Sebanyak 80% produksi bawang merah di Indonesia berasal dari Pulau Jawa dan hampir 50% terkonsentrasi di Jawa Tengah. Kabupaten Brebes merupakan sentra produksi bawang merah di Jawa Tengah. Rata-rata produktivitas bawang merah di Kabupaten Brebes mampu mencapai 12.14 ton/ha yang diperoleh dari 12 kecamatan salah satunya Kecamatan Brebes dengan rata-rata produktivitas mencapai 11.69 ton/ha.
Potensi bawang merah Indonesia sekitar 120.000 ha, dengan sebaran terluas terdapat di 10 provinsi adalah Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Sumatera Tengah, Sumatera Barat, Bali, dan D.I Yogyakarta.
Tabel

Penyakit Penting Pada Tanaman Bawang Merah
Berikut ini informasi mengenai hama dan penyakit penting pada tanaman bawang merah perlu diketahui untuk menentukan pengendalian yang tepat sasaran.
Hama penting yang menyerang tanaman bawang merah diantaranya orong–orong Gryllotalpa spp. (Orthoptera: Gryllotalpidae), ulat bawang Spodoptera exigua (Lepidopera: Noctuidae), ulat grayak Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae), lalat pengorok daun Liriomyza chinensis (Diptera: Agromyzidae) dan thrips Thrips tabaci (Thysanoptera: Thripidae).

Penyakit yang dapat menginfeksi tanaman bawang merah diantaranya bercak ungu (Alternaria porri), downy mildew (Peronospora destructor), bercak daun Cercospora (Cercospora duddiae), antraknosa(Colletotrichum gloeosporiodes), layu Fusarium (Fusarium oxysporum) dan nematoda (Dytylenchus dissaci) (Udiarto et al. 2005).

Trotol/Mati Pucuk (Alternaria porri)
- Penyakit bercak ungu atau trotol disebabkan oleh cendawan Alternaria porri.
- Patogen ditularkan melalui udara. Penyakit ini akan berkembang dengan cepat pada kondisi kelembaban tinggi dan suhu udara rata-rata di atas 26o C.
- Gejala serangan ditandai dengan terdapatnya bintik lingkaran berwarna ungu pada pusatnya, yang melebar menjadi semakin tipis. Bagian yang terserang umumnya berbentuk cekungan.
- Tanaman inangnya antara lain ialah bawang merah, bawang putih, bawang daun, dan tanaman bawang-bawangan lainnya.
Antraknosa (Colletotrichum gloeosporioides)
- Penyakit otomatis atau antraknos pada bawang merah disebabkan oleh dua jenis cendawan yaitu C. gloeosporioides dan C. capsici.
- Kisaran inang C. gloeosporioides lebih luas daripada kisaran inang C. capsici, tetapi keduanya patogenik terhadap semua jenis bawang-bawangan seperti bawang merah, bawang putih, bawang bombay, dan bawang daun.
- Gejala serangan ditandai adanya bercak putih yang melekuk ke dalam. Pada bagian tengah bercak terdapat kumpulan titik hitam yang merupakan kelompok spora.
Embun Bulu/Lodoh (Peronospora destructor)
- Penyakit embu bulu atau busuk daun (downy mildew) disebabkan oleh cendawan Peronospora destructor yang menyerang tanaman bawang merah, bawang daun, dan bawang-bawangan lainnya
- Patogen penyakit embun bulu ditularkan melalui angin.
- Gejala serangan pada tanaman bawang merah ditandai daun berwarna pucat dan menguning. Bila udara lembab, daun yang terserang akan menunjukkan bintik-bintik berwarna ungu dan membusuk, sedangkan bila udara kering daun yang terserang akan menunjukkan bintik-bintik putih.
- Kondisi optimum untuk perkembangan penyakit ini ialah pada suhu 15o C dan kelembaban tinggi terjadi selama 6-12 jam.
Penyakit layu fusarium

