Pada umumnya petani melakukan pencampuran lebih dari 2 macam pestisida. Tujuan mencampur pestisida adalah untuk menghemat tenaga sewaktu menyemprotkannya pada tanaman. Yang dimaksud mencampur adalah melarutkan dua macam atau lebih pestisida ke dalam air secara bersamaan. Baik langsung maupun tidak langsung ke dalam tangki semprot. Selain menghemat tenaga, cara itu juga menghemat air, terkadang menghemat biaya (meski tidak selalu).
Petani cabai merah dan bawang merah di Kabupaten Brebes terbiasa mencampur sampai 8 macam pestisida untuk mengendalikan OPT pada pertanamannya. Praktik ini kurang tepat karena pencampuran yang dilakukan secara sembarangan dapat menimbulkan efek antogonistik (saling mengalahkan) atau netral, akibatnya efikasi pestisida tersebut menurun.
Pencampuran pestisida dengan pupuk daun juga tidak dibenarkan karena akan mengakibatkan efikasi pestisida tersebut menurun. Hal ini disebabkan sifat umum pestisida adalah asam sedangkan sifat umum pupuk daun adalah basa. Jika kedua formulasi tersebut dicampurkan akan menimbulkan efek netral, sehingga efikasi pestisida menurun dan pupuk daun tidak bermanfaat.
Selain itu waktu penyemprotan pestisida dan pupuk daun berbeda. Waktu aplikasi pestisida harus dilakukan pada sore hari karena 2 jam setelah aplikasi suhu dan kelembaban udara harus stabil atau turun. Sedangkan aplikasi pupuk daun harus dilakukan pada siang hari sekitar pukul 09.00-10.00. Hal ini disebabkan pada saat itu stomata atau mulut daun terbuka, sehingga larutan pupuk daun dapat diserap oleh tanaman.
Pencampuran pestisida yang formulasinya berbentuk WP tidak boleh dicampur dengan formulasi EC. Pencampuran kedua bahan tersebut akan menimbulkan endapan sehingga efikasi pestisida akan menurun dan akan menyumbat lubang spuyer/nozzle.
Prinsip mencampur pestisida
1. Jangan mencampur pestisida yang segolongan. Selain boros mencampur pestisida segolongan beresiko terjadinya reaksi. Cukup mudah untuk menyimpulkan apakah pestisida yang dicampur saling bereaksi satu sama lain atau tidak, yaitu dengan mengamati dengan seksama apakah pencampuran terjadi secara merata dan tidak, serta apakah menghasilkan endapan atau gumpalan.
Jika terjadi endapan atau gumpalan maka sebaiknya kedua pestisida tidak perlu di campur (digunakan bergantian saja) karena jika dilakukan penyemprotan akan menjadi tidak merata.
2. Jangan mencampur pestisida yang cara kerjanya sama. Yang tepat adalah mencampur pestisida kontak dengan sistemik. Walau pestisida yang digunakan sasaran target sama asalkan cara kerjanya beda. Cara kerja kontak atau sistemik pestisida pada umumnya dicantumkan pada setiap kemasan.
3. Melarutkan pestisida yang paling sulit larut terlebih dahulu. Urutannya adalah mulai dari yang bentuk butiran (misal G, WG), bubuk (misal WP, SP, SD) kemudian larutan (misal EC, SL).
Selamat mencampur.
Apakah curacron bisa di campur dgn amistartop
Curacron adalah insektisida dengan bahan aktif prefonofos
Amistartop adalah fungisida dengan bahan aktif azoxystrobin + difenoconazole
Pencampuran curacron dan amistartop digunakan untuk efisiensi penyemprotan pengendalian jamur (penyakit) dan hama dalam satu kegiatan penyemprotan.
Jadi sangat bisa.
Mau tanya boleh mencampur dithane (wp) dan curacron (EC)
Apakah boleh dithane m45 wp di campur dengan kalsimu nitrat