Tanaman karet (Hevea brassiliensis) berasal dari negara Brazil, komoditas ini memberikan kontribusi yang signifikan sebagai salah satu sumber devisa non migas. Latex berperan penting dalam mendorong pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru di wilayah-wilayah pengembangan karet.
Baca Juga: Masalah Pohon Karet Tidak Mengeluarkan Getah Karet
Produktivitas karet nasional saat ini masih relatif rendah. Nilai ekspor karet alam Indonesia pada semester pertama tahun 2006 mencapai US$ 2 M, dengan kenaikan produksi sekitar 6% dibandingkan produksi semester pertama tahun 2005.
Produktivitas karet nasional saat ini masih relatif rendah (700-800 kg/ha/th) dibandingkan dengan negara Asia lainnya lain seperti Thailand (1800kg/ha/th), Malaysia (1200 kg/ha/th) dan India (2000 kg/ha/th).
Upaya peremajaan dengan menggunakan klon karet unggul serta penerapan teknologi budidaya karet akan meningkatkan produksi tanaman. Hasil penelitian Puslit Karet, telah direkomendasikan klon-klon baru seperti: IRR 5, IRR32, IRR39, IRR104. Klon-klon ini menunjukkan produktivitas yang baik di berbagai lokasi tetapi memiliki variasi karakter agronomi dan sifat-sifat sekunder lainnya.
Data Luas Tanaman Karet Indonesia
Menurut data statistik BPS tahun 2016, luas tanaman karet di Indonesia 3,113 juta Ha, yang tesebar di beberapa provinsi yaitu Sumatera Selatan (28,1%), Sumatera Utara (11,8%), Riau (9,4%), Jambi (9,0%), dan Kalimantan Barat (7,3%)
Secara total, luas perkebunan karet di Pulau Sumatera paling banyak yakni mencapai 2,57 juta ha, sedangkan Pulau Kalimantan terbanyak kedua dengan 963,3 ribu ha.
Sumatera Selatan merupakan provinsi yang memiliki perkebunan karet terluas di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Pertanian (Kementan), luas areal perkebunan karet di provinsi tersebut mencapai 872,5 ribu hektare (ha) pada 2021.
Jambi berada di posisi kedua dengan luas perkebunan karet sebesar 398 ribu ha. Menyusul Sumatera Utara dan Kalimantan Barat yang memiliki luas perkebunan karet masing-masing 397,6 ribu ha dan 392,4 ribu ha. Selanjutnya, luas perkebunan karet di Riau sebesar 330,5 ribu ha. Setelahnya ada Kalimantan Tengah sebesar 293,9 ribu ha, Kalimantan Selatan 201,6 ribu ha, dan Lampung 166,3 ribu ha.
Menurut status pengusahaannya perkebunan negara (6,54%), perkebunan swasta (8,1%), dan perkebunan rakyat (82,27%)
Penyakit Gugur Daun Karet Pestalotiopsis
Penyakit pada tanaman karet merupakan kendala dominan yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan produksi, sering pula penyakit dapat mengakibatkan gagalnya suatu program pengembangan tanaman karet. Salah satu penyakit penting pada pertanaman karet adalah penyakit hawar daun fusicoccum.


Penyakit gugur daun karet yang disebabkan oleh jamur Pestalotiopsis sp telah menyerang beberapa perkebunan karet di Indonesia. Diperkirakan kehilangan produksi setiap tahunnya akibat kerusakan oleh penyakit karet mencapai 5 – 15%. Data terakhir pada tahun 2021, sebanyak 30.328,84 Ha kebun karet terinfeksi jamur tersebut yang berdampak pada penurunan produksi lateks hingga 30% dari biasanya.
Serangan penyakit gugur daun Pestalotiopsis sp ini perlu ditekan dan dikendalikan agar produksi dan mutu lateks tetap terjaga dan tidak menyebar cepat pada areal yang masih sehat.
Oleh karena itu, sosialisasi mengenai pengendalian penyakit gugur daun karet Pestalotiopsis sp perlu disebarluaskan agar petani karet dan masyarakat sekitar lebih waspada dan segera menangani dan mengendalikan serangan penyakit ini dengan tanggap dan mandiri.
Sumber: https://ditjenbun.pertanian.go.id/: Penyakit Gugur Daun Karet Pestalotiopsis Pada Tanaman Karet