- Penyakit layu fusarium disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum.
- Patogen ditularkan melalui udara dan air.
- Gejala serangan ditandai tanaman menjadi layu, mulai dari daun bagian bawah.
- Tanaman inangnya antara lain ialah buncis, cabai kentang, kacang panjang, labu, mentimun, oyong, paria, seledri, semangka, tomat, dan terung.
Penyakit Busuk Leher Akar (Botrytis allii)
- Penyakit busuk leher akarl disebabkan oleh cendawan Botrytis allii
- Patogen ditularkan melalui udara. Penyakit ini akan berkembang dengan cepat pada kondisi kelembaban tinggi dan suhu udara rata-rata di atas 15-20oC, lahan yang becek dan lembab
- Gejala serangan ditandai dengan leher tanaman melunak kemudian membusuk
- Tanaman inangnya antara lain ialah bawang merah, bawang putih, bawang daun, dan tanaman bawang-bawangan lainnya.
Tindakan Pengendalian Penyakit Bawang Merah
Petani biasanya menggunakan fungisida dalam pengendalian penyakita pada bawang merah. Petani biasanya melakukan pencampuran fungisida dan pestisida lainya karena pertanaman bawang merah diserang berbagai jenis OPT secara bersamaan.
Frekuensi penggunaan pestisida lebih intensif pada saat musim hujan dibandingkan musim kemarau. Hal ini karena pestisida yang telah diaplikasikan pada tanaman tercuci oleh air hujan sehingga aplikasi harus dilakukan lebih intensif agar tetap efektif dalam mengendalikan hama dan penyakit.
Beberapa bahan aktif fungisida kontak yang paling banyak digunakan adalah ziram 76% (ZIFLO 76WG), mankozeb, klorotalonil dan propineb.
Untuk mengatasi serangan sudah terlanjur meluas maka lakukan penyemprotan fungisida sistemik berbahan aktif dimetomorf atau difenokonazol. Kemudian diikuti dengan penyemprotan fungisida kontak berbahan aktif ziflo selama 3 hari berturut-turut.
Setelah itu maka penyemprotan fungisida kontak bisa dilakuakn 3-4 hari sekali lalu penyemprotan fungisida sistemik setiap 10 hari sekali.

Keunggulan Fungsida Ziflo 76WG pada Tanaman Bawang Merah
Kini Ziflo 90WP sudah berubah menjadi Ziflo 76WG. Ziflo 76WG adalah bahan aktif ziram plus zinc dengan keunggulan yang tidak dimiliki oleh bahan aktif ziram lainnya.
- Ziflo 76WG adalah satu-satunya di Indonesia dengan zirm yang original dari Taminco – Eastman Chemical
- Ziram yang terkandung pada Ziflo 76WG memiliki keunikan jika dibanding dengan pendahulunya yaitu Ziflo 90WP. Karena Ziflo 76WG bentuk formulasinya dalam bentuk granule (butiran halus) yang sangat mudah larut dalam air meski tanpa pengadukan.
- Ziflo 76WG selain sebagai fungisida juga memiliki kandungan hara mikro Zinc (Zn) sebagai zat pengatur tumbuh (zpt) yang lebih besar dibanding dengan ziflo 90WG, sehingga meningkatkan proses pembentukan butir hijau daun (klorofil), sehingga daun bawang tetap hijau.
- Ziflo 76WG memiliki butiran partikel yang halus, yang mudah larut dalam air dan mampu memberikan perlindungan (coverage) yang lebih baik dari Ziflo 90WP.
- Efek perlindungan Ziflo 76WG dengan memberikan efek dempul atau membedak yang lebih baik pada permukaan daun bawang.
- Karena partikel pada Ziflo 76WG lebih kecil, mudah larut dalam air sehingga tidak menimbulkan endapan atau mengendap pada tangki sprayer dan tidak menyumbat pada nozel (spuyer).
- Ziflo 76WG memiliki daya rekat yang yang baik pada daun, sehingga tidak mudah tercuci oleh air hujan.
- Ziflo 76WG aman terhadap pengguna, tidak berdebu, tidak mudah terhirup, tidak menimbulkan pedes (panas) di kulit, dan memicu kanker (karsinogen)
BACA JUGA: Spuyer Atau Nozzle Mempengaruhi Hasil Penyemprotan Hama Dan Penyakit
Sumber: