Apa yang diharapkan oleh petani padi terhadap hasil panennya?
Pastinya adalah panen yang melimpah dengan gabah yang bagus dan harga jual yang mahal.
Harga jual gabah yang tinggi sangat diharapkan namun biasanya harga dipengaruhi oleh situasi “pasaran”. Harga bisa fluktuasi setiap saat dari musim ke musim. Faktor ini kita abaikan karena di luar kendali petani.
Yang dapat dilakukan petani adalah bagaimana agar hasil panen melimpah dengan kualitas gabah yang bagus. Untuk mudahkan saya akan gunakan terminologi “hasil panen yang melimpah”.
Hasil panen yang melimpah diperoleh dari faktor sebagai berikut :
1. Bulir yang banyak dan berisi penuh pada setiap malainya
2. Malai yang panjang dari setiap anakan produktifnya
3. Anakan produktif (anakan yang keluar malai) pada setiap rumpun
4. Anakan yang banyak
Jadi menurut saya, yang perlu diusahakan oleh petani padi adalah 4 hal berikut, yakni bagaimana agar :
(1) padi menghasilkan anakan yang banyak;
(2) dari anakan tersebut menghasilkan banyak anakan produktif;
(3) dari anakan produktif tersebut keluar malai yang panjang; dan
(4) malai yang panjang menghasilkan bulir yang banyak dan berisi penuh.
Oleh karena itu petani harus mengetahui tujuan pada setiap tahapan/fase pertumbuhan tanaman padi. Karenanya perlakuan (treatment) apa yang diperlukan pada setiap fase tanaman agar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai pada 4 faktor diatas. Tentu pengetahuan tentang morfologi dan fase pertumbuhan tanaman harus diketahui.
Tantangannya adalah menemukan varietas yang ideal, yang malainya panjang dan bulir setiap malainya banyak. Tentu setiap petani bisa berbeda selera dalam hal varietasnya.
Benih Padi Cisoga
Musim tanam tahun ini, – tanam tanggal 24 Januari 2017 dan panen tanggal 8 Mei 2017 -, mencoba menanam jenis padi Cisoga.
Sengaja menanam jenis ini, karena tertarik dengan status facebook seorang teman yang update foto padi Cisoga. Jika dilihat dari fotonya tertarik dengan malai yang panjang dan provitasnya 10-12 ton per ha. Nama Cisoga sendiri, katanya kepanjangan dari Ciherang – Sogun. Jenis ini hasil persilangan dari jenis tersebut, dan infonya hasil kreasi petani Karawang. Tapi bisa juga Cisoga adalah salah satu nama sungai yang ada di Karawang.
Deskripsi yang diberikan pada jenis padi Cisoga ini sebagai berikut:
“Benih padi Cisoga asli dari petani Karawang (Jawa Barat). Hasil panen 10-12 ton/ha, usia tanaman 85-95 HST, panjang malai 30-32 cm, anakan produktif 50-52 anakan, tinggi 90 cm, dan jumlah bulir 250-305 per malai.
Kelebihan padi cisoga diantaranya anakan produktif banyak, bermalai panjang bulir bernas semua sampai bawah, daun bendera agak lebar dan hijau meskipun tanaman sudah matang bulirnya, tahan penyakit, jarang dihinggapi burung karena daun bendera “rujug” (tegak) ke atas, malai merunduk, hasil panen maximum di atas tanaman padi yang lain.”
Lokasi persawahan percobaan pertanaman Cisoga di Pulosari, Kecamatan Telagasari, Karawang. Jika dihitung sejak tanam maka umur padi 105 hari mulai dari tanam sampai dengan panen, ditambah usia persemaian 20 hari.
Berikut beberapa foto yang saya ambil pada beberapa umur tanaman.




Berdasarkan pengamatan visual padi Cisoga memiliki keunggulan sebagai berikut:
– Batang yang cukup tinggi
– Malai yang panjang > 30 cm
– Jumlah bulir > 200
– Tahan wereng
Berdasarkan hasil hitungan riil panen, diperoleh hasil kotor 7,3 ton gabah kering panen (GKP) dari luasan 1.400 ha atau kurang lebih 5,250 ton/ha. Hasil ini sangat mengecewakan, karena menurun dari hasil panen sebelumnya yang bisa minimal 7 ton/ha. Namun disisi lain cukup bangga dengan hasil ini karena dibandingkan dengan hasil panen tetangga yang hanya dapat kisaran 4 ton/ha.
Kenapa?
Penurunan hasil panen pada musim ini tidak hanya terjadi di daerah Karawang, tetapi juga terjadi di daerah Subang dan sekitarnya pun mengalami hal yang sama. Ada beberapa penyebab diantaranya iklim yang terlalu basah, intensitas hujan yang tinggi menyebabkan serangan hama dan penyakit yang tinggi.
Setidaknya ada 3 hal yang serangan padi pada musim ini yakni serangan hama wereng, serangan penyakit kresek (Xanthomonas sp), dan banyak ditemukan “zonk” atau kerdil rumput dimana rumpun padi tidak bisa tumbuh sempurna.
Padi Cisoga Vs Padi Sogun
Saya membandingkan dengan pertanaman padi jenis Sogun pada salah seorang petani di daerah Babawangan, Lemah Abang Wadas. Penampakan tanamannya sangat bagus, daun bendera dan daun dibawahnya masih terlihat hijau, bulir padinya terlihat pengisiannyanya penih dan bulir padi yang besar-besar berisi.
Berdasarkan penghitungan sederhana yang dilakukan, perbandingan antara Cisoga dan Sogun seperti tabel dibawah ini:
Jenis Padi | Panjang Malai | Jumlah Bulir Isi | Jumlah Bulir Kosong | Bobot 1000 bulir | Jumlah Bulir per Malai | % Malai Kosong |
Cisoga | 32,67 | 203,67 | 38,67 | 32,60 | 242,33 | 15,86% |
Sogun | 28,00 | 202,00 | 12,50 | 29,30 | 214,50 | 5,87% |
Catatan: Sampel diambil jumlah minimum, sampel 6 malai yang diambil secara acak. Jadi tidak bisa diambil kesimpulan yang memadai secara statistik. Data ini hanya menggambarkan sedikit saja.
Dari tabel tersebut, Cisoga masih memiliki keunggulan dari panjang malai, jumlah bulir dan bobotnya. Tantangannya adalah mengurangi jumlah bulir yang kosong. Oleh karena itu musim depan, akan dicoba lagi dengan menanam jenis padi Cisoga. Mudah-mudahan lebih baik lagi.