Rekayasa teknologi budidaya padi terus dilakukan untuk bisa meningkatkan produktivitas padi di tingkat lapangan. Salah satunya adalah teknologi budidaya padi Hazton yang direkayasa oleh Kepala Dinas Pertanian Kalimantan Barat, Hazairin bersama Staf-nya Anton Kamaruddin.
Teknologi Hazton merekayasa pembentukan rumpun padi secara padat agar bisa bermalai semuanya. Teknologi Hazton diyakini bisa meningkatkan produksi padi dua kali lipat dalam semusim atau disebut quantum life.
Titik-titik Kritis Budidaya Padi Teknologi Hazton
Menurut Anton Kamarudin, ada delapan titik kritis yang menjadi penentu keberhasilan dalam budidaya padi dengan teknologi Hazton. Dengan memperhatikan delapan titik kritis dalam budidaya padi Hazton maka hasilnya bisa tiga kali lipat atau bertambah dua kali dibanding sebelumnya.
- Kunci awal di persemaian harus optimal. Lahan dipupuk dengan baik, jangan terlalu rapat. Satu kilogram gabah untuk 10-12 m2.
- Persemaian dirawat dengan baik. Lakukan imunisasi padi di persemaian. Pemupukan dengan pupuk kandang sangat penting.
- Semai bibit tua. Cabut bibit berikut tanahnya setelah bibit berumur cukup tua yakni berumur 25-30 hari setelah semai (HSS). Bibit tidak dicabut satu-satu, tanah yang menempel pada akar bibit tidak boleh dibersihkan atau dicuci.
- Tanam bibit dengan cara di-“ombol” (bergerombol). Satu ombol berisi 20-30 bibit padi.
- Gunakan jarak tanam renggang 30×25–40 cm dengan sistem jajar legowo 4:1 atau 2:1.
- Pemupukan lebih banyak di awal tanam. Pemupukan sejak awal 3-7 hari setelah tanam, tidak pakai urea setelah ada anakan.
- Hindari terjadinya pemupukan N berlebih dan gunakan agen hayati dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman.
- Waspada adanya serangan organisme pengganggu tanaman seperti blas/neck blas.
Ditulis oleh SOM, Sumber tulisan dikutip dari Sinar Tani