroleh di sini.
Pupuk Organik, Compos Tea (Compost Tea), Kompos

Pupuk organik adalah pupuk yang dibuat dari bahan-bahan organik atau alami. Lebih rincinya pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia.
Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada kadar haranya. Bahan-bahan yang termasuk pupuk organik antara lain pupuk kandang, kompos, kascing, gambut, rumput laut dan guano.
Berdasarkan bentuknya pupuk organik dapat dikelompokkan menjadi pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Beberapa diantaranya juga mengelompokkan pupuk-pupuk yang ditambang seperti dolomit, fosfat alam, kiserit, dan juga abu (yang kaya K) ke dalam golongan pupuk organik.
Beberapa pupuk organik yang diolah dipabrik misalnya adalah tepung darah, tepung tulang, dan tepung ikan. Pupuk organik cair antara lain adalah compost tea (CT), ekstrak tumbuh-tumbuhan, cairan fermentasi limbah cair peternakan, fermentasi tumbuhan-tumbuhan, dan lain-lain.
Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota (sampah).
Compost Tea (CT)
Banyak terminologi untuk CT, diantaranya organic tea, compost extract, water fermented compost extract, compost slurry, dan compost steepages. Dalam bahasa Indonesia ada yang mengartikan seduhan kompos, teh kompos, dan lainnya.
CT adalah hal baru yang saat ini sedang marak dibicarakan para pelaku pertanian. Ingham (2000) telah membuktikan bahwa seduhan kompos dapat meningkatkan kesuburan dan kesehatan tanaman.


CT adalah ekstrak cair yang berasal dari fermentasi kompos.
Metode produksi CT mengacu pada pasokan oksigen di dalam wadah fermentasi yaitu metode diaerasi menghasilkan aerated compost tea atau metode aerasi (ACT) dan metode tanpa diaerasi menghasilkan non-aerated compost tea atau kompos non-aerasi (NCT).
CT telah terbukti dapat memperbaiki kesuburan tanah secara langsung, meningkatkan laju mineralisasi bahan organik tanah, melarutkan unsur hara yang terjerap serta mampu mengkhelat ion, serta meningkatkan pertumbuhan serta hasil tanaman.
Secara umum, tidak terdapat perbedaan efektivitas antara ACT dan NCT. Aplikasi CT melalui tanah terbukti lebih efektif dibandingkan melalui penyemprotan di permukaan daun.
Dalam proses pembuatanya, seduhan kompos non-aerasi (NCT) tidak ditambahkan oksigen, yang menyebabkan suasana anaerobic yang membatasi tumbuhnya mikroorganisme aerob. Pembuatan NCT memakan waktu paling cepat dua minggu, makin lama makin meningkatkan akumulasi antibiotik, yang diketahui dapat mengaltifkan respon kekebalan alami tanaman. Proses pembuatan SKN ini menimbulkan bau yang tidak sedap;
Metode ACT ini memungkinkan banyak organisme menguntungkan untuk berkembang dan memperbanyak diri dalam seduhan. ACT dapat dipersiapkan dalam 2-3 hari yang memungkinkan pengguna merespon dengan cepat tentang ramalan cuaca atau indikasi adanya penyakit.
Mekanisme yang mungkin terjadi dalam pengendalian patogen oleh mikroorganisme menguntungkan adalah mengisi ruang di permukaan daun yang dapat membatasi ruang tumbuh patogen, mampu berkompetisi dalam mencari nutrisi yang dibutuhkan patogen, mengeluarkan senyawa metabolit sekunder, dapat memarasitik patogen secara langsung, serta menstimulasi kekebalan alami tanaman.
Keanekaragaman hayati yang tinggi terkandung dalam CT menurut BBC Laboratories (2001) yaitu:

Pengaruh Ct Terhadap Tanah Dan Tanaman
Kompos telah diketahui kaya mikroba fungsional, substansi humat, dan unsur hara yang dibutuhkan dalam mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman. Peran kompos kimia tanah dan pada akhirnya akan mendukung tersediannya unsur hara di tanah serta serapannya oleh tanaman.
Sejalan dengan peran kompos tersebut, maka CT sebagai turunan dari produk berbasis kompos juga memberikan pengaruh demikian. Sebagai produk fermentasi lanjutan maka CT mampu memasok unsur hara dalam bentuk ion-ion yang dapat langsung diserap oleh tanaman tanaman.
Beberapa peneliti juga melaporkan bahwa CT terbukti dapat memperbaiki kesuburan tanah secara langsung; meningkatkan jumlah mikroba tanah dan aktivitasnya dalam memineralisasi bahan organik tanah, melarutkan unsur hara yang terjerap serta mengkhelat ion.
Substansi CT juga mempunyai kemampuan dalam menyuplai hormon tumbuh auxin dan substansi-seperti cytokinin untuk tanaman. Tidak ada perbedaan pengaruh antara ACT dengan NCT, baik terhadap aktivitas mikroba fungsional, kesuburan tanah, maupun pertumbuhan dan hasil tanaman.
Selain itu, pemberian CT secara langsung di tanah lebih efektif dibandingkan melalui penyemprotan pada daun tanaman.
Compos Tea Versi Bunkai
BACA JUGA : Apa Perbedaan Dekomposer Bunkai dan Compost Tea
CT Bunkai adalah ekstraksi kompos yang mengandung nutrisi lengkap sekaligus mineral penyangga pH. Proses pembuatan compost tea dengan aerasi dan agitasi hanya membutuhkan waktu 24jam siap aplikasi. Penambahan mikroba efektif sebagai penambat N, pelarut phosphat, dan pengurai sintetik menjadi unsur siap saji untuk tanaman. Pada dasarnya tanaman tidak langsung menyerap nutrisi pupuk, kecuali dengan bantuan mikroorganisme bakteri dan fungi.
CT Bunkai bisa berfungsi ganda. Yaitu berfungsi sebagai nutrisi tanaman dan diperkaya mikroba yang bekerja sebagai pembenah tanah

Rumus Dasar Compost Tea Bunkai #1

Untuk pembuatan compost tea sebanyak 200 liter, rumus dasar compost tea dengan menggunakan tanaman Kipahit, adalah sebagai berikut:
Baca Juga Mengenai : Kipahit, Tanaman Pengganggu (Gulma) yang Banyak Membantu Petani
- Kascing 20 Kg
- Cacahan Daun Dan Batang Kipahit 10 Kg
- Decomposer Bunkai 5 Ltr
- Humic Acid 1 Kg
- Azomite 1 Kg
- Santa Micro 25 Gram
- Npk 16:16:16 3 Kg
- Mkp 1 Kg
- Air Sampai 200 Ltr
- Diaerasi Selama 5 Hari
- Dosis aplikasi kocor = 1 ltr compost tea : 10 ltr air ( usia 2 bulan )
Diaplikasikan dengan cara semprot dengan interval penyemprotan 7 hari sekali dan boleh dicampur dengan pupuk kimia
Rumus Compost Tea Vegetatif untuk kapasitas 5 liter
- Kascing 250 gram
- Guano 50 gram
- Susu segar 50ml/50gr susu bubuk
- Daun kelor 50gram
- Humat 25 gram
- Azomite 25 gram
- Bunkai 250 ml/ dekomposer aerob
Dosis 500-700 ml/tangki kapasitas 16 liter atau 1 liter CT untuk tangki dengan kapasitas 20 liter.
Untuk fase generatif tambahkan saja P dan K nya misal rumput laut/tepung rumput laut